Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jumat Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Muhasabah: Bersiaplah Menyongsong Hari Esok _Oleh: Ust. Joko Winarno_ _*Khutbah Pertama*_ إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ ...

Muhasabah: Bersiaplah Menyongsong Hari Esok Muhasabah: Bersiaplah Menyongsong Hari Esok

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia


Muhasabah: Bersiaplah Menyongsong Hari Esok
_Oleh: Ust. Joko Winarno_

_*Khutbah Pertama*_
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ  
قَالَ الله تَعَالَى أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ  

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_ ..
Hari ini adalah Jum’at terakhir, dan sekaligus hari terakhir dari tahun 2021, yang akan segera berlalu. Suka atau tidak suka; jika masih diberi umur, kita akan memasuki tahun 2022. Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan menjumpai hari ini, untuk itu marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas banyaknya nikmat yang telah dicurahkan kepada kita semua, berupa kesehatan, umur panjang; terlebih nikmat hidayah iman – Islam yang akan mengantarkan kita menemukan kebahagiaan hidup hakiki.

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, Rasul akhir zaman yang menjadi uswah hasanah dan penyebar risalah rahmatan lil-‘alamin, dan semoga terlimpah kepada segenap keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir jaman.

Selanjutnya, sebagai khatib perkenankan saya mengajak kepada seluruh jama’ah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, yaitu menaati Allah berdasarkan petunjuk dari Allah dengan berharap pahala dari-Nya. Meninggalkan perbuatan maksiat dengan rasa takut akan adzab Allah. Sebab hanya dengan ketakwaan itulah kita akan mendapatkan derajat terhormat dan kemuliaan hidup :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
_“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu._ (Qs. Al Hujurat: 13)

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Kehidupan manusia yang terus mengalami perubahan, perkembangan dan kemajuan yang sangat luar biasa. Akan tetapi manusia akan tetap memerlukan petunjuk agama. Allah SWT berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٣٠﴾
_“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”_ (Qs. Ar Ruum: 30)
Hal ini tiada lain, agar martabat kemanusiaannya tetap terpelihara sesuai kodratnya, dan tidak kehilangan jatidirinya sebagai manusia – ciptaan Allah yang paling baik. Namun bila dia meninggalkannya, maka akan jatuh dalam derajat sebagai makhluk yang paling hina.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾
_“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”_ (Qs. At-Tiin: 4-5)

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Islam membimbing umat manusia agar hidupnya selamat, beradab dan meraih kemuliaan; baik dalam kehidupannya sebagai pribadi, keluarga, kelompok masyarakat ataupun bangsa. Dan kunci dari seluruh tujuan itu terkandung dalam Al-Qur’an yang merupakan petunjuk Allah kepada semua manusia.

إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً ﴿٩﴾
_“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,”_ (Qs. Al Isra’: 9)

Dengan demikian, maka dapat dinyatakan bahwa masa depan umat manusia ini sangat tergantung dengan bagaimana penyikapannya terhadap Al-Qur’an. Orang yang mengimani dan mengambilnya Al-Quran sebagai pedoman hidup akan mendapatkan keutamaan berupa diangkat derajatnya oleh Allah, dan sebagian lainnya direndahkan karena mengabaikannya. Dalam sebuah hadits disebutkan: Dari Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

اِنَ اللٌهَ يَرفَعُ بِهذَ االكتَاِبِ اَقَوامًا وَيَضَعُ بِه اخَرِينَ (رواه مسلم)
_“Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya dengan kitab ini pula.”_ (HR Muslim)

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Bagaimanakah kedudukan al-Qur’an dalam hidup ini, dan apa yang perlu kita lakukan agar kita memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan hakiki?

*Pertama*, Rasulullah SAW menyebutkan Al-Qur’an sebagai Ma’dubatullah, yaitu hidangan atau jamuan Allah, sebagaimana sabda beliau:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنِّي لَا أَعْلَمُ شَيْئًا أَصْفَرَ مِنْ خَيْرٍ مِنْ بَيْتٍ لَيْسَ فِيهِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ شَيْءٌ وَإِنَّ الْقَلْبَ الَّذِي لَيْسَ فِيهِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ شَيْءٌ خَرِبٌ كَخَرَابِ الْبَيْتِ الَّذِي لَا سَاكِنَ لَهُ
 _“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah jamuan dari Allah (ma’dubatullah), maka ambillah darinya semampu kalian. Sungguh, aku tak mengetahui sesuatu yg lebih kosong dari kebaikan selain rumah yang di dalamnya tak ada bacaan Al-Quran. Sungguh, hati yang di dalamnya tak ada bacaan Al-Quran adalah hancur seperti hancurnya rumah yang tak berpenghuni”_. (H.R. Ad-Darimi).

Sebagaimana layaknya hidangan makanan yang perlu disantap, maka kita harus menyantap (menikmati) Al-Qur‘an dengan cara mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Dia tidak cukup hanya sekedar dibaca tulisannya, apalagi sekedar dimiliki mushafnya, kemudian dipajang di rak buku dan etalase ruang tamu. Namun hendaknya dibaca terjemah dan dikaji tafsirnya, dihadiri majelis-majelis ilmunya, sehingga kita akan memiliki kunci-kunci kehidupan dari Al-Qur’an yang  berjumlah 6.236 ayat tersebut. Dengan bekal ini kita akan memiliki kesiapan menghadapi tugas-tugas kehidupan yang penuh kompleksitas. Kita siap menghadapi hari esok, sampai kapanpun, apapun kondisi perubahan dan keadaannya.

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
*Kedua*, mengajarkan dan mewariskan nilai-nilai Al-Quran dalam keluarga, khususnya anak-anak. Tidak ada pemberian yang terbaik kepada anak dari kedua orang tuanya kecuali memberikan pendidikan adab yang baik kepada anaknya, sebagaimana sabda Nabi :

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
 _“Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.”_ (HR At-Tirmidzi dan imam Al-Hakim)

Maka cita-cita mulia seorang mukmin adalah bagaimana menyiapkan hadirnya generasi penerus yang beriman, berilmu dan beradab. Cita-cita besar setiap orang tua bukan sekedar ingin melahirkan anak yang pandai mendapatkan pekerjaan, tetapi yang lebih mendasar adalah bagaimana melahirkan generasi cerdas yang beradab Al-Qur’an. In sya’Allah dia akan memiliki kemampuan untuk memahami ilmu pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Menyatunya ilmu agama dengan ilmu keduniawian, di situlah rahasia kemajuan peradaban manusia yang paripurna.

Peradaban manusia pernah mengalami masa suram dan dalam tingkat terendahnya; maka kehadiran ajaran Islam menyelamatkan dan memimpin dunia dengan banyak sumbangsihnya yang dikenal dengan Zaman Kejayaan Islam (tahun 750 M - 1258 M). Tetapi karena keterpurukan umat Islam yang semakin melemah, akhirnya peradaban itu dikendalikan oleh kekuasaan dunia Barat. Suka atau tidak suka, setuju atau pun tidak. Sejak revolusi industri pada abad 18 sampai hari ini yang dikenal dengan Revolusi Industri 4.0 adalah ciri peradaban barat.  Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam sedang tidak memenuhi syarat sebagai “khairu ummah” sebagaimana tuntutan dari al-Qur’an, sementara bangsa lain (non muslim) lebih memiliki potensi dan syarat-syarat untuk mengambil alih kepemimpinan yang mestinya dilakukan umat Islam itu. Maka kita perlu menghadirkan kesadaran untuk memahami Al-Qur’an, karena disana ada solusi dari semua kehidupan kita sebagaimana telah dicontohkan oleh generasi awal umat Islam.

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Masa depan atau hari esok, selalu memunculkan harapan yang indah dan semangat perjuangan, sehingga mendorong manusia terus bergerak untuk mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah SWT yang mengingatkan kita semua:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ  ١٨
_Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya (di waktu yang telah berlalu) untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan._ (QS Al-Hasyr ayat 18)

Dari sini akan muncul kesadaran berfikir, bahwa waktu itu sangat berharga; waktu itu seperti pedang. Kalau tidak bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka kita akan tertebas, terpotong – ditinggalkan dan terbunuh oleh waktu.

Kita diperintahkan untuk pandai mengatur waktu, sebab hari esok sangat tergantung pada hari ini. apalagi jatah waktu setiap kita sebenarnya hanya sedikit saja. Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ“ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ”
_Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, “Rasûlullâh SAW memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’”_ (HR. Al-Bukhari)

Maksudnya, kita di dunia hanya sebentar – sebagaimana orang yang lewat di jalanan, atau seperti musafir (wisatawan) dan pasti akan segera kembali ke rumah tempat tinggal masing-masing.

Seketika mendapat nasehat tersebut, Abdullah Ibn Umar r.a. berkata:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
_“Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”_ (HR. Al Bukhari)

Maksudnya, hendaknya kita segera melakukan setiap pekerjaan terbaik, jangan suka menunda-nunda hingga esok hari. Sebab belum tentu kita masih hidup atau memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya di hari esok.

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Ada satu lagi nasihat dari ‘Ali bin Abi Thâlib r.a.:
 اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ
_“Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, maka  hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari untuk beramal bukan hisab; sedang kelak adalah hari hisab bukan untuk beramal”_ (Shahih Al Bukhari)

Hanya saja sering manusia lalai karena banyaknya godaan dunia yang memperdaya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi SAW bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
_“Dua macam nikmat yang banyak sekali manusia terpedaya dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu longgar”_

Dalam riwayat at-Tirmidzi rahimahullah, Rasul mengingatkan :
فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي يَا عَبْدَ اللهِ مَاسْمُكَ غَدًا
_“Karena engkau, wahai Abdullah, tidak tahu bagaimana nasibmu besok.”_

Maksudnya, barangkali besok engkau termasuk orang-orang yang mati, bukan orang-orang yang hidup. Engkau juga tidak tahu apakah termasuk orang yang celaka, atau orang yang bahagia.

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Terkait dengan itu, perlu kita mengingat kembali satu surat yang paling populer tentang arti pentingnya waktu. Allâh SWT berfirman:

 وَالْعَصْر ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍِ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
_“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”_ [Qs. Al-‘Ashr:1-3]

Inilah saatnya yang tepat bagi kita harus melakukan introspeksi diri, atau muhasabah. Dalam hal ini, Umar bin Khattab r.a. pernah berkata:

حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
_“Hitung-hitunglah (amal) diri kalian, sebelum kalian dihitung (oleh Allah)”_.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulûmuddîn mengajari kita bagaimana penerapan Muhasabah diri dalam keseharian. Beliau mengajak kita untuk bertindak sebagaimana pedagang yang menghitung keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dalam satu rentang waktu tertentu. Ketika keuntungan yang didapat, ia mensyukuri dan berusaha menjaga,  bahkan meningkatkannya. Namun apabila merugi, ia akan mencari penyebabnya dan berusaha untuk tidak mengulanginya pada masa yang akan datang.

Begitulah, seorang mukmin yang berakal seharusnya melakukan hal yang sama terhadap amal perbuatannya di dunia selama ini.

_*Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah*_
Sebagai akhir khutbah ini, sedikit perlu ditegaskan beberapa hikmah yang perlu kita diambil, yaitu:
1️⃣    Waktu sangat berharga, harus diatur antara waktu siang dan malam, untuk apa saja dihabiskan. Perhatikan mana yang merupakan kewajiban dan hak. Mana yang sangat mendesak, lebih penting, tidak penting, bisa ditunda atau ditinggalkan sama sekali.  
2️⃣    Pergunakan waktu untuk menambah ilmu dan beramal yang terbaik.
3️⃣    Jangan membuang waktu hanya untuk urusan yang tidak berguna atau bahkan maksiat dan dosa

Demikian khutbah jum’at siang ini, marilah kita menghargai waktu kita yang terbatas ini dengan iman, ilmu dan amal yang terbaik, mumpung masih diberi waktu. Karena kita tidak tahu, sampai kapan kita masih diberi kesempatan menghirup segarnya udara kehidupan di dunia ini. Tatkala Allah memanggil kita, kira-kira bekal apa yang sudah kita persiapkan? Bagaimana kita akan menjawab setiap pertanyaan dari semua yang pernah kita lakukan dalam hidup. Semoga tahun yang telah berlalu menjadi cambuk bagi kita untuk berbenah dari berbagai kekurangan, dan Allah SWT memberikan pertolongan dan memudahkan langkah kita untuk memperbaiki diri di tahun yang baru nanti.. Aamiin.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

_*Khutbah Kedua*_

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
اَللّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Prinsip dalam Ibadah Oleh: Ust. H. Sugeng Prihatin, SH, MA _*Khutbah Pertama*_ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلِاْيمَان...

Prinsip dalam Ibadah Prinsip dalam Ibadah

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia


Prinsip dalam Ibadah

Oleh: Ust. H. Sugeng Prihatin, SH, MA

_*Khutbah Pertama*_
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلِاْيمَانِ وَاْلإِ سْلاَمِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَ مُ عَلَى مُحَمَّدٍ خَيْرِاْلأَنَامْ . وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَا بِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَىيَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ. اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَا بِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَيُّهَا الْمُؤْمِِنُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ.
قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

_*Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah*_
Pertama dan yang utama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadlirat Allah SWT, atas nikmat Iman, Islam dan kesehatan bagi kita semua, sehingga pada hari ini kita bisa melaksanakan badah shalat Jum’at dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada panutan kita, Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat dan insya Allah kepada kita semua, aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

Selanjutnya melalui khutbah ini kami mengajak kepada diri kami dan seluruh jama’ah, marilah senantiasa kita tingkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT, dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,semoga dengan ketaqwaan, kita akan hidup bahagia di dunia dan akherat, a-miin.

_*Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah*_

Seluruh umat manusia dari zaman dahulu hingga sekarang dan yang akan datang mengalami perubahan dan kemajuan peradaban. Bahkan hingga sekarang ini yang dikenal dengan era teknologi infrormasi, dunia seolah tidak berbatas, dan semua  seolah dalam genggaman tangan. Berbagai infromasi mudah diketahui dan didapatkan hanya dalam hitungan detik. Akan tetapi, sehebat apapun capaian prestasi yang diraih; kodrat dan kedudukan manusia adalah tetap sebagai makhluk ciptaan Allah, yang memiliki kewajiban untuk mengabdi (menjadi hamba) dan beribadah kepada sang Khaliq, Allah SWT. Manusia tidak akan berubah kedudukannya menjadi setengah tuhan atau malaikat. Tetapi tetap sebagai ‘makhluk’ yaitu: sesuatu yang diciptakan oleh khaliq (pencipta= Allah). Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ٥٦
_Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku._ (Qs. Adz-Dzariyat: 56)

Bagaimana cara melakukan ibadah, maka Al-Qur’an dan Sunnah telah mengatur prinsip-prinsip beribadah agar tidak salah  ataupun tersesat.

قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ ٣٢
_Katakanlah: "Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"._ (Qs. Ali ‘Imran: 32)

Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:  
1️⃣    Niat hanya Karena Allah SWT
Semua ibadah harus diabdikan kepada Allah SWT sebagaimana arti dari “ibadah” secara bahasa berarti : Ath-tha’ah (Taat); Dhullun (Merendahkan diri); At-tanasuk (Pengabdian); Al Khudhu’ (tunduk)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ٥
_hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan._ (Qs. Al-Fatihah/1:5)

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
_Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam._ (Qs. Al An’am: 162)
2️⃣    Ikhlas dalam menjalankannya
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
_Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus_ (Qs. Al-Bayinah/98:5)

_*Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah*_

3️⃣    Tidak menggunakan perantara (wasilah) tetapi langsung kepada Allah SWT
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
_Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran._ (Qs. Al-Baqarah/2: 186)

Tidak menggunakan wasilah, (perantara) kecuali yang secara jelas dibenarkan menurut petunjuk yang shahih.

4️⃣    Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
_Bulan ramadhan adalah waktu diturunkan Al Quran, sebagai pedoman (petunjuk) bagi seluruh manusia, dan yang memberi penjelasan (atas petunjuk itu) dan menjadi pembeda (antara hak dan bathil)_ (Qs. Al Baqarah: 185)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ٢١
_Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah._ (Qs. Al-Ahzab/33: 21)

_*Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah*_

5️⃣    Seimbang antara dunia akherat
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
_Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan._ (Qs. Al-Qashash/28:77)

6️⃣    Tidak berlebih-lebihan
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
_Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan._ (Qs. Al-A’raf/7:31)

_*Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah*_
7️⃣    Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan, Bukan Mempersulit
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
_Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”_ (Qs. Al-Baqarah/2:286)

Demikianlah sekilas bagaimana prinsip ibadah yang telah ditetapkan dalam agama ini, yang semuanya menjadi jalan agar manusia menemukan kesempurnaan hidup sebagai seorang hamba di hadapan khaliq, Allah SWT. Semoga kita semua dapat memenuhi dan menunaikannya dengan sebaik-baiknya. A-miin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمُ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ . اَقُوْلُ قَوْلىِ هَذَا فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّا حِمِيْنَ

_*Khutbah Kedua*_
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

RAMADHAN: BULAN TARBIYAH Oleh: ust. Abdul Hakim, Lc Khutbah Pertama   اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ...

RAMADHAN: BULAN TARBIYAH RAMADHAN: BULAN TARBIYAH

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia


RAMADHAN: BULAN TARBIYAH
Oleh: ust. Abdul Hakim, Lc

Khutbah Pertama
 
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى.  أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِنِ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى.
أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Alhamdulillah, saat ini kita telah berada di bulan yang mulia, yaitu bulan suci Ramadhan. Bulan ini memiliki sebutan lain yang cukup populer, diantaranya adalah sayyidusy syuhur, syahrul mubarok, syahrul qur’an, syahrut taubat dan sebagainya.

Sayyidusy syuhur atau penghulunya seluruh bulan; yaitu bulan yang paling baik, yang paling mulia di antara bulan-bulan yang lain di hadapan Allah SWT. Sebab, di bulan inilah Allah mengampuni segala dosa, melipatgandakan pahala setiap amal yang dikerjakan, dan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan.

Pada bulan ini pula Allah SWT menurunkan Alquranul Karim dan menganugerahkan malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yakni lailatul qodar. Karena keistimewaan bulan inilah maka aktivitas ibadah umat Islam menjadi meningkat sangat pesat dibandingkan bulan-bulan lain.

Kondisi ini tampak mulai dari penyambutan datangnya Ramadhan; kemudian aktivitas ibadah sholat fardhu berjamaah, sholat tarawih, thalabul ilmi, tadarus Alquran, berzikir, berdoa, bersedekah, hingga perubahan perilaku sehari-hari yang semuanya meningkat sangat baik. Sungguh semangat ibadah yang sangat luar biasa !

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Bulan Ramadhan yang disambut dengan penuh suka cita ini sebenarnya menjadi bulan pendidikan atau bulan tarbiyah. Diibaratkan, kita sedang digembleng di dalam masa pelatihan sebulan penuh agar menjadi seseorang yang memiliki kecakapan dan ketrampilan khusus. Mengapa demikian? Sebab pada bulan ini semua orang yang beriman diwajibkan berpuasa, yakni menahan lapar dan dahaga serta berbagai macam kesenangan dengan pasangannya mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini merupakan pelajaran yang bersifat fisik dan mental yang cukup berat bagi kebanyakan orang. Di sinilah terjadi kaitan erat antara pendidikan fisik dengan pendidikan karakter. Di samping itu, dalam kaitannya dengan pendidikan karakter juga tampak dalam hadits Rasulullah SAW yang memberi warning bagi ummatnya yang berpuasa yakni, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda :

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagiannya kecuali lapar dan dahaga semata, dan berapa banyak orang yang berdiri shalat tidak mendapatkan bagiannya kecuali bergadang saja.” (HR. Ahmad)

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Hadits ini menjadi peringatan untuk kita, bahwa ternyata banyak orang yang telah menjalani pendidikan fisik dengan berpuasa, tidak mendapatkan manfaat apapun selain lapar dan dahaga. Ini mengandung maksud bahwa pendidikan fisik dalam berpuasa sangat terkait erat dengan pendidikan karakter atau wataknya. Keduanya melekat, bahkan capaian akhir dari pendidikan Ramadhan ini bukan capaian fisiknya, tetapi adalah perubahan karakter, yakni menjadi insan yang bertakwa sebagaimana ayat Alquran yang menjadi dasar diwajibkannya puasa bagi orang-orang beriman, yakni QS. Al Baqarah, 183 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.”

Oleh karena itu kita harus menjaga ibadah puasa kita dari hal-hal yang membatalkan dan menghilangkan pahalanya puasa; sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

خَمْسٌ يُفْـطِرْنَ الصَّائِمَ وَيُنْقِـضْنَ الْوُضُوْءَ: الْكَـذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ
“Lima perkara yang menghapus pahala orang yang berpuasa dan orang berwudhu’ , yaitu dusta, ghibah, adu domba, melihat dengan syahwat, dan bersumpah palsu”. (HR. Al-Dailami, Ahmad dan Ibnu Majah)

Di era digital ini, kita harus berhati-hati dengan medsos. Sebab, dengan menuliskan status atau pernyataan yang mengandung lima hal dan variannya di medsos juga sama dengan melakukan perbuatan serupa.

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Hal penting yang jadi simpulan dari pendidikan ibadah Ramadhan ini adalah kita harus dapat menjadi hamba Allah yang secara fisik lebih sehat dan secara mental spiritual juga terbaik di hadapan Allah SWT melalui bulan tarbiyah ini. Sehingga di penghujung Ramadhan nanti kita dapat menjadi orang yang menang dan kembali ke jatidiri kita yang fitri. Itulah takwa yang sebenarnya. Sedangkan Nabi Saw bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Dari hadits ini cukup jelas, agar kita dapat bertakwa kepada Allah dimana pun atau kapan pun; apakah berada di bulan Ramadhan atau bulan lainnya. Takwa ketika di masjid atau pun di pasar, tempat kerja, dalam pergaulan dan sebagainya.

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Dengan berpuasa, kita merasakan menjadi begitu dekat dengan Allah. Sehingga berbagai amal kebaikan akan menjadi terasa ringan untuk ditunaikan, mudah pula menahan diri dari perilaku maksiat. Mari kita jadikan bersama, Ramadhan ini benar-benar sebagai bulan pendidikan, sehingga iman takwa kita tidak hanya bersifat sementara (temporer), tetapi akan terus tumbuh dan semakin kokoh menuju kematangan dan sempurna. Kita rajin ibadah, semangat beramal shaleh, dan berperilaku yang baik : jangan hanya di bulan Ramadhan.

Mungkin inilah yang harus kita renungkan perintah Allah yang selalu disampaikan pada setiap khutbah jumat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Qs. Ali ‘Imran: 102)

Semoga kita benar-benar dapat menjadikan ibadah puasa Ramadhan tahun ini sebagai pelatihan terbaik untuk meraih takwa. Dan semoga berbagai amal kebaikan yang kita lakukan selama ramadhan dapat kita jaga dan pertahankan secara istiqomah. Bahkan meskipun ramadhan ini nantinya berakhir meninggalkan kita, kita tetap bersemangat menjalani hidup dalam ketakwaan. Amiin.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

KEWAJIBAN DALAM HARTA Oleh: ust. Ahmad Alfian Muzakki Khutbah Pertama الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْ...

KEWAJIBAN DALAM HARTA  KEWAJIBAN DALAM HARTA

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia


KEWAJIBAN DALAM HARTA
Oleh: ust. Ahmad Alfian Muzakki

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٥٦﴾

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Diantara kesenangan hidup yang banyak diharapkan pada umumnya orang adalah apabila memiliki kecukupan harta, sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Ali Imran ayat 14:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ ﴿١٤﴾
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Untuk apakah kita memiliki harta? Kegunaan yang sebenarnya dari harta adalah untuk memenuhi hajat hidup pokok sehari hari diri pribadi dan keluarga (dalam hal sandang, pangan dan papan), kemudian setelah kebutuhan pokok tersebut terpenuhi agar dapat digunakan meningkatkan kualitas ibadah dalam bentuk infak sedekah ataupun zakat, serta hal lain yang memiliki nilai kemaslahatan bagi kehidupan.

Kita sebagai seorang muslim, pasti ingin menunaikan semua rukun Islam sampai yang ke-lima (syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji);  maka hal itu memerlukan kecukupan harta, yaitu: zakat dan haji. Dengan demikian, sebenarnya dalam hidup ini ada semangat yang diajarkan Islam agar kita dapat mandiri secara ekomomi, dan memiliki kemampuan harta.
Allah SWT berfirman:

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ ﴿٤٣﴾
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku’ (Qs. Al Baqarah; 43).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Harta kita yang terkumpul melalui pekerjaan sehari-hari, meskipun merupakan hasil perasan keringat dan pemikiran kita sendiri, tetapi tidak semuanya menjadi hak kita. Allah SWT memerintahkan kita untuk berbagi pada sesama, dan sebagian harta itu sudah bukan hak kita lagi.

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ﴿١٩﴾
     “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.” (Qs. Adz Dzariyat: 19)
    
Semangat ajaran Islam adalah menebarkan kasih sayang dan kesejahteraan bagi sesama manusia, yang tercermin dalam perintah untuk berbagi atas karunia yang diberikan Allah pada hamba-Nya. Kita diperintahkan untuk mengeluarkan zakat harta, yang memiliki fungsi mensucikan harta dan jiwa orang-orang yang beriman.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١٠٣﴾
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. At Taubah: 103)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apabila kita memiliki harta, maka sesungguhnya di dalam harta tersebut terdapat ‘titipan’ atau amanah dari Allah untuk disampaikan kepada orang lain, sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا ﴿٥٨﴾
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” ( Qs. An Nisa’: 58).

Dengan demikian, apabila ada orang yang sebenarnya telah wajib berzakat tetapi belum menunaikan pembayaran zakatnya, maka sebenarnya dia telah mengambil harta yang semestinya menjadi haknya orang lain yang disebut para kaum dhuafa’ yang masuk dalam  8 golongan (ashnaf). Hal itu akan menjadikan hartanya tidak berkah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Harta yang dikeluarkan dalam kategori wajib disebut sebagai zakat mal (harta benda) memiliki syarat dan ketentuan, yaitu: nishab, haul, serta milku at taam.

Nishab: artinya ukuran jumlah harta minimal senilai 85 gram emas, dan dikeluarkan zakat  sebanyak 2,5%. Haul, artinya kepemilikan harta selama minimal satu tahun. Milku at taam, yaitu harta itu merupakan hak miliknya secara mutlak (bukan milik orang lain).

Sedangkan harta yang dikeluarkan yang bersifat sunat disebut sebagai infak atau sedekah; yang hal ini tidak ada batasan jumlah minimal harta dan waktu kepemilikan. Semakin banyak, maka akan semakin baik !

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apabila di bulan Ramadhan ini kita merasa sangat dekat dengan Allah, kita sudah berlatih untuk memiliki kejujuran lewat ibadah puasa. Hanya diri kita sendiri dan Allah saja yang mengetahui “apakah puasa kita memang benar-benar dilaksanakan dengan kesungguhan atau pura-pura?”. Maka pada saat yang sama juga kita diuji keimanannya, apakah kita memiliki kejujuran untuk menghitung banyaknya harta yang dimiliki untuk dikeluarkan zakat mal (harta)-nya.

Bulan ramadhan inilah saatnya kita semua untuk jujur kepada diri sendiri dan melakukan pengakuan di hadapan Allah dalam segala hal, termasuk dalam kewajiban atas harta kekayaan. Allah memerintahkan:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٥٦﴾
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta`atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Qs. An Nuur: 56)

Allah memberikan penghargaan yang tinggi bagi mereka yang mau membelanjakan hartanya karena iman, Allah menyebutkannya sebagai “pinjaman” dan Dia akan mengembalikannya berlipat ganda:

إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ ﴿١٧﴾
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (Qs. At Taghabun: 17).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Hal ini kami sampaikan, mumpung sekarang masih di masa 1/3 awal bulan Ramadhan, maka sangat baik kiranya untuk kita jadikan sebagai momentum optimalisasi ketakwaan melalui ibadah Maliyah (harta benda). Apalagi dengan dibayarkan di bulan Ramadhan yang in sya’Allah akan memiliki nilai pahala yang jauh berilpat ganda; terlebih lagi bila kita mendapatkan karunia “lailatul qodar’ maka hal ini pasti akan memiliki nilai yang sangat luar biasa fantastis.

Marilah kita realisasikan iman takwa, dan kejujuran kita kepada Allah, melalui ibadah Maliyah; persiapkan harta terbaik kita untuk berzakat atau infak sedekah dalam rangka menjemput lailatul Qodar pada puncak ibadah Ramadhan pada 1/3 pekan terakhir nanti.
    
Semoga kita senantiasa mendapatkan keberkahan dan mampu meraih ketakwaan secara maksimal. Amiin.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Nuzulul Qur’an: Momentum Untuk  Akrab Dan Mencintai Al-Qur’an Oleh: Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI. Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْح...

NUZULUL QUR’AN: MOMENTUM UNTUK AKRAB DAN MENCINTAI AL-QUR’AN NUZULUL QUR’AN: MOMENTUM UNTUK  AKRAB DAN MENCINTAI AL-QUR’AN

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia


Nuzulul Qur’an:
Momentum Untuk  Akrab Dan Mencintai Al-Qur’an
Oleh: Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI.

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ الْعَزِيْزُ الْعَلَّامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً خَيْرَ الْأَنَامِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَمْلَأُ الْأَكْوَانَ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَنْزَل َ اللهُ اِلَيْهِ الْقُرْآنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان.
 أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah, melimpahkan rahmah, dan menebarkan barokah, sehingga siang ini kita masih mampu melaksanakan ibadah Jum’ah.

Ibadah Jum’ah identik dengan peningkatan taqwa. Esensi taqwa adalah ketundukan dan keikhlasan kita untuk mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka saya mengajak jama’ah sekalian, mari kita ikhlaskan diri kita untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ramadhan adalah syahrul Qur’an, bulan turunnya Al-Qur’anul karim.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Surat Al-Baqarah : 185)

Jadi Al-Qur’an adalah petunjuk, pedoman dan panduan dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Hidup akan lebih mudah bila kita mengikuti arah, hidup akan lebih nyaman bila kita memiliki pedoman. Al-Qur’an membimbing kita kepada jalan yang lurus, jalan keselamatan, jalan menuju kebahagiaan sejati.

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
 “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Surat Al-Isra’ ayat 9).

Maka tugas utama kita sebagai seorang muslim adalah senantiasa ikhtiar dengan segenap kemampuan untuk mengkaji, mempelajari dan memperhatikan Al-Qur’an. Meluangkan waktu untuk bisa akrab dengan Al-Qur’an.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (Surat An-Nisa ayat 82).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah kebutuhan. Interaksi yang intensif dan maksimal akan melahirkan kedekatan, keakraban. Adapun tahapan kita agar akrab dengan Al-Qur’anul Karim, yang pertama adalah tilawatul Qur’an, qira’atul Qur’an, membaca Al-Qur’an.  Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Surat Fathir ayat 29-30).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw, menjelaskankan besarnya keutamaan membaca Al-Qur’an. Sabda Beliau :

مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ
Barangsiapa yang membaca satu huruf saja dari kitabullah, Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan.
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Dan setiap satu kebaikan, akan dibalas oleh Allah dengan sepuluh kebaikan.
لَا أَقُوْلُ الم حَرْفٌ
Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf.
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Tapi Alif dihitung satu huruf, Lam dihitung satu huruf, dan Mim dihitung satu huruf”. (Hadits Riwayat at-Tirmidzi).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Tahapan kedua, tahfidzul Qur’an, menghafal Al-Quran. Orang yang menghafal Al-Qur’an pasti akan mengulang-ulang hafalannya, muraja’ah, agar hafalan semakin kuat dan kokoh. Aktifitas menghafal merupakan dzikir yang sangat utama untuk ingat Allah. Menghafal Al-Qur’an termasuk upaya untuk menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur’an.

Bahkan di akhirat nanti kita akan diangkat derajatnya oleh Allah ta’ala antara lain dengan jumlah hafalan Al-Quran yang kita miliki. Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (Hadits Riwayat Tirimizi).

Tahapan ketiga, Tafhimul Qur’an, ikhtiar memahami atau mentadabburi kandungan Al-Quran. Allah menyebutkan di dalam Al-Quran :

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
 “Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?”. (Surat Muhammad ayat 24).

Al-Qur’an  diturunkan dalam bahasa Arab dengan sastra yang tinggi dan unggul. Diperlukan usaha agar kita dapat memahami kandungan maknanya. Maka kita perlu membaca kitab-kitab tafsir karya para ulama, agar bisa mengerti maksud dari sebuah ayat. Dengan memahami isinya akan memantapkan hati kita, menambah keyakinan kita akan kebenaran Al-Qur’an.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setelah melakukan pembacaan, menghafal dan memahami, Tahapan keempat adalah tathbiqul Qur’an, mengamalkan, mempraktekkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman:
اِتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
 “Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (daripadanya).” (Surat al-A’raf ayat 3).

Kita jadikan Al-Qur’an sebagai pemandu, guidance aktifitas keseharian kita. Kita selaraskan diri kita dengan ketentuan dan norma-norma Al-Qur’an.
 
Tahapan  kelima adalah ta’limul Qur’an, mengajarkan Al-Qur’an, mendakwahkan Al-Quran kepada umat manusia. Rasulullah bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Keakraban kita dengan Al-Qur’anul karim, tergambar dari sejauhmana kita mentradisikan, membiasakan, tilawah, tahfidz, tadabbur, tathbiq dan ta’limul Qur’an. Jika seseorang tidak akrab, tidak dekat dengan Al-Qur’an, ia bagaikan rumah yang rusak. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

إِنَّ الَّذِيْ لَيْسَ فِيْ جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ “
“Orang yang di dalam tubuhnya tidak ada sama sekali Al-Qur’an, itu bagaikan rumah yang rusak,” (Hadits Riwayat at-Tirmidzi).

Sedangkan seorang muslim yang akrab dengan Al-Qur’an menjadi sosok impian, sosok idola yang harus diiktiarkan.  Rasulullah SAW bersabda :

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آناَءَ الَّليْلِ وَ آنَاءَ النَّهَارِ وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ آناَءَ النَّهَارِ
“Tidak diperbolehkan untuk hasad (iri) kecuali terhadap dua golongan: Orang yang diberikan ilmu Al-Qur’an oleh Allah, kemudian ia membacanya siang malam, dan orang yang diberikan harta oleh Allah, kemudian ia pun menginfakkannya siang malam”. (Hadits Riwayat al- Bukhari dan Muslim.)

            Hadis ini mengisyaratkan kepada kita akan tingginya kedudukan seorang muslim yang menyibukkan dirinya dengan Al-Quran dan juga menunjukkan pentingnya Al-Quran bagi seorang muslim, maka marilah kita tingkatkan kecintaan kita kepada Al-Quran dengan selalu membaca, mengkaji, mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.
أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

  Nuzulul Qur’an: Wancine Nyaket Lan Tresna Ing Al-Qur’an Dening : Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI. Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ ل...

NUZULUL QUR’AN: WANCINE NYAKET LAN TRESNA ING AL-QUR’AN NUZULUL QUR’AN: WANCINE NYAKET LAN TRESNA ING AL-QUR’AN

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia

 



Nuzulul Qur’an:

Wancine Nyaket Lan Tresna Ing Al-Qur’an

Dening : Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI.


Khutbah I


اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ الْعَزِيْزُ الْعَلَّامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً خَيْرَ الْأَنَامِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَمْلَأُ الْأَكْوَانَ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَنْزَل َ اللهُ اِلَيْهِ الْقُرْآنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان.

 أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Alhamdulillah, puji pangalembana kagunganipun Allah ingkang paring pitedah, kathahing rahmat kamirahan sarta barokah sahingga siang menika kita sedaya daget nindaki ibadah shalat Jum’ah. 


Ibadah Jum’ah minangka lampah tumuju ing derajat taqwa, ingkang intisarinipun mujudaken raos tundhuk lan ikhlas kangge ndhereki dhawuh timbalanipun Allah sarta nilar awisanipun. Awit saking menika, keparenga kawula ngajak sedaya jamaah: sumangga kita sesarengan mbudidaya nambah raos iman takwa kanthi nindakaken dhawuhipun lan nilar ingkang dados awisanipun Allah SWT.


Ramadhan minangka syahrul Qur’an, wulan dipun tumurun-aken Al-Qur’anul karim. 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Wulan Ramadhan, yaiku wulan kang ing wektu iku katumurunake Al-Qur’an minangka pituduh tumrap umat manungsa lan sesuluh ing pituduh  iku, lan minangka furqan (kang milah antarane perkara hak lan bathil).” (Surat Al-Baqarah : 185)


Al-Qur’an menika kelenggahanipun minangka pitedah gesang, pandom lan paugeran kagem nglampahi gesang ing alam ndonya menika. Gesang menika badhe karaos langkung gampil, jejeg lan sekeca menawi dhedhasar paugeran ingkang gumathok lan saget idpun piandel. Pramila  Al-Qur’an nenuntun ing kita tumuju margi igkang leres, margining karaharjan lan kabungahan sejati.


إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

  “Satemene Al-Qur’an iki paring pituduh tumuju urip kang luwih jejeg (bener) lan paring kabar gumbira marang wong Mu’min kang padha nindak-ake amal saleh, menawa dheweke bakal nampa piwales ganjaran kang agung” (Surat Al-Isra’ ayat 9).


 Pramila menika, kuwajiban lan hajat kita minangka muslim inggih perlu tansah mudidaya (ikhtiar) kangge nyinau, paring kawigatosan ing Al-Qur’an. Nglonggaraken wekdal kagem nyaket dhumateng Al-Qur’an. Allah paring dhawuh:


أَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

“Mangka apa-to dheweke ora nggatek-ake ing Al Quran? Yen saumpama Al-Quran iku dudu sangka ngersane gusti Allah, yekti dheweke bakal nemu akehe bab kang cengkah ing sajeroning Al-Qur’an iku”. (Surat An-Nisa ayat 82).


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nyaket dhumateng Al-Qur’an minangka kabetahan (hajat) lan kuwajiban. Menika minangka bukti raos iman kita, kados pundi al-Qur’an minangka kitab suci lan dados pandom salebeting gesang. Dene  tumapakaing lampah kanggge nyaket dhuamteng Al-Quran wonten pinten-pinten perangan:


Sepisan: tilawatul Qur’an, qira’atul Qur’an, maos mushaf Al-Qur’an.  Allah ta’ala paring dhawuh:


إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

“Satemene wong kang padha tansah maca kitabe Allah, njejeg-ake shalat lan mblanja-ake sebagian rejeki kang wis Ingsun paring-ake – kanthi sesidheman utawa terang terwoco –dheweke ngarep-arep amalan pakaryan kang  oran nandhang rugi (kapitunan)” (Surat Fathir ayat 29-30).


Ing salebeting hadits, Rasulullah Saw, paring piwucal ing bab agengipun ganjaran salebeting nyinau maos Al-Qur’an.


مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ 

Sopo wong kang maca huruf siji saka kitabullah (Al-Qur’an), mangka dheweke nampa ganjaran siji kabecikan.

وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا 

Lan saben siji kabecikan, bakal diganjar dening Allah kanthi sepuluh kabecikan.

لَا أَقُوْلُ الم حَرْفٌ 

Aku ora nyebut “Alif Lam Mim” iku cacahe minangka siji huruf

وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ 

“Nanging, Alif dietung “siji” huruf, Lam dietung siji huruf, lan Mim dietung  siji huruf”. (Hadits Riwayat at-Tirmidzi). 


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kaping kalih, tahfidzul Qur’an, ngapalaken Al-Quran. 


Tiyang ingkang ngapalaken Al-mesthi badhe ngambali anggenipun maos, muraja’ah, supados apalanipun tansaya kiyat. Lampah ngapalaken menika mujudaken dzikir ingkang sanget utami kagem emut dhumateng Allah. Ngapalaken Al-Qur’an kalebet upaya njagi kemurnian lan keaslian Al-Qur’an. 


Malah ing akhirat mangke kita bakal dipun angkat derajatipun dening Allah ta’ala lantaran kathahing apalan hafalan Al-Quran. Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, nyebataken bilih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam paring sabda


يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا 

“Didhawuhake marang  wong kang moco (ngapalake) al-Qur’an mbesok, ‘Wacanen lan munggaho, lan kanthi tartil koyodene siro ing ndonya moco kanthi tartil ! sebab kelungguhanmu iku ing akhir ayat kang siro waca (apal).” (Hadits Riwayat Tirimizi).


Kaping tiga, Tafhimul Qur’an, ikhtiar mangertosi makna utawi tadabbur ing suraosipun Al-Quran. Allah ngendiko ing Al-Quran :


أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Mangka opo dheweke ora mikirake ing Al-Qur`an utawa atine dheweke wis kekunci?”. (Surat Muhammad ayat 24).


Al-Qur’an  dipun tumurunaken ing basa Arab kanthi sastra ingkang inggil lan luhur.dipun betahaken upaya amrih kita saget mengertos ing suraos maknanipun. Pramila kita kedah maos kitab-kitab tafsir karyanipun para ulama, amrih saget mangertos kados pundi maksud ing satunggaling ayat. Kanthi mekaten kita bakal langkung manteb ing manah, tansaya tambah raos iman kita ing leresipun kitab Al-Qur’an.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sasampunipun maos, ngapalaken lan mangertos ing maknanipun, pramila lampah ingkang Kaping Sekawan inggih menika: tathbiqul Qur’an, ngamalaken, mraktek-aken Al-Quran ing tindak lampah padintenan. Allah paring firman:


اِتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

“Manuto ing apa kang ditumurunake ing siro saka Allah sesembahaniro, lan siro ojo manut marang panggede (pemimpin) saliyane Allah. Banget sethithik saka siro kang njupuk minangka piwulang.” (Surat al-A’raf ayat 3).


Kita ndadosaken Al-Qur’an minangka panuntun utawi pandom kangge lampahing gesang padintenan kita. Kita selaraskan diri kita kanthi paugeran lan syariat ing Al-Qur’an.

 

Kaping gangsal inggih menika ta’limul Qur’an, mucalaken Al-Qur’an, utawi Al-Quran dhumateng masyarakat. Rasulullah paring sabda :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sabecik-becike wong ing antarane siro yaiku wong kang sinau Al Qur’an lan mulangake.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Akrab lan rumaket kita ing Al-Qur’anul karim, saget dipun priksani saking gangsal perkawis menika: tilawah, tahfidz, tadabbur, tathbiq lan ta’limul Qur’an. Menawi wonten tiyang ingkang mboten caket dhumateng al-Qur’an, piyambakipun kadosdene omah ingkang risak.. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam


إِنَّ الَّذِيْ لَيْسَ فِيْ جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ “

“Wong kang ig dhirine ora ono (wacan) Al-Qur’an, iku koyodene omah kang rusak,” (Hadits Riwayat at-Tirmidzi).


Dene tiyang muslim ingkang akrab dhumateng Al-Qur’an minangka piyayi ingkang dipun gegadhang.  Rasulullah SAW paring sabda :


لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آناَءَ الَّليْلِ وَ آنَاءَ النَّهَارِ وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ آناَءَ النَّهَارِ 

“Ojo nduweni rasa hasad (meri) kejobo marang golongan werna loro: Wong kang diparingi ilmu Al-Qur’an dening Allah, banjur dheweke maca ing wektu awan lan wengi, lan wong kang diparingi bandha dening Allah, banjur dheweke nginfak-ake  ing wektu awan lan wengi”. ( HR al-Bukhari lan Muslim.)


            Hadis menika ngisyarataken ing kita ing bab inggil lan luhuripun tiyang muslim ingkang tekun nyinau lan ngamalaken Al-Qur’an. Sumangga kita nambah raos tresna lan iman kita dhumateng al-Qur’an kanthi lampah maos, nyinau makna, mangertosi, ngamalaken lan mucalaken Al-Qur’an.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. 

أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ


Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. 

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

 RAHASIA NIKMATNYA IBADAH Oleh: Ust. Abdul Mughits Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ...

RAHASIA NIKMATNYA IBADAH  RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia


 RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

Oleh: Ust. Abdul Mughits


Khutbah Pertama


الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ,قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Setiap orang pasti ingin meraih kesenangan dan kenikmatan hidup. Anggota badan kita memiliki cara untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Nikmatnya lidah ketika makan minum mendapatkan hidangan yang lezat dengan bermacam cita rasa. Nikmatnya mata saat melihat pemandangan yang indah dan segala penampilan yang baik. Sedangkan nikmatnya telinga ketika mendengar suara merdu.


Sementara itu, kita memiliki hati dan akal pikiran, keduanya akan merasakan kenikmatan manakala menemukan hakikat kehidupan saat mengenal tuhan (Allah) dengan cara beriman, serta memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Kita akan semakin merasakan nikmat dan bahagia ketika dapat menempatkan diri secara benar sebagai hamba Allah dengan memenuhi perintah-Nya dalam berbagai bentuk ibadah yang akan mendatangkan ridho-Nya.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kedudukan manusia dalam kehidupan ini adalah menjadi makhluk ciptaan Allah dan memiliki kewajiban untuk beribadah (menyembah) kepada-Nya.


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)


Orang beriman akan merasakan kebahagiaan ketika dapat melaksanakan ibadah, karena dapat mengokohkan status penghambaan dirinya secara total. Dan hal itulah yang dikehendaki Allah sehingga Dia memberikan ridho-Nya. Dan hal itu ditegaskan dalam ayat yang lain, bagaimana dalam kehidupan ini semestinya semua dilakukan hanya untuk memperoleh ridho-Nya:


قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk (mencari ridho) Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al-An’am: 162)


Apapun yang kita lakukan hendaklah semuanya bermuara hanya untuk mencari ridho Allah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Adapun orang yang tidak beriman, maka kehidupannya hanya digunakan untuk memperturuti kemauan hawa nafsu. Hingga dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai perbuatan mempertuhankan hawa nafsu.  


أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٢٣﴾

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Qs. Al Jatsiyah: 23)


Orang yang tidak beriman dalam kehidupannya justru menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpinnya. Perbuatannya mengarah pada berbagai bentuk mengumbar hawa nafsu dengan hanya berorientasi untuk bersenang-senang dalam ursan makan-minum, hiburan, piknik, dan gaya hidup hedonis dan serba bebas. Hal itu menjadi ukuran kesenangan dan kenikmatan hidup. Maka tidak mengherankan bila sebagian orang suka melakukan berbagai bentuk kemaksiatan dengan bangga, tanpa ada rasa malu. Na’udzu billahi min dzalik.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Orang yang beriman memiliki selera yang sama sekali berbeda. Dengan bekal iman, kita meyakini kebenaran firman Allah SWT dalam al-Qur’an sebagai janji-janjinya. Kita meyakini kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya. Maka kita pun akan dengan senang hati dan penuh semangat memenuhi panggilan Allah dan rasul-Nya, sebab hal itu akan menjadikan jiwa kita ‘lebih hidup.”


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ﴿٢٤﴾

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS Al Anfal: 24)


Abdullah bin Wahab berkata:

لِكُلِّ مَلْذُوْذٍ فِي الدُّنْيَا لَذَّةٌ وَاحِدَةٌ ثُمَّ تَزُوْلُ إِلَّا الْعِبَادَةَ فَإِنَّ لَهَا ثَلَاثَ لَذَّاتٍ إِذَا كُنْتَ فِيْهَا وَإَذَا تَذَكَّرْتَ أَنَّكَ أَدَّيْتَهَا وَإَذَا أُعْطِيْتَ ثَوَابَهَا

"Semua kenikmatan di dunia itu hanya satu kenikmatan, kemudian hilang nikmatnya; kecuali ibadah. Ibadah itu memiliki tiga nikmat; nikmat ketika mengerjakan ibadah tersebut, nikmat ketika terkenang pelaksanaan ibadah dan nikmat saat mendapatkan pahalanya"(Syarh Mukaffirat adz-Dzunub hlm 14).


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Diantara umat Islam sendiri ada banyak tingkatan kadar keimanannya terhadap ajaran agama. Misalnya, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa shalat berjamaah itu nilai pahalanya lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat secara munfarid (sendirian).


 صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً .

“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Al Bukhari)


Tetapi kenyataannya, kita menyaksikan bahwa tidak semua orang tertarik untuk shalat berjamaah. 


Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga telah menyatakan keistimewaan bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat lailatul qodar, yang fadhilahnya lebih baik dari seribu bulan.


لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾

“Malam kemuliaan Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al Qadr: 3).


 Namun berapa banyak orang yang mau mengikuti sunnah nabi dengan cara beri’tikaf di masjid untuk menjemputnya? Sementara sudah sangat jelas Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana beremangatnya beliau dan para sahabat menyisihkan waktu sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dengan cara beri’tikaf dan tidak meninggalkan masjid.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Diantara umat Islam ada yang sangat tekun beribadah karena ingin meraih malam kemuliaan itu. Apalagi ada yang secara khusus melakukan i’tikaf di Masjidil Haram dengan sekaligus melaksanakan umrah. Semua itu berawal dari iman, keyakinan !


Banyak diantara kita ingin berziarah ke tanah suci Mekkah al Mukarramah, sebab disitu ada Ka’bah, Baitullah. Maka harapan setiap orang beriman adalah dapat meraih sebanyak-banyak pahala, hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW tentang keutamaan shalat di Masjidil Haram sebanding dengan 100 ribu kali di tempat yang lain:


صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, hadits shahih )


Disinilah rahasianya, mengapa ada banyak orang dengan rela dan senang hati mengeluarkan biaya yang banyak, berkorban dengan waktu, biaya dan tenaga dalam menunaikan panggilan Allah SWT. Sebab disitu digerakkan oleh “iman” yang dengannya akan merasakan manis, nikmat dan puasnya beribadah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Bayangkan satu kali shalat nilainya sebanding dengan 100 ribu kali di tempat lain, hal itu setara dengan shalat yang dijalani selama 54,8 tahun. Sedangkan ibadah umrah biasanya akan berada di Masjidil Haram selama 3 hari, yang bernilai sebanding ibadah 822 tahun ( dari 3 hari x 5 shalat fardhu x 54,8 tahun). Apalagi dikerjakan di bulan Ramadhan secara berjamaah, bila dan berharap mendapat karunia lailatul qodar. Maka berapa banyak jumah akhirnya? 


Hal semacam ini pasti tidak akan pernah terbersit bagi orang yang imannya tipis, apalagi sama sekali tidak beriman. Mungkin banyak orang merasa heran: mengapa umat Islam sangat ingin menunaikan umrah dan haji !


Kita diberi umur hidup yang sangat pendek, kebanyakan tidak lebih dari 100 tahun. Tetapi dengan menunaikan umrah umur itu bisa bernilai sebanding dengan ibadah ratusan tahun. Maka dianggap saja sebagai cara cerdas ‘membeli umur’ sebanyak 800 tahun dengan biaya umrah sebesar 30-40 juta rupiah. Bagi orang beriman, hal inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan saat menunaikan panggilan-panggilan Allah itu. 


Inilah mungkin diantara maksud ayat dalam QS Al ‘Asher:

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mumpung Ramadhan masih membersamai kita, marilah kita manfaatkan diri untuk bisa menikmati ibadah sebaik-baiknya, yaitu bertaqorrub dangan semangat ibadah yang semakin tekun. Inilah akhir ramadhan sebagai puncak ibadah untuk meraih kemenangan yang sesungguhnya. Jadikanlah ini sebagai waktunya ‘pesta ibadah’ yang penuh suka cita !


Semoga kita senantiasa diberikan iman yang istiqomah , sehingga mampu merasakan nikmatnya beribadah. Amiin.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Khutbah Kedua 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. 

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ