Tampilkan postingan dengan label November. Tampilkan semua postingan

Bersatupadu Membangun Negeri Oleh: Ust Abdul Hakim Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقّ...

Bersatupadu Membangun Negeri Bersatupadu Membangun Negeri

Khutbah Jumat

November


Bersatupadu Membangun Negeri
Oleh: Ust Abdul Hakim

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً  .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَقُلِ ٱعْمَلُوا فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Kemerdekaan negeri kita ini sungguh teramat mahal harganya; sebab untuk mendapatkannya bangsa kita harus menantikannya selama 3½ abad. Kemerdekaan itu tidak hanya ditunggu dengan duduk-duduk sambil ngobrol santai ataupun melamun; melainkan harus ditempuh dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak ternilai harganya, baik berupa harta, jiwa  maupun raga.

Bangsa kita ini terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan agama. Keberhasilan untuk memajukan dan memakmurkannya pastilah harus dengan syarat  adanya persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagaimana perjuangan yang telah menelan banyak korban tidak terhitung jumlahnya, kemerdekaan hanya bisa diraih ketika bangsa kita bersatu.

Kita telah banyak mendapat pelajaran berharga dari sejarah berdirinya Negara tercinta ini. Ketika menghadapi penindasan penjajah dengan perlawanan bersifat lokalitas kedaerahan, selalu mudah dipatahkan dan mengalami kegagalan. Allah swt berfirman,

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3]: 103).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Saat rasa pahit itu melanda secara berkepanjangan, akhirnya melahirkan perasaan senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang tertindas, maka baru membuahkan kesadaran pentingnya persatuan dan kesatuan untuk melawan belenggu penindasan.

Allah menyukai perjuangan dengan cara bersatu padu dan tersusun rapi. Sebagaimana firman-Nya;

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ ﴿٤﴾
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Qs. Ash Shaf: 4)

Bagaimana cara mewujudkan persatuan dan kesatuan di alam kemerdekaan saat ini?

Kita perlu melakukan upaya-upaya konkret yang dipraktekkan dalam hidup keseharian kita. Diantaranya agar mampu menjaga perasaan dengan orang-orang di sekitar kita, baik dengan sesama anggota keluarga, tetangga dan semua orang yang kita temui, bahkan antar kelompok masyarakat, antar organisasi atau suku bangsa manapun yang berbeda budaya dan adat istiadat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Dalam satu hadits dari Sahabat Abu Hurairah r.a., Nabi SAW mengajarkan bagaimana resep untuk menjaga persatuan:

لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
‘Janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi, dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya.’” (HR Muslim).

Hal ini dikuatkan dengan hadits lain dari Sahabat Anas r.a. :

لاَتَقَا طَعُوا وَلاَتَدَا بَرُوا وَلَاتَبَا غَضُوا وَلاَتَحَا سَدُوا، وَكُونُواعِبَادَ اللهِ إخْوَانًا ، وَلاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Janganlah kalian putus-memutus hubungan, jangan belakang-membelakangi, jangan benci-membenci, dan jangan hasud menghasud. Jadilah kamu hamba Allah sebagai saudara, dan tidak dihalalkan bagi seorang Muslim mendiamkan saudara sesama Muslimnya lebih dari tiga hari.’” (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits ini menegaskan bahwa kita dituntut untuk saling menjaga kehormatan dan perasaan satu dengan yang lain, tidak iri - dengki jika ada saudaranya memperoleh nikmat, tidak mudah terprovokasi satu sama lain, tidak merendahkan saudara Muslim yang memiliki keterbatasan, dan sebagainya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Persatuan adalah kunci sebuah keberhasilan. Sebuah keluarga yang bersatu dan berkasih sayang akan menciptakan kehidupan keluarga yang damai, tenteram dan bahagia. Organisasi yang solid, kokoh dan menjunjung tinggi tata tertib organisasi akan mampu merealisasikan visi dan misinya secara maksimal. Demikian pula sebuah bangsa yang bersatu padu, taat pada hukum dan undang-undang yang menjadi kesepakatan berdirinya bangsa dan memiliki perasaan cinta tanah air akan mampu menciptakan kehidupan bangsa yang berdaulat, kokoh dan mampu mewujudkan cita-citanya meraih kehidupan bangsa yang makmur, adil dan sejahtera.

Sekarang kita mewarisi kemerdekaan ini, semestinya memiliki tanggungjawab yang sangat besar untuk menjaga, merawat dan mengisinya. Bangsa Indonesia ini faktanya mayoritas beragama Islam, sehingga kita memiliki kewajiban lebih besar untuk berkontribusi dan membuktikan ajaran Islam yang ‘rahmatan lil ‘alamin’, dan agar kita memiliki peran atau sumbangsih dalam membangun bangsa dan mengisi kemerdekaan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Setiap kita memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, yang membedakan hanya ketakwaannya. Dari banyaknya kelompok masyarakat atau suku bangsa, kita diperintahkan untuk saling mengenal, hal ini agar kita dapat saling tolong menolong. Allah telah menyatakan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Al Hujurat: 13)

Setiap kita memiliki kedudukan yang setara, peran dan kewajiban yang sama dalam kehidupan berbangsa ini. Maka kita harus mampu menjaga suasana agar tetap kondusif dan terjaminnya stabilitas masyarakat. Allah mengingatkan dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿١١﴾
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs al Hujurat: 11)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Kemajuan  bangsa dan Negara kita hanya bisa terwujud bila seluruh rakyatnya mampu berkontribusi untuk bangsa sesuai dengan kemampuan, peran, kedudukan ataupun profesi masing-masing. Hal ini sebagaimana diperintahkan kepada kita:

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُواْ عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدِّارِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ ﴿١٣٥﴾
Katakanlah: "Hai kaumku, beramal (bekerjalah) sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan. (Qs. Al an’am: 135)

Kita semua bisa berperan bagi maju dan berjayanya bangsa ini di masa depan. Ada sebagian orang menjadi petani, pedagang, wirausaha, seniman, atau olahragawan. Demikian pula ada profesi guru, pegawai negeri atau pun swasta, pejabat pemerintah, politisi yang duduk di parlemen. Masyarakat kota atau pun desa, semua harus bergerak menunjukkan antusiasmenya dalam berkontribusi untuk negeri.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Perencanaan untuk mengisi kemerdekaan dan membangun negeri ini diwujudkan dalam pembentukan struktur pemerintahan yang dipilih melalui sistem pemilihan umum yang akan menentukan para pejabat yang duduk di kursi legislatif (DPR) maupun eksekutif (pemerintahan). Semua anak terbaik bangsa diberi kesempatan yang sama untuk maju dan bersaing memberikan kemampuan terbaiknya. Ada pula melalui proses rekrutmen dalam bentuk seleksi terbuka yang akan ditempatkan pada pos-pos yang didasarkan pada standar kompetensi dan keahlian tertentu.

Mari kita berlomba dalam melakukan kebaikan. Mari ber-“fastabiqul khairat”. Setiap anak bangsa harus kita panggil dan diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Jangan ada yang dilupakan, jangan ada yang ditinggalkan. Kita ini berada pada perahu besar yang sama, yaitu perahu yang bernama “negeri Indonesia”.

Janganlah kita merasa bahwa hanya diri kita yang paling bisa mengurus negeri ini. Janganlah merasa hanya kita yang paling tahu dan paling benar atas apa yang kita lakukan. Jangan merasa bahwa diri kita yang paling hebat, sementara pihak lain dianggap tidak memenuhi syarat.

Demikianlah khutbah Jumat siang hari ini, semoga kita mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ukhuwah Islamiyah, dan dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Amiin

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلَّا عَلىَ الظَّالِمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الملِكُ اْلحَقُّ اْلُمبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اْلَمبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالمِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهاَالْإِخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَلَّلهُمَ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ  مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ.
اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنىَ.
رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ.
رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ .
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Nyawiji Golong Gilig Mbangun Negeri Dening: Ust Abdul Hakim Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْح...

Nyawiji Golong Gilig Mbangun Negeri Nyawiji Golong Gilig Mbangun Negeri

Khutbah Jumat

November


Nyawiji Golong Gilig Mbangun Negeri
Dening: Ust Abdul Hakim

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً  .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَقُلِ ٱعْمَلُوا فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Kamardhikan negari kita menika saestu awis ajinipun, jalaran kangge nggayuh bab menika bangsa kita kedah nyrantos sadangunipun 3½ abad. Kamadhikan menika mboten namung dipun tengga kanthi jagongan lenggah sekeco sinambi ngobrol utawi ngalamun; nanging kedah dipun lampahi kanthi perjuangan lan pangorbanan ingkang mboten saget dipun ukur ajinipun, menapa kanthi wujud arta bandha, jiwa  utawi raga.

Bangsa kita menika mawujud saking mepinten suku, budaya, adat istiadat lan agama. Kasileipun saget ndamel majeng lan makmuraken bngsa kedah kanthi syarat wontenipun nyawiji lan manunggalipun bangsa. Kadosdene perjuangan ingkang sampun njalari kathahing korban mboten saget dipun wilang cacahipun, kamardhikan kita namung saget dipun gayuh nalika bangsa kita manunggal golong gilig.

Kita sampun pikantuk kathah piwucal ingkang agung maknanipun saking sejarah madegipun negari ingkang kita tresnani menika. Nalika ngadhepi panindhesing penjajah kanthi nglawan ingkang sipatipun lokalitas utawi tlatah alit, tansah gampil kalindhih kawon lan nandhang gagal. Allah swt paring firman,

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
“Lan sira padha gegondhelano marang tali (agamane) Allah, lan sira ojo padha crah pecah belah, lan elinga sira ing nikmat Allah tumrap sira nalika sira mbiyen (jaman Jahiliyah) padha memungsuhan,  mangka Allah manunggalake atinira, banjur kanthi nikmate Allah sira dadi paseduluran, lan sira wis dumunung ono ing pinggiring jurang neraka, banjur Allah nylametake sira saka jurang iku. Mengkono iku Allah nerangake  ayat-ayate tumrap sira, amrih sira antuk pituduh.” (QS Ali Imran [3]: 103).
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Nalika paitipun gesang kasandhang mekaten panjang, akhiripun nuwuhaken raos senasib sepenanggungan minangka bangsa ingkang katindhes dening penjajah, pramila lajeng ndadosaken raos betah tumrap sesarengan nyawiji tulung tinulung nglawan saking belengguning penjajah.

Allah saestu remen ing perjuangan kanthi cara nyawiji lan dipun ripta kanthi rapi. Kadosdene firmanipun Allah;

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ ﴿٤﴾
Satemene Allah tresna marang wong-wong kang padha berjuang ing dedalane Allah kanthi runtut kaya-kaya minangka sawijining bangunan kang rinengga kanthi bakoh. (Qs. Ash Shaf: 4)

Kados pundi caranipun ndadosaken mawujudipun amrih bangsa saget nyawiji lan manunggal ing alam kamardhikan saat menika?

Kita perlu tumindak kanthi lampah nyata ing salebeting gesang padintenan kita. Ing antawisipun amrih saget njagi raos utawi penggalihipun para tetiyang ing kanankiring ingkang kita srawungi, kadosing kulawarga, tangga tepalih, lan sedaya tiyang ingkang kita panggihi., malah ugi kelompok masyarakat, organisasi utawi suku bangsa pundi kemawon ingkang benten budaya menapa dene adat istiadat.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Ing salebeting hadits saking Sahabat Abu Hurairah r.a., Nabi SAW paring piwucal kados pundi resep kagem njagi amrih saget nyawiji:

لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
‘Sira ojo padha laku dengki, ngapusi, sesengitan, ngadoh (nyingkur), lan ojo tuku barang kang wis dipingini wong liya. Lan dadi-o sira kabeh kawulane Allah kang padha paseduluran. Wong Muslim minangka sedulur tumrap Muslim liyane, mangka ora kena laku zalim, glirwa-ake, ngapusi lan ngasorake” (HR Muslim).

Bab menika dipun tambah kanthi hadits sanes saking Sahabat Anas r.a. :

لاَتَقَا طَعُوا وَلاَتَدَا بَرُوا وَلَاتَبَا غَضُوا وَلاَتَحَا سَدُوا، وَكُونُواعِبَادَ اللهِ إخْوَانًا ، وَلاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Sira ojo medhot pesrawungan, ojo ngungkuri, ojo nyengiti, ojo dengki. Dadi-o sira kawulane Allah kang paseduluran, ora kena sawijining wong Muslim medhot pesrawungan sedulur Muslim luwih saka  telung dina.’” (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits menika nadhesaken bilih kita kedah tansah njagi raos penggalihipun sedherek setunggal lan sanesipun, mboten dengki-srei menawi wonten sedherek sanes nampi nikmat kesaenan, mekaten ugi mboten ngino tiyang muslim sanes ingkang nandhang kekirangan utawi kahanan sarwa cupet ingkang kadonyan sanesipun.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Nyawiji utawi kemanunggalan minangka kunci satunggaling lampah sukses. Sawijining kulawarga ingkang manunggal nyawiji lan kebak raos asih tresna bakal saget mawujudaken suasana kulawarga ingkang ayem tentrem lan kebak ing raos kabingahan. Organisasi ingkang bakoh lan njejegaken paugeran (tatatertib) organisasi bakal saget mggayuh tujuan utawi visi/misinipun kanthi sae. Mekaten ugi satunggaling negari ingkang golong gilig nyawiji, taat lelandhesan hokum lan undang-undang minangka janji prasetya luhur madegipun negari, katambah raos tresna ing bangsa lan negari, mesthi bakal saget nggayuh satunggaling tatanan negari ingkang mandhireng, bakoh lan saget ngasilaken panjagkanipun minangka bangsa ingkang gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem karta raharja.

Saat menika kita nampi warisan kamardhikan menika, mesthinipun nggadhahi tanggel jawab ingkang saestu agung ingkang kedah dipun jagi, dipun rumat lan dipun isi. Kasunyatanipun, bangsa Indonesia menika mayoritas ngrasuk agami Islam, sahingga kita nggadhahi kuwajiban langkung ageng kagem caos sumbangsih lan paring bukti ing piwucaling Islam ingkang ‘rahmatan lil ‘alamin’, lan amrih kita nggadhahi kalenggahann utawi sumbangsih salebeting nderek mbangun bangsa lan ngisi kamardhikan menika.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Kita sedaya nggadhahi kalenggahan ingkang sami ing ngersanipun Allah ta’ala, ingkang ndamel benten namung bab takwanipun mawon. Saking kathahing kelompok masyarakat utawi suku bangsa, kita dipun dhawuhi sami pesrawungan, amrih saget tulung-tinulung. Allah sampun paring dhawuh:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾
He umat manungsa, yekti Ingsun Allah wis nyipta sira kabeh kedaden sangka sawijining wong lanang lan wong wadon, lan ndadek-ake sira dadi mapira-pira bangsa lan suku amrih sira pada srawung. Satemene wong kang paling mulya ing antarane sira mungguhing Allah yaiku kang paling takwa ing antarane sira. Satemene Allah Maha Priksa lan Maha Kuwasa.” (Qs. Al Hujurat: 13)

Kita sedaya nggadhahi kalenggahan ingkang sami, tugas lan kuwajiban ing salebeting negari menika. Pramila kita kedah saget njagi kahanan amrih tetep kondusif lan kajamin stabilitas katentreman masyarakatipun. Allah paring pemut ing dhawuh firmanipun:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿١١﴾
“He wong kang padha iman, sira ojo ngolok-olok (ngina) kaum kang liyane, jalaran bisa kedaden menawa wong liya iku luwih becik tinimbang ing dheweke; lan para wanita ojo ngolok-olok (ngina) marang wanita liyane, jalaran bisa kedaden wanita-wanita mau luwih becik tininbang dheweke (kang ngina), lan sira ojo ngina marang awakira dhewe, lan sira ojo weneh peparab (jeneng) kanthi peparab kang olo. Yekti jeneng kang paling olo yaiku jeneng sawise iman, lan sopo wong kang ora mertobat , mangka dheweke klebu golongane wong kang zalim. (Qs al Hujurat: 11)
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Majengipun bangsa lan negari kita namung kelampah mawujud menawi sedaya rakyatipun saget ngaturaken sumbangsih kagem bangsanipun lumantar kabisan, tugas lan kalenggahan utawi profesinipun piyambak-piyambak. Bab mekaten sampun kadhawuhaken ing kita sedaya:

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُواْ عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدِّارِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ ﴿١٣٥﴾
Kandhakno: "He kaumku, padha makarya-o sira miturut kabisanira dhewe-dhewe, satemene ingsun uga makarya. Ing tembe sira bakal mangerti , sopo ing antarane awake dhewe kang bakal antuk bebathen kang becik ing ndonya iki. Satemene wong-wong kang laku zalim iku ora bakal antuk kabegjan.” (Qs. Al an’am: 135)

Kita sedaya saget nderek andil kagem majengaken lan ndamel kuncaranipun bangsa kita. Wonten saperangan miangka petani, pedagang, wirausaha, seniman, utawi olahragawan. Mekaten ugi wonten profesi guru, pegawai negeri utawi swasta, pejabat pemerintah, politisi ingkang lenggah ing parlemen. Masyarakat kota utawi desa, sedaya kedah nderek “obah” gumregah ngetingalaken grengsengipun kagem nderek andil caos sumbangsih dhumateng negari.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,,
Rancangan kagem ngisi kamardhikan lan mbangun negari menika dipun wujudaken kanthi ndamel struktur pemerintahan ingkang dipun pilih lumantar sistem “pemilihan umum” ingkang bakal nemtok-aken para pejabat ingkang lenggah ing kursi legislatif (DPR) utawi eksekutif (pemerintahan).

Sedaya putra-putri ing negari kita nggadhahi “kesempatan ingkang sami kagem tindak majeng lan “tandhing” kagem ngetingalaken kabisan utawi kapinteranipun. Wonten ugi lumantar proses rekrutmen ing wujud “seleksi terbuka” ingkang bakal nglenggahi pos-pos penting kanthi  syrat standar kompetensi lan keahlian khusus.

Sumangga kita sami gegancangan ing tumindak kesaenan. Sumangga kita sami-“fastabiqul khairat”. Sedaya putra-putri bangsa kedah dipun ajak lan diparingi kesempatan kagem tuwuh lan ngrembaka. Ampun ngantos dipun lirwa-aken, lan ampun ngantos dipun tilar. Kita menika mapan ing perahu ageng ingkang sami, inggih perahu kanthi tenger “negeri Indonesia”.

Ampun nggadhahi raos, bilih namung dhiri kita piyambak ingkang paling sembada saget mrantasi kagem ngurus negari menika. Ampun nggadhahi raos bilih kita piyambak ingkang paling mangertos lan paling leres tumrap menapa ingkang kita tindak-aken.

Ampun nggadhahi raos bilih kita piyambak ingkang paling hebat, dene pihak sanes dipun anggep asor lan mboten nggadhahi syarat kagem nderek mbangun negari.

Mekaten atur khutbah Jumat siang menika, mugi-mugi kita saget njagi manungal lan nyawijinipun bangsa, tansaya bakon ukhuwah Islamiyah ipun, lan saget caos sumbangsih kagem majengipun bangsa lan negari kita. Amiin
 
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلَّا عَلىَ الظَّالِمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الملِكُ اْلحَقُّ اْلُمبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اْلَمبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالمِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهاَالْإِخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَلَّلهُمَ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ  مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ.
اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنىَ.
رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ.
رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ .
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

 Kiat Meraih Kebahagiaan Oleh: Ust Slamet AR Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُ...

Kiat Meraih Kebahagiaan Kiat Meraih Kebahagiaan

Khutbah Jumat

November


 Kiat Meraih Kebahagiaan
Oleh: Ust Slamet AR

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kehidupan yang bahagia adalah dambaan semua orang. Namun demikian, prinsip dan cara pandang orang berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan. Bagi seorang mukmin, kebahagiaan tidak hanya kebahagiaan dunia berupa kemewahan dan keberlimpahan materi, tapi bagaimana lebih memberikan kepastian meraih kebahagiaan akhirat. Kita diajarkan bagaimana cara menyikapi tentang hal tersebut:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ﴿٧٧﴾
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Qs. Al-Qashash:77)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kebahagiaan yang kita dambakan adalah kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana doa disyari’atkan di dalam Al-Qur’an yang dikenal sebagai “doa sapu jagat”:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿٢٠١﴾
“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201)

Sebagai seorang Muslim, kebahagiaan haruslah diraih dengan cara yang baik dan diridhai Allah taala. Dan kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan akhirat berupa selamat dari api neraka dan masuk ke surga, sebagaimana firman Allah ta’ala:

•    كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿١٨٥﴾
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Qs ali ‘Imran: 185)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Faktanya, hidup ini penuh dinamika, ada pasang surut; suka dan duka. Lalu, bagaimana kiat praktisnya agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat?
Ada beberapa kiat praktis untuk meraih kebahagiaan, yaitu:

1.    Sabar. Sifat sabar sangat diperlukan oleh setiap manusia dalam segala aspek, seperti menghadapi musibah, menaati perintah Allah, menghindari maksiat, menerima takdir, menghadapi nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan sebagainya. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Baqaroh 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ ﴿١٥٦﴾
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa innailaihi roji'un.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
2.    Syukur. Selalu menjaga rasa syukur dapat meningkatkan motivasi kita untuk terus beribadah kepada Allah ta’ala. Selain itu, rasa syukur juga perlu diungkapkan secara jelas, baik dalam bentuk perkataan, di dalam hati, maupun tingkah laku.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat" (Q.S. Ibrahim: 07)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
3.    Ikhlas. Ikhlas memiliki arti bersih, murni, atau suci. Sebaliknya, jika di dalam hati terdapat rasa ingin didengar oleh orang lain, pamer, dan membanggakan diri, artinya kita belum termasuk golongan orang yang ikhlas.

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam" (Q.S. Al An'aam:162)

Sikap ikhlas ini akan memberi pengaruh dalam diri kita terjauh dari sikap berkeluh kesah, malas, iri dengki dan putus asa.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
4.    Tawakal. Bertawakal kepada Allah memiliki maksud bahwa kita sebagai hambanya hanya menyerahkan segala urusan kepada Allah taala semata. Jadi, ketika kita ditimpa musibah, kita harus segera mengingat dan mengharapkan pertolongan dari Allah taala.

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً ﴿٣﴾
 “Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu” (Q.S. Ath Thalaaq: 3)

Demikianlah khutbah hari ini, semoga bisa mengingatkan kita untuk selalu berpegang pada sikap yang mulia ini. Kita selalu siap menghadapi berbagai problematika kehidupan sehari-hari, sehingga mampu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ
وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 Lakune Nggayuh Kabegjan Jati Dening: Ust Slamet Abdurrahman Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْ...

Lakune Nggayuh Kabegjan Jati Lakune Nggayuh Kabegjan Jati

Khutbah Jumat

November


 Lakune Nggayuh Kabegjan Jati
Dening: Ust Slamet Abdurrahman

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Gesang ingkang kebak ing kabingahan saestu minangka pepenginan sedaya tiyang. Nanging, prinsip lan petangan tiyang benten-benten anggenipun menggalih.  Tumrap tiyang mukmin, kabingahan mboten namung ingkang wujud gebyar kadonyan ingkang sarwo moncer lan leluwihan arto bandha; nanging kados pundi saget paring jaminan pikantuk kabegjan jati dumugi ing akhirat. Kanthi piwucal ing agami Islam, kita pinaringan pitedah kados pundi caranipun ngadhepi perkawis menika:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ﴿٧٧﴾
“Lan padha ngupadi-o kanungrahan peparinge Allah tumrap sira, yaiku kabegjan jati ing alam akhirat, lan sira ojo nglirwa-ake nasib urip-ira kasenengan urip ing ndonya.” (Qs. Al-Qashash:77)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kabingahan gesang ingkang kita pengini inggih kabingahan ndonya lan akhirat, kados ingkang dipun syari’at-aken ing salebeting Al-Qur’an ingkang winastan “donga sapu jagat”:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿٢٠١﴾
“Dhuh Gusti Allah, mugi Paduka paring ing kawula kesaenan gesang ing ndonya lan kesaenan akhirat, lan mugi ngreksa ing kawula saking bebayaning siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201)

Minangka  tiyang Muslim, kabingahan gesang kedah dipun upadi kanthi cara ingkang sae lan pikantuk ridha saking Allah taala. Dene kabingahan gesang ingkang hakiki inggih menika kabingahan mbenjang ing akhirat awujud wilujeng saking bebayaning siksa neraka lan kalebetaken ing suwarga, kados dhawuh firmanipun  Allah ta’ala:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿١٨٥﴾
“Saben-saben jiwa bakal ngrasa-ake pati. Lan satemene ing dina kiamat wae bakal kasampurna-ake piwales ganjarane. Sopo wong kang diadohake (uwal) sangka neraka, lan kalebok-ake ing suwarga, mangka yekti dheweke wis antuk kabegjan. Urip kadonyan iku ora liya mujudake kasenengan urip kang nggawe leno.” (Qs ali ‘Imran: 185)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kasunyatanipun, gesang menika kebak ing owah gingsir, kadang kala minggah, ing wekdal sanes mandhap. Wonten begja lan cilaka, bungah lan susah. Kados dene “cokro manggilingan”

Lajeng, kados pundi lampahipun amrih kita saget nggayuh kabingahan gesang ndonya lan akhirat?

Kanthi pitedah agami, kita badhe manggihaken piwucal wontenipun “lampah sigeg” kagem nggayuh kebingahan, ing antawisipun:

Sepisan,  Sabar. Sifat sabar saestu sanget dipun betahaken  tumrap saben tiyang ing sedaya perkawis, antawisipun: nalika ngadhepi  musibah, nindak-aken dhawuhing Allah, nyingkiri lampah maksiat, nampi takdir, nampi nikmat peparingipun Allah, lan sanes-sanesipun. Allah sampun paring firman ing Surat Al-Baqaroh 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ ﴿١٥٦﴾
“Lan Ingsun Allah yekti bakal paring pacoban ing sira kabeh kanthi nandhang rasa wedi, kaluwen, sudaning bandha, jiwa lan wpoh-wohan. Paringana kabar gumbira marang wong-wong kang padha laku sabar, (yaiku) wong-wong kang nalikane nandhang musibah, dhewekw ngucap “Inna lillahi wa innailaihi roji'un”.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kaping kalih, Syukur. Tansah njagi raos syukur saget nambah kiyatipun manah kita kagem nglampahi pangibadahan dhumateng Allah ta’ala. Mekaten ugi, raos syukur perlu dipun pratela-aken kakrenteg ing ati lan tindak lampah padintenan.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾
Lan (elingo) nalika Allah pangeranira wis paring dhawuh, "Satemene menawa sira padha bisa syukur, yekti Ingsun Allah bakal paring tambah (nikmat) marang sira, nanging menawa sira padha kufur (selak marang nikmat-Ingsun), mangka yekti azab pasiksaning-Sun Allah banget abot " (Q.S. Ibrahim: 07)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kaping tiga, Ikhlas. Ikhlas suraosipun resik, murni, utawi suci. Suawalikipun, menawi ing salebeting manah wonten raos kepengin dipun pireng ing tiyang sanes, pamer (umuk) lan kumalungkung, menika tegesipun kita dereng saget mlebet pribadhi kita  tiyang ingkang ikhlas.

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
Ucapno, "Saestunipun salat kawula, ibadah kawula, gesng kawula, lan pejah kawula namung kagem (pados ridhanipun ) Allah, sesembahanipun in alam jagat raya " (Q.S. Al An'aam:162)

Lampah ikhlas mekaten bakal nuwuhaken raos ing salebeting diri kita tinebih saking watak nggresulo, wegah, drengki-srei, lan  putus asa.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kaping sekawan, Tawakal. Tawakal dhumateng Allah maksudipun bilih kita minangka kawulanipun namung kedah pasrah sumarah ing sedaya perkawis geang kita dhumateng Allah taala. Kanthi mekaten, menawi kita nandhang musibah, kita kedah enggal-enggal emut lan ngajeng-ajeng pitulunganipun Allah taala.

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً ﴿٣﴾
 “Lan Panjenngane Allah kang paring rejeki sangka papan kang tan kinira-kira. Lan sopo wong kang laku tawakal marang Allah, yekti Allah bakal nyukupi hajat kebutuhane. Satemene Allah murbo wasesa sakabehing kersane. Yekti, Allah wis nemtok-ake sakabehing “ (Q.S. Ath Thalaaq: 3)

Mekaten atur khutbah siang ini, mugi-mugi saget dados pemut ing kita minangka gegondhelan (pandom) ing lampah watak ingkang mulyo menika. Kita tansah siap sumadiyo ngadhepi mawerni-werni lelampahan gesang padintenan, sahingga saget nggayuh kabegjan jati ing ndonya lan akhirat. Amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ
وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 Mewaspadai Jebakan Dosa Oleh : Ust Luthfi Makarim Khutbah Pertama   اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقّ...

Mewaspadai Jebakan Dosa  Mewaspadai Jebakan Dosa

Khutbah Jumat

November


 Mewaspadai Jebakan Dosa
Oleh : Ust Luthfi Makarim

Khutbah Pertama
 
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita diperintahkan oleh Allah agar selalu menjaga iman takwa dengan penuh kesungguhan. Sebab dengan ketakwaan inilah kita akan memperoleh kebahagiaan sejati, sekaligus akan mendapatkan banyak kemudahan saat menemui berbagai ujian kehidupan. Keutamaan takwa diungkapkan Allah SWT:

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
     “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (Q.S. Ath-Thalaq: 2).

Maka kita diperintahkan untuk senantiasa berhati-hati dan beruapaya mengikuti petunjuk Rasulullah SAW, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Seseorang yang terjerumus dalam perlaku dosa atau maksiat akan mengalami dampak yang sangat buruk, di antaranya hati akan semakin gelap. Akibatnya akan terhalang dari cahaya ilmu dan hidayah kebaikan. Allah SWT berfirman,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14).

Perilaku dosa juga akan menjadi penyebab terhalangnya rejeki, sebagaimana hadits Nabi SAW:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ (رواه الحاكم وابن حبان وغيرهما)   
“Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari suatu rezeki sebab dosa yang dilakukannya.” (HR al-Hakim, Ibnu Hibban, dan lainnya).   

Sementara itu, akibat lain yang akan dialami oleh pelaku dosa adalah : jatuhnya martabat di hadapan Allah dan manusia, mengalami banyak kesulitan hidup, dan semakin jauh dari petunjuk, bahkan menjadi penyebab mudahnya muncul perilaku dosa yang lainnya.

Dan yang harus lebih diwaspadai adalah bahwa perilaku dosa atau maksiat itu bisa menimpa akibatnya kepada orang lain yang tidak mengerjakan kemaksiatan. Misalmya: menyebarnya penyakit Aids, bencana banjir, kebakaran dan sebagainya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Banyak orang melakukan maksiat takut dan tidak ingin diketahui sesama manusia, akan tetapi tidak takut kepada Allah. Hal ini sebagaimana disinyalir dalam al-Qur’an:

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Apa yang menjadi penyebab manusia melakukan dosa?
Sebab pertama: Lemahnya iman
Lemah iman sebagai akibat karena kurangnya ilmu; kurang mengenal Allah (ma’rifatullah).  Bila seseorang itu beriman, dekat dengan Allah, maka tentu dia akan merasa takut pada pengawasan Allah daripada memilih kesenangan dunia yang sifatnya hanya sementara. Orang yang lemah iman tidak mengetahui hak-hak Allah, dan apa yang menjadi kewajiban yang harus dijalankan dalam hidupnya.

Sebab kedua: Teman bergaul yang jelek.
Dalam hadits dari Abu Hurairah r.a.  Rasulullah SAW bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mengikuti kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad).

Banyak maksiat yang terjadi dikarenakan teman pergaulan yang jelek; padahal di rumah telah memiliki keluarga dan lingkungan yang  baik, sekolah dan tempat kerja juga  baik. Tetapi karena teman bergaulnya rusak, akan terjerumus juga pada perilaku maupun kebiasaan teman yang buruk ini.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sebab ketiga: Mengikuti hawa nafsu.
Pandangan mata  yang bebas, tidak mau ditundukkan. Ingatlah dengan pandangan, panah iblis mulai dimainkan, makanya Allah memerintahkan :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nuur: 30)

Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim, no. 2159)
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sebab keempat: Banyak waktu longgar, kurang diisi dengan hal yang berguna.
Dan menganggap sepele (remeh) dalam memperuruti keinginan selera dan mengumbar hal-hal mubah. Nabi SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Ada kalanya waktu longgar kita diisi dengan perilaku iseng dan cenderung lagha atau bahkan mubazir. Hal semacam ini sangat memungkinkan kita terjerumus dalam perbuatan dosa.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Bagaimana cara mengatasinya?
    Secara sederhana, kita harus mau belajar untuk menambah ilmu khususnya tentang agama sehingga akan memperkuat keimanan, kemudian mencari teman bergaul yang baik. Sebab teman pergaulan yang baik akan mendorong terciptanya kebiasaan yang baik pula.

Selanjutnya kita harus mengingat, bahwa umur kita itu sangat singkat (terbatas). Tidak ada yang bisa mengetahui, kita ini akan diberi kesempatan hidup sampai kapan, maka harus pandai-pandai mengisi waktu untuk memperbanyak amal kebaikan sebelum terlambat dengan dijemput datangnya ajal.

Demikian khutbah hari ini, semoga kita bisa menjaga nilai iman takwa dan terhindar dari jebakan perilaku maksiat. Amiin.

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ
وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Waspada Marang Laku Dosa Dening : Ust Luthfi Makarim Khutbah I اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِي...

Waspada Marang Laku Dosa  Waspada Marang Laku Dosa

Khutbah Jumat

November


Waspada Marang Laku Dosa
Dening : Ust Luthfi Makarim

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita dipun dhawuhi dening Allah SWT amrih tansah njagi iman takwa kanthi saestu. Jalaran kanthi takwa menika kita bakal nampi kabingahan  sejati, lan pikantuk kathahipun kesaenan saha margi ingkang gampil ngluwari ruwet renenging gesang saben nandhang pacoban. Kautamanipun takwa dipun wedhar dening Allah SWT:

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
"Sopo wong kang takwa marang Allah, yekti Panjenengane bakal paring ing dheweke dalan ngluwari ing perkarane”. (Q.S. Ath-Thalaq: 2).

Pramila kita dipun dhawuhi supados tansah ngatos-atos lan mbudidaya midherek pitedah piwucalipun Rasulullah SAW, kados dhawuhipun ing Al-Qur’an:

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
“Apa kang kaparingake Rasul marang sira, mangka tindakno. Lan apa kang dilarang tumrap sira, mangka tinggalno.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Setunggaling tiyang ingkang kajrumus ing lampah dosa utawi maksiat bakal nandhang kahanan ingkang saestu awon, ing antawisipunmanahipun bakal ngaros peteng dnhdhet. Satemah bakal ngalami pepalang saking sinaring ngelmu lan pitedah kesaenan. Allah SWT paring firman,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Babar pisan ora (mengkono), yekti apa kang padha ditindak-ake iku njalari nutup ing atine (dadi peteng).” (QS. Al-Muthaffifin: 14).

Tumindak dosa ugi bakal dados jalaran satunggaling tiyang kacandhek rejekinipun, kados hadits dhawuhipun Nabi SAW:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ (رواه الحاكم وابن حبان وغيرهما)   
“Satemene sawijining wong bakal kacandhek atasing rejekine jalaran saka dosa kang ditindak-ake.” (HR al-Hakim, Ibnu Hibban, dan lainnya).   

Dene akibat sanes ingkang bakal dipun sandhang dening tiyang nglampahi dosa inggih menika : drajat martabatipun dhawah, inggih asor ing ngersanipun Allah lan sasamining tiyang, nandhang kathah ruwet rentenging gesang , lan tansaya tebih saking pitedah, malah dados jalaran gampilipun tuwuh lampah dosa sanesipun.

Lan kita kedah langkung waspada bilih laku dosa utawi maksiat menika akibatipun saget nemahi dhumateng tiyang sanes ingkang mboten ndherek tumindak; saumpami sumebaripun penyakit Aids, musibah banjir, kobonganlan sanesipun.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Katahipun tiyang ingkang tumindak maksiat menika ajrih lan mboten remen dipun mangertosi ing tiyang sanes; nanging  piyambakipun mboten ajrih dhumateng Allah SWT. Perkawis ingkang mekaten sampun kaserat ing  al-Qur’an:

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
“Dheweke dhedhelikan sangka manungsa, nanging ora bisa dhedhelikan sangka Allah, kamangka Allah tansah nyartani ing dheweke, nalika ing sawijining wengi dheweke mutus perkara wewadi kang ora antuk ridha sangka Allah. Dene gusti Allah iku Maha njangkung ing samubarang apa kang padha ditindakake (kawulane).” (QS. An-Nisa’: 108).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Menapa jalaranipun umat manungsa tumindak dosa?
Sepisan: Ringkihipun iman
Ringkihipun iman minangka akibat saking kirangipun ngelmu; mboten mangertos hakekatipun Allah ingkang minangka sesembahahanipun (ma’rifatullah).  Menawi satunggaling tiyang nggadhahi iman ingkang kiyat, caket dhumateng Allah, pramila mesthi piyambakipun bakal rumaos ajrih saking pengawasanipun  Allah tinimbang milih karemenan kadonyan ingkang sipatipun namung singkat (sakedhap). tiyang ingkang ringkih imanipun mboten mangertos hak-hak ipun Allah, lan menapa ingkang daos kuwajiban ingkang kedah dipun lampahi ing salebeting gesang

Kaping kalih: kanca srawung ingkang awon.
Ing salebeting hadits saking Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW paring sabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Sawijining wong bakal melu laku padatan kanca cedhake, awit sangka iku padha nggatekno apa kang padha dadi kanca caketmu.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad).

Kathah lampah maksiat ingkang kelampah jalaran kanca srawung ingkang awon, kamangka ing nggriya sampun gadhah kulawarga ingkang sae, tangga tepalih sae, sekolah lan papan nyambut damel ugi sae. Nanging jalaran kanca srawungipun risak lan awon tumindakipun, mesthi piyambakipun bakal ndherek ‘katut’ kajrumus ugi ing tumindak lan padatan awon saking kanca menika wau.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kaping ketiga: nuruti hawa nepsu.
Panyawanging mripat ingkang dipun umbar kanthi bebas, mboten purun tumungkul. Kita kedah emut, bilih kanthi nyawang, panah panggodhaning iblis wiwit lumampah; pramila Allah paring dhawuh:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Kandhakno marang para priya kang iman: “Prayoga dheweke padha nahan (meper) panyawange, lan njaga ing farji-ne, kang menkono iku luwh suci tumrap dheweke. Satemene gusti Allah Maha Priksa ing apa wae tumindak kawulane .” (QS. An-Nuur: 30)

Saweneh hadits saking Jarir bin Abdullah r.a, piyambakipun matur:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku tau nyuwun priksa ing ngersane Rasulullah SAW perkara nyawang kang ora disengaja. Panjenengane kanjeng Nabi banjur paring dhawuh marang aku supaya age-age nyingkur, ngalihake panyawangku.” (HR. Muslim, no. 2159)
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kaping sekawan: kathah wekdal longgar, kirang dipun isi kanthi perkawis ingkang piguna.
Salajengipun nganggep sepele (remeh) nalika nuruti pepenginan manah lan ngumbar perkawis ingkang kalebet mubah. Nabi SAW paring sabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ono nikmat loro kang akehe manungsa padha leno (kapusan), yaiku nikmat sehat lan wektu longgar.” (HR. Bukhari)

Kadhangkala wekdal longgar dipun isi kanthi tumindak iseng lan kepara dhumawah lagha utawi malah dados mubazir. Ingkang mekaten saget ndadosaken kita gampil kejrumus ing tumindak dosa.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Salajengipun kados pundi caranipun nyingkiri?
    Kanthi lampah prasaja, kita kedah purun sinau kagem nambah ngelmu (sesrepan) khususipun ing agami sahingga bakal nambah raos kiyat iman kita. Salajengipun ngupadi kanca pesrawungan ingkang sae, jalaran menika bakal njurung ing tumindak lan padatan ingkang sae ugi.

Kita kedah emut, bilih umur gesang kita menika saestu singkat (wonten batesipun). mboten wonten ingkang mangertos, dumugi kapan kita menika bakal pinaringan jatah gesang. Pramila kita kedah saestu wicaksana ngatur lan ngisi wekdal kagem nambah kathahipun amal kesaenan saderengipun telat kanthi dhatengipun takdir “ajal”.

Mekaten atur khutbah siang menika, mugi-mugi kita saget njagi raos iman takwa, lan saget nyingkiri saking panggodhaning lampah dosa utawi maksiat. Amiin.

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ
وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Hidup Sederhana Oleh : Ust. Muslih Abdul Karim Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِي...

Hidup Sederhana Hidup Sederhana

Khutbah Jumat

November


Hidup Sederhana
Oleh : Ust. Muslih Abdul Karim

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ ,فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ,  يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat ini kita hidup di zaman yang penuh dengan fitnah, yaitu tersebar luasnya berbagai  tantangan, ancaman dan madharat dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu fitnah yang harus kita waspadai adalah fitnah syahwat, yaitu dorongan hawa nafsu untuk memenuhi gaya hidup yang bermewah-mewah,  glamour, mengumbar kesenangan hidup yang mengarah kepada sifat hedonis. Mengejar kenikmatan secara instan.

Mungkin saat ini sudah dianggap biasa adanya fenomena memamerkan kemewahan hidup dalam bentuk kepemilikan barang mahal dan selalu berganti-ganti mode, yang diperilhatkan masyarakat, baik secara langsung dalam pergaulan sehari-hari ataupun melalui media sosial. Ada dalam bentuk pakaian, perhiasan, jenis makanan, kendaraan, kepemilikan rumah, rekening bank, hobby piknik di tempat wisata populer dan lain sebagainya.

Ajaran Islam  memperingatkan kaum Muslimin dari gaya hidup semacam itu karena orang yang hidup bermewah-mewah itu akan cenderung melalaikan kewajiban utama untuk beribadah yang semestinya hanya melakukan perbuatan untuk mencari ridho Allah saja. Al-Qur’an mengingatkan:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ١ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ٢
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (Qs. At Takatsur: 1-2)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Islam menganjurkan gaya hidup sederhana dan zuhud terhadap  gemerlap hidup  duniawi, dan harus mengendepankan akhlak dalam pergaulan masyarakat.

وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا  ٦٣
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (Qs. Al Furqan: 63)

Megapa gaya hidup mewah dikecam? Sebab seringkali terjadi orang yang demikian sikapnya mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka merasa sudah kecukupan dan bisa melakukan apa saja. Dengan hartanya, tidak membutuhkan agama.

ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ  ٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ  ٣
“orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,” (Qs. Al Humazah: 2-3)

Ayat lain mengungkapkan tentang sebab siksaan dan kesengsaraan ash-habusy syimaal atau golongan kiri besok di akhirat,

إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُتۡرَفِينَ  ٤٥ وَكَانُواْ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلۡحِنثِ ٱلۡعَظِيمِ  ٤٦
“Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah, dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar,” (Qs. Al-Waqi’ah: 45-46)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam satu hadits  Nabi SAW bersabda bahwa berkimpahnya harta kekayaan justru menjadi penyebab kehancuran masa depan.

فَوَاللَّهِ ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ.
“Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang paling aku khawatirkan atas diri kalian, namun aku mengkhawatirkan dilapangkannya dunia buat kalian sebagaimana dunia ini telah dilapangkan bagi orang-orang sebelum kalian sehingga kalian saling bersaing satu sama lain sebagaimana dahulu mereka saling bersaing dan hal itu akan membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Muslim)

Demikian juga dalam hadits lainnya Nabi SAW bersabda,

كُلُوا وَاشْرَبُوا، وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا، مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ
“Makanlah kalian dan minumlah, dan bersedekahlah serta berpakaianlah selama tidak dicampuri dengan sikap berlebihan dan kesombongan.” (HR. Ibnu Majah)

Dari hadits ini cukup jelas bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kesederhanaan atau proporsionalitas dalam perkara makan, minum, dan berpakaian. Bahkan juga dalam berinfak sebagaimana disebut dalam surat Al-Furqan: 67,

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا  ٦٧
“Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kecaman Islam terhadap sikap hidup mewah  bukan berarti mengharamkan berbagai nikmat dan kebaikan yang dihalalkan Allah; tetapi maksudnya adalah agar bersikap sederhana dalam membelanjakan harta dan hati tidak tergantung atau cenderung kepada berbagai macam kenikmatan tersebut.

Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,

 – إنَّ اللهَ جميلٌ يحبُّ الجمالَ ، و يحبُّ أن يَرى أثرَ نعمتِه على عَبدِه ، و يُبغِضُ البُؤسَ و التَّباؤُسَ
”Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan mencintai keindahan. Allah suka untuk melihat pengaruh atau bekas nikmat-Nya atas hamba-Nya. Dan Allah membenci kedekilan dan memperlihatkan kedekilan.” (HR. Al-Baihaqi)

Selanjutnya, agar kita selalu ingat hakikat kehidupan dunia ini, kita dibimbing dengan doa yang sangat indah, yaitu:,

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لي دِينِي الذي هو عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا معاشِي، وَأَصْلِحْ لي آخِرَتي الَّتي فِيهَا معادِي
“Ya Allah! Perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pelindung urusanku dan perbaikilah untukku duniaku yang penghidupanku ada di dalamnya, dan perbaikilah akhiratku yang di sanalah tempat kembaliku.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Berpegang teguh dengan sikap pertengahan dalam masalah harta bukanlah perkara mudah, karena harta itu bisa memperdaya orang dari dua arah, yaitu: boros yang melampaui batas, dan bakhil, kikir alias pelit kepada sesama. Allah Ta’ala  berfirman,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ – ٣١
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf: 31)

Inilah kesederhanaan dalam Islam. Meskipun memiliki harta yang banyak dan berlimpah, tetapi tidak boros dalam berbelanja, dalam memenuhi unsur kehidupan seluruhnya seperti pakaian, perabot rumah tangga, kendaraan dan seterusnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Membelanjakan harta dan hidup secara berlebihan sungguh merupakan perilaku tercela, dan akan jatuh pada status mubadzir, yang para pelakunya disebut telah berkawan dengan setan.

... وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا  ٢٦ إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا  ٢٧
“dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Qs. Al Isra’: 26-27)

Demikian khutbah pada hari ini, semoga kita bisa menjalani pola hidup sederhana dan jangan melampaui batas.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ .رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Urip Prasojo Dening: Ust. Muslih Abdul Karim Khutbah I الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُ...

Urip Prasojo Urip Prasojo

Khutbah Jumat

November


Urip Prasojo
Dening: Ust. Muslih Abdul Karim

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ ,فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ,  يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Wekdal menika kita gesang ing zaman ingkang kebak fitnah, maksudipun bilih sampun sumebar sawernaning bebaya, ancaman lan godhaning gesang. Saweneh fitnah ingkang kedah kita waspadani ingkang sinebat fitnah syahwat, inggih menika godhaning hawa nepsu kagem nuruti pepenginan gesang ingkang sarwo moncer, glamoue, ngumbar karemenan gesang ingkang arahipun tumuju sifat hedonis. Mbujung kenikmatan kanthi cara instan.

Mbokbilih saat menika sampun dipun anggep lumrah wontenipun kasunyatan mameraken monceripun gesang kanthi wujud deduwen arta bandha “awis” (lux) lan tansah ganti mode, ingkang dipun ketingalaken dening masyarakat. Wonten ingkang lumantar cara langsung ing pesrawungan padintenan, utawi kanthi sarana media sosial. Wonten ing babagan pakaian, perhiasan, jenis makanan, kendaraan, kepemilikan rumah, rekening bank, hobby piknik ing papan wisata populer lan sanes-sanesipun.

Piwucal Islam  paring pemut tumrap kaum Muslimin saking model gesang ingkang mekaten, jalaran gampil ndadosaken  tiyang bakal leno ing kuwajiban pokok kagem ngibadah ingkang samesthinipun namung nindakaken amalan namung kagem ngupadi ridhanipun Allah subahanahu wata’ala kemawon. Al-Qur’an ngemutaken:

    أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ١ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ٢
“Laku moncer-monceran wis nggawe leno ing siro nganti siro mlebu (nyemplung) ing  kubur.” (Qs. At Takatsur: 1-2)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Piwucal Islam nenuntun ing lampah gesang ingkang prasojo lan zuhud saking gebyaring kadonyan, lan kedah nengenaken ing babagan  akhlak ing salebeting pesrawungan masyarakat. Allah paring dhawuh:

وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا  ٦٣
“Lan para kawulaning Allah kang Maha Welas asih, yaiku wong kang padha lumaku ing salumahing bumi kanthi andhap asor; dene yen ono wong jahil kang nggodha lakune, dheweke ngucap kanthi ucapan kang becik.” (Qs. Al Furqan: 63)

Kenging menapa lampah gesang memonceran dipun sendhu (kecam)? Jalaran asring kelampah tiyang ingkang tumindak mekaten sami maido utawi nggorohaken dhawuh lan piwucalipun ayat-ayat Allah. Tiyang-tiyang mekaten rumaossampun sarwo kacekapan lan saget tumindak menapa kemawon, kanthi arta bandhanipun rumaos sampun mboten mbetahaken piwucal agami.

ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ  ٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ  ٣
“Wong kang padha pijer ngumpulake bandha lan tansah ngetung-etung,dheweke ngira menawa dandhane iku bisa njamin nuruti kasenengane,” (Qs. Al Humazah: 2-3)

Ayat sanes njlentrehaken ing sebabipun nampi pasiksan lan kasangsaran ingkang dipun tampi dening  “ash-habusy syimaal” utawi golongan kiwo mbenjang ing akhirat,

إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُتۡرَفِينَ  ٤٥ وَكَانُواْ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلۡحِنثِ ٱلۡعَظِيمِ  ٤٦
“Satemene wong-wong iku ing jaman biyen padha laku urip memonceran, lan dheweke tansah tumindak ing laku dosa kang gedhe,” (Qs. Al-Waqi’ah: 45-46)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ing satunggaling hadits  Nabi SAW paring sabda bilih kathahing kasugihan arta bandha justru minangka jalaran gesang ing tembenipun nandhang sirna:

فَوَاللَّهِ ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ.
“Demi Allah ! Dudu kahanan fakir kang paling ingsun kuwatirake tumrap sira, nanging ingsun nguwatirake nalika urip kadonyanira kabukak kanggo sira, koyodene donya iki wis kabukak marang wong sadurungira, sahingga sira padha “jor-joran” siji kelawan liyane, koyodene mbiyen wong-wong padha tansah “jor-joran” lan bab iku bakal nggawe sirna ing sira koyodene wong-wong mbiyen wis nandhang sirna.” (HR. Muslim)

Mekaten ugi ing hadits sanes kanjeng Nabi SAW paring sabda,
كُلُوا وَاشْرَبُوا، وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا، مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ
“Mangan lan ngombe-a sira, wetokno sedekah lan ngganggo sandhangan selagi ora dicampuri kanthi laku leluwihan lan umuk” (HR. Ibnu Majah)

Saking hadits menika mekaten cetha kados pundi Rasulullah SAW paring piwucal ing tindak lampah prasojo utawi sakmurwat ing babagan dhahar, ngunjuk, lan ngagem sandhangan. Malah ugi ing salebeting ngedalaken infak kados ingkang kasebat ing surat Al-Furqan: 67,

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا  ٦٧
“Lan wong-wong kang nalika mblanja-ake (ifak) ing bandhane dheweke ora leluwihan, lan ugo ora cethil (bakhil), nanging ono ing santarane sakelorone kahanan kanthi murwat (wajar)”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Panyendhuning piwucal Islam tumrap lampah gesang memonceran mboten ateges ndamel “haram” ing mapinten wujud nikmat lan kesaenan ing sampun cetha hukum halalipun saking Allah; nanging maksudipun inggih amrih kita saget tumindak gesang anthi prasojo ing salebeting mblanja-aken arta bandha lan manah kita mboten tansah kapilut utawi kayungyun ing kanimatan donya menika.

Perkawis mekaten kados dahwuh ing hadits aking sahabat Abu Sa’id al-Khudri r.a, bilih Rasulullah SAW paring sabda,

 – إنَّ اللهَ جميلٌ يحبُّ الجمالَ ، و يحبُّ أن يَرى أثرَ نعمتِه على عَبدِه ، و يُبغِضُ البُؤسَ و التَّباؤُسَ
”Satemene Allah iku Maha endah lan tresna marang kaendahan. Allah seneng mriksani marang tilas peparing nikmat Panjenengane tumrap kawula. Lan Allah sengit marang kahanan kucel (lusuh) lan kang ngatonake kahanan kucel.” (HR. Al-Baihaqi)

Salajengipun, amrih kita tansah emut ing hakekatipun gesang kadonyan menika, kita dipun tuntun kanthi donga ingkang mekaten endah, inggih menika:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لي دِينِي الذي هو عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا معاشِي، وَأَصْلِحْ لي آخِرَتي الَّتي فِيهَا معادِي
“Dhuh Gusti Allah! Mugi paring kesaenan ing agami kawula, ingkang minangka tameng sedaya urusan kawula, lan mugi paring kesaenan ing kawula donya kawula, ingkang gesang kawula dumunung ing papan menika, lan mugi paring kesaenan akhirat kawula ingkang ing papan menika minangka papan wangsul kawula.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Cecepengan kanthi kenceng ing lampah sakmadya salebeting perkawis ngecak-aken arta bandha mboten perkawis ingkang gampil, jalaran arta bandha menika saget ngrenah tumindaking tiyang saking kalih (2) kahanan, inggih menika : boros ingkang ngliwati bates (memonceran) lan sipat bakhil, kikir utawi cethil dhumateng sesami. Allah Ta’ala  paring firman,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ – ٣١
“He anak putune Adam! Anggonen sandhanganmu kang becik-becik saben mlebu ing masjid, padha manganlan ngombe-a sira, nanging ojo leluwihan. Yekti, Allah ora tresna marang wong kang padha laku leluwihan.” (Qs. Al-A’raf: 31)

Kados mekaten menika lampah prasojo ing piwucal Islam. Senadyan gadhah arta bandha ingkang kathah lanmaprah, nanging mboten boros anggenipun mblanja-aken nalika nyekapi kabetahan gesang saking bab sandhangan, perkakas  rumah tangga, kendaraan lan sanesipun.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mblanja-aken arta bandha lan gesnag kanthi leluwihan saestu minangka lampah awon, lan bakal dhumawah ing kahanan  mubadzir, ingkang menawi tiyang tumindak mekaten bakal kekancankaliyan setan. Allah ta’ala paring pemut:

... وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا  ٢٦ إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا  ٢٧
“lan sira ojo padha laku memonceran ing bandhanira kanthi boros (mubadzir). Satemene wong kang tumindak memonceran iku dadi kancane setan; dene setan iku banget anggone mbalelo marang Allah sesembahane.” (Qs. Al Isra’: 26-27)

Mekaten atur khutbah ing dinten menika, mugi-mugi kita saget nglampahi gesang ingkang prasojo lan mboten ngliwati bates. Amiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ .رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

MENCINTAI NABI Oleh: Ust Rahmat Abdullah اَلْحَمْدُ لِلّهِ اَلذِي بَعَثَ رَسُـوْلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِتَتْمـِيْمِ مَكَارِ...

MENCINTAI NABI MENCINTAI NABI

Khutbah Jumat

November


MENCINTAI NABI
Oleh: Ust Rahmat Abdullah

اَلْحَمْدُ لِلّهِ اَلذِي بَعَثَ رَسُـوْلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِتَتْمـِيْمِ مَكَارِمَ اْلأَخْـلاَقِ. اَشْـهَدُ اَنْ لآ اِلهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ اَلْمَلِكُ الْخَلاَّقُ, وَاَشْـهَدُ اَنَّ سَـيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ شَـهَادَةً تُنْجِى قَائِلَهَا مِنْ عَذَابِ يَوْمِ التَّلاَقِ. اَللَّهُمَّ صَـلِّ وَسَـلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ عَلَى اْلإِطْلاَقِ, وَعَلَى آلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَنْ آمَنَ بِهِ وَاَحَـبَّهُ وَاشْـتَاقْ.
أَمَّا بَعْدُ: أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَهُوَ رَبُّ الْفَلَقِ إِلَى يَوْمِ التَّلاَقِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Saat ini kita berada di bulan Rabiul Awal, bulan dimana seorang manusia mulia dan pilihan Allah dilahirkan, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Maka sebagai umatnya, wajib kiranya kita mengungkapkan syukur yang tak terhingga sebab kelahiran baginda Rasulullah SAW adalah termasuk nikmat yang agung.

Diantara cara mensyukuri atas hadirnya Rasulullah SAW di muka bumi ini, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an adalah dengan menunjukkan rasa gembira. Allah SWT berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus: 58)

Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat ini? Sahabat Abdullah Ibnu Abbas r.a. menafsirkan ayat tersebut dengan cukup jelas: Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah SWT sekaligus ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad SAW. Allah SWT telah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya: 107)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kita wajib bergembira dan mencintai Nabi SAW karena dengan perantaraan beliau kita bisa mengenal Islam, menemukan kebenaran hakiki dan tidak tersesat.
Dan satu hal yang sangat penting bahwa, Rasulullah SAW sangat mencintai umatnya. Salah satu bukti cinta baginda kepada umatnya ditunjukkan dalam sabda beliau:

لِكُلّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً لِأُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
"Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku (Nabi) menyimpan doaku sebagai syafa’at untuk umatku di hari kiamat" (HR Muslim).

Demikian besar kecintaan Nabi terhadap umatnya, sehingga “Hak doa yang mustajab” bagi Nabi SAW itu diperuntukkan bagi umatnya, sebagai syafaat (pertolongan) besok di hari kiamat. Subhanallah.. berbahagialah kita sebagai umatnya !

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kita perlu berlatih diri bagaimana caranya mencintai Nabi. Kita perlu belajar dan perlu berlatih dengan membiasakan untuk mencintai Nabi. Ada satu hadits yang menyebutkan bahwa iman kita belum dianggap benar bila belum mampu mencintai nabi sepenuh hati, bahkan melebihi dari kecintaan kita terhadap yang lainnya.

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
"Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia" (HR Al-Bukhari)

Rasa gembira akan kedatangan Rasulullah SAW merupakan pertanda kita mencintainya. Biasanya orang yang cinta akan selalu berharap berjumpa dengan yang dicinta.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ada beberapa rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai alat penimbang kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.

Pertama, mentaati Rasulullah SAW. artinya menjalankan ajaran, peraturan syariat atau perintahnya.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾ قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ ﴿٣٢﴾
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. Ali Imran: 31-32 )

Dalam ayat lain yang serupa juga disebutkan:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظاً
“Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Qs An-Nisa: 80)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Rambu Kedua, membaca shalawat.
Sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Ahzab ayat 56,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴿٥٦﴾
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab : 56).

Sebuah hadits Aisyah r.a. menerangkan hal ini:
من أحب النبي عليه الصلاة والسلام أكثر من الصلاة عليه وثمرته الوصول الى شفاعته وصحبته فى الجنة
"Barang siapa mencintai Rasulullah SAW maka ia akan memperbanyak baca shalawat kepadanya. Adapun buahnya adalah memperoleh syafa'at beliau dan menyertainya di surga."

Hal ini sejalan dengan satu hadits dari Anas r.a. :
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau (di akhirat) akan bersama orang yang engkau cintai” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam praktek sehari-hari, kita bisa bershalawat secara sendiri-sendiri ataupun berjamaah, baik setiap selesai shalat fardhu, ataupun mengadakan satu majelis tersendiri. Itu semua hanya masalah teknis.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ketiga, menjadikannya sebagai teladan (idola).

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿٢١﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)

Nabi SAW adalah teladan dalam kehidupan manusia, di semua aspek kehidupan. Perilaku beliau bisa menjadi contoh bagi remaja (pemuda), kepala keluarga, pemimpin ataupun masyarakat biasa. Beliau dicintai umatnya, sekaligus disegani oleh musuhnya. Riwayat hidup beliau sangat jelas, seperti terangnya siang benderang. Perjuangan beliau nyata, bagaimana merintis perjuangan dengan berbagai macam ujian dan pengorbanan, hingga akhirnya sukses meraih puncak kejayaan. Hal itu bisa menjadi teladan bagi siapa saja yang ingin meraihnya.

Maka tidak mengherankan bila Michael Hart, seorang tokoh ilmuwan (astrofisikawan Yahudi) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai orang nomer 1 dalam bukunya yang berjudul “100 orang tokoh yang paling berpengaruh di dunia”

Marilah kita jadikan bulan maulid ini sebagai wasilah untuk menunjukkan kecintaan pada Nabi Muhammad SAW, dengan mentaati ajaran (melaksanakan sunnahnya), memperbanyak shalawat serta menjadikannya sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan demikian menjadi wasilah akan turun keberkahan dalam hidup kita, fiddin, fid-dunya wal akhirah. Amiin

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ
وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.