Tampilkan postingan dengan label Juni. Tampilkan semua postingan

  MENYAMBUT PANGGILAN ALLAH Oleh: Ust. Abdul Hakim Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَار...

MENYAMBUT PANGGILAN ALLAH   MENYAMBUT PANGGILAN ALLAH

Khutbah Jumat

Juni

 


MENYAMBUT PANGGILAN ALLAH
Oleh: Ust. Abdul Hakim

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُّنِيرًا
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ , وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kita sebagai seorang muslim pastilah memiliki harapan untuk bisa menyempurnakan keislaman kita yang diwujudkan dalam bentuk kesanggupan untuk menunaikan seluruh rukun Islam yang berjumlah lima, mulai dari syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

Ibadah haji adalah puncak dari rukun Islam yang lima. Belum sempurna keislaman seseorang bilamana tidak memiliki keterpanggilan untuk menunaikan ibadah haji. Maka semestinya hati setiap orang Islam akan selalu merindukan, kapan akan memperoleh kesempatan berziarah ke tanah suci ini.

Saat ini kita berada di bulan Dzulqa’dah, salah satu dari bulan haji.  Kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia akan melaksanakan salah satu rukun Islam yang agung ini. Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. untuk memanggil seluruh umat manusia untuk menunaikan haji dengan berziarah ke tanah suci, sebagaimana firman-Nya:

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan panggillah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”  (Qs al Hajj: 27)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Ibadah haji merupakan ibadah yang memadukan antara amal hati, lisan dan anggota badan. Ia menuntut keikhlasan dan kesabaran, lisan yang senantiasa melantunkan kalimat thayyibah dan aktifitas fisik berupa Thawaf dan Sa’i, melontar Jumrah dan lainnya.

Selanjutnya, Ibadah haji ini  selain menuntut kesehatan fisik dan mental; juga kemampuan finansial (harta benda). Ada begitu banyak pengorbanan yang dituntut dari kaum Muslimin agar bisa menjalankan ibadah yang agung ini.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala telah menyiapkan balasan terbaik bagi orang yang berhasil melaksanakan ibadah haji dengan benar dan ikhlas, yaitu surga. Rasulullah SAW bersabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga“. (Muttafaq ‘alaih)

Allah  Maha Membalas setiap pengorbanan yang kita lakukan bahkan lebih besar dari apa yang sudah kita kerjakan. Sebab mereka mengagungkan syar-syiar agama Allah.

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴿٣٢﴾
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Qs. Al Hajj: 32)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Orang yang hatinya memiliki iman dan cinta pada Allah ta’ala, pastilah bercita-cita dan rindu untuk menemui Tuhannya, dan akan berjuang dengan segenap tenaga guna memenuhi panggilan-Nya ini.

وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Qs Ali Imran: 97)

Ibadah haji merupakan silaturahmi akbar tahunan umat Islam. Semua memiliki tujuan yang sama untuk menjadi hamba Allah yang taat, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda: bangsa, budaya, status sosial,  profesi dan sebagainya. Mereka tidak saling mengungguli kecuali  dalam hal ketakwaan; sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

  لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ إِلَّا بِالتَّقْوَى  
“Tidak ada kemuliaan bagi orang Arab melebihi non Arab kecuali dengan takwa” (HR Abu Nu’aym dalam Hilyah al-Auliya’)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Di tanah suci umat Islam dipertemukan, mereka saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Di sanalah tampak dengan jelas makna persaudaraan dan kesetaraan di antara kaum muslimin. Para jamaah haji seluruhnya melepas pakaian harian masing-masing dan menggantinya dengan pakaian ihram yang lebih mirip dengan kain kafan untuk mayat. Mereka menyerukan kalimat talbiyah:

   لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ   
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-mu. Sesungguhnya segala puji nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Umat Islam dari berbagai penjuru dunia datang, hanya demi membuktikan iman dan cintanya kepada Allah. Mereka berasal dari berbagai kalangan masyarakat; ada yang petani, buruh, pedagang kecil, pegawai, hingga pejabat ataupun bangsawan dan konglomerat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
    Marilah kita terus berupaya meningkatkan kemampuan diri kita dan bercita-cita untuk dapat memenuhi panggilan Allah dengan cara mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sambil menunggu waktu diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji; kita dapat memperbaiki bagaimana kita selama ini telah memenuhi panggilan Allah dalam bentuk yang lainnya, misalnya dalam ibadah shalat fardhu harian, zakat, infak sedekah, amar ma’ruf nahi munkar; serta amal shaleh lain yang banyak bentuknya.

Demikian pula ibadah lain yang memerlukan persiapan dana yang cukup besar, seperti kurban dan umrah, apakah kita telah terpanggil untuk menunaikannya? Apakah telah memasang niat, kapan akan menunaikan? Semua itu memerlukan niat dan tekad yang kuat.

Kita semestinya selalu berupaya menambah dan memperbaiki kualitas ibadah kita, sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir (mengingat)-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kepada-Mu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)

Demikianlah khutbah Jum’at hari ini, semoga seluruh jamaah haji tahun ini diberikan kemudahan dalam menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji, dan dapat meraih predikat haji yang mabrur. Selanjutnya kita semua yang sampai saat ini belum mendapat kesempatan, nantinya akan dimudahkan untuk dapat memenuhi panggilan Allah SWT ini dengan sebaik-baiknya. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 MINANGKANI TIMBALANE ALLAH Dening : Ust. Abdul Hakim Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ...

MINANGKANI TIMBALANE ALLAH MINANGKANI TIMBALANE ALLAH

Khutbah Jumat

Juni


 MINANGKANI TIMBALANE ALLAH
Dening : Ust. Abdul Hakim

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُّنِيرًا
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ , وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kita minangka tiyang muslim temtu nggadhahi pepinginan saget nyampurna-aken keislaman kita ingkang dipun wujudaken kanthi nindak-aken sedaya rerangkening rukun Islam ingk cacahipun gangsal, wiwit saking: syahadat, sholat, puasa, zakat lan haji.

Ibadah haji minangka panyampurnaning rukun Islam ingkang gangsal. Dereng sampurna Islam kita menawi mboten nggadhahi raos tinimbalan kagem nindak-aken ibadah haji. Pramila, samesthinipun manah kita umat Islam bakal tansah nggadhahi raos kangen, kapan bakal pikantuk kesempatan saget tindak ziarah ing tanah suci.

Saat menika kita sampun mlebet ing wulan Dzulqa’dah, minangka salah satunggaling wulan kagem ibadah haji.  Kaum Muslimin saking sedaya papan ing alam ndonya bakal nindak-aken rukun Islam ingkang agung menika. Allah subhanahu wata’ala sampun paring dhawuh dhumateng kanjeng Nabi Ibrahim a.s. supados nimbali sedaya umat manungsa amrih nindak-aken ibadah haji kanthi ziarah ing tanah suci, kados dhawuh firman-ipun:

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

“Lan timbalana umat manusia kanggo nindak-ake haji, yekti dheweke bakal tumeka ing papanira iki kanthi mlaku, lan numpak unta kang kuru, teka sangka sakabehing papan kang adoh dununge,”  (Qs al Hajj: 27)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Ibadah haji minangka ibadah ingkang ngimpun antawispun amal ati, lisan lan anggota badan. Ibadah menika kedah linambaran raos ikhlas lan sabar, lisan ingkang tansah ngucap kalimat thayyibah lan amalan raga awujud Thawaf lan Sa’i, mbalang Jumrah lan sanes-sanesipun.

Salajengipun, Ibadah haji menika kedah pawitan sehatipun raga lan penggalih; ugi betah ragat (arta bandha). Kathah wujud pengurbanan ingkang kedah dipun lampahi kagem kaum Muslimin amrih saget nindak-aken ibadah ingkang mekaten agung menika.

Awit saking menika, Allah Ta’ala sampun nyawiskaen piwales (ganjaran) ingkang paling sae tumrap tiyang ingkang kasil nindak-aken ibadah haji kanthi leres dan ikhlas, inggih menika suwarga. Rasulullah SAW paring sabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“lan haji mabrur ora ono liya piwales ganjarane kejaba suwarga“. (Muttafaq ‘alaih)

Allah  Maha Paring Piwales ing saben lampah pangurbanan ingkang kita tibdak-aken, lan malah langkung ageng tinimbang ingkang sampun kita tindak-aken. Jalaran tiyang ingkang mekaten sampun ngagungaken syar-syiar agaminipun Allah.

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴿٣٢﴾
“Mengkono (dhawuhe Allah). Lan sopo wong kang ngagungake syi`ar-syi`ar Allah, mangka yekti iku tuwuh sangka ati kang takwa.” (Qs. Al Hajj: 32)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Tiyang  ingkang ing salebeting manah dumunung raos iman lan tresna dhumateng Allah ta’ala, mesthi kagungan panjangka lan kangen saget pianggih (sowan) dhumateng Allah, lan bakal mbudidaya kanthi sakatogipun daya kakiyatan kagemminangkani dhawuh timbalanipun menika. Allah ta’ala paring dhawuh:

وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Nindakake haji minangka kuwajiban umat manungsa marang Allah, yaiku (tumrap) wong kang mampu nempuh lakune tumuju Baitullah; Sapa wong kang selak (nyingkur) (saka kuwajiban haji), mangka satemene Allah Maha Sugih (ora mbutuhake) sangka saisine alam ndonya.” (Qs Ali Imran: 97)

Ibadah haji minangka silaturahmi akbar tahunan umat Islam. Sedaya nggadhahi maksud ingkang sami amrih saget dados kawulanipun Allah ingkang taat, senadyan saking asal ingkang mboten sami, menapa ingkang sipatipun: bangsa, budaya, drajat kalenggahan (status social),  profesi lan sanes-sanesipun. Sedaya mboten wonten ingkang langkung inggil, kejawi raos iman takwa; kadosdene dhawuhipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:  

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ إِلَّا بِالتَّقْوَى  
     “Ora ana kamulyan tumrap wong Arab ngluwihi marang dudu Arab, kejaba kanthi takwa” (HR Abu Nu’aym dalam Hilyah al-Auliya’)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Ing tanah suci sedaya jamaah haji sami tulung tinulung ing salebeting kesaenan lan takwa. Ing papan kasebat bakal ketingal kanthi gamblang kados pundi makna lan ajinipun pasedherekan sarta drajat martabat ingkang sami ing antawisipun sesami  kaum muslimin.

Para jamaah haji sedaya nglepas pakaian padintenanipun piyambak lan dipun gantos kanthi pakaian ihram ingkang langkung mirip kaliyan kain kafan kagem mayit. Sedaya sami maos laimat talbiyah:

لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ   
“Kawula sowan ngestok-aken dhawuh timbalan paduka, dhuh Gusti Allah. Kawula sowan dhumateng Paduka. Mboten wonten tetandhingan tumrap Paduka, kawula ngestok-aken timbalan Paduka. Saestu sedaya puji lan nikmat, lan sedaya panguwaos menika namung kagungan Paduka Allah, mboten wonten tetandhingan tumrap Paduka.”

Umat Islam saking sedaya papan ing ngalam ndonya sami dhateng, namung kagem mbuktek-aken raos iman lan tresnanipun shumateng Allah. Umat Islam menika salaipun saking mawerni-werni kalangan masyarakat; wonten ingkang petani, buruh, pedagang alit, pegawai, ngantos pejabat utawi trah ing bangsawan menapa dene konglomerat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
    Sumangga kita tansah mbudidaya nambah kakiyatan kita lan kagungan panjangka saget minangkani dhawuh timbalanipun Allah kanthi lampah cecawis ingkang sak-sae-saenipun. Sinambi nenggo wekdal samangke pinaringan kesempatan kagem nindak-aken ibadah haji; kita saget pepacak kados pundi kita sedaya anggenipun nindak-aken dhawuh-dhawuh timbalanipun Allah ing padintenan, kados dene: ibadah shalat fardhu, zakat, infak sedekah, amar ma’ruf nahi munkar; sarta amal shaleh sanesipun ingkang kathah sanget wujudipun.

Mekaten ugi ibadah sanes ingkang mbetahaken ragat ingkang kathah, kados dene kurban lan umrah, menapa kita sampun rumaos tinimbalan kagemnindak-aken? Menapa kita sampun masang niyat, kapan bakal dipun lampahi? Sedaya menika betah niyat lan tekad ingkang kiyat.

Kita samesthinipun tansah mbudidaya kagem nambah lan mbebecik kualitas ibadah kita, kadosdene donga ingkang dipun tuntunaken dening Rasulullah SAW:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Dhuh Gusti Allah, mugi Paduka paring pitulung ing kawula amrih saget tansah dzikir (emut)-Paduka, tansah syukur dhumateng Paduka, lan saget nambah sae anggen kawula ngibadah dhumateng Paduka.” (HR. Abu Daud lan Ahmad, shahih)

Mekaten atur khutbah Jum’at ing siang menika, mugi-mugi sedaya jamaah haji ing taun menika pinaringan lampah ingkang gampil salebetipun nindak-aken sedaya rerangken ibadah haji, lan saget nggayuh drajat haji ingkang mabrur. Salajengipun kita sedaya ingkang dumugi saat menika dereng piraningan kesempatan tindak haji, mugi ing wekdal candhakipun dipun paringi margi ingkang gampil kagem minangkani dhawuh timbalanipun Allah SWT menika kanthi sak sae-saenipun. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.


Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
اللّ…

 MEMANTAPKAN VISI-MISI KEHIDUPAN Oleh: Ust. Khomsul Latifin, S.Ag.,MSI Khutbah Pertama : إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ...

MEMANTAPKAN VISI-MISI KEHIDUPAN  MEMANTAPKAN VISI-MISI KEHIDUPAN

Khutbah Jumat

Juni


 MEMANTAPKAN VISI-MISI KEHIDUPAN
Oleh: Ust. Khomsul Latifin, S.Ag.,MSI

Khutbah Pertama :

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
قال الله تعالى: وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah yang telah memberi kita berbagai macam kenikmatan,baik berupa kesehatan, umur panjang serta ketetapan iman Islam Semoga karunia tersebut dapat membuat kita bersyukur dengan sebenar-benarnya..

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Dengan ajaran Islam inilah beliau telah membimbing kita keluar dari kegelapan hidup menuju cahaya yang terang benderang.

Sebagai khatib tidak lupa mengingatkan untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dengan menaati perintah-Nya serta berharap ridho maupun pahala dari-Nya. Kemudian meninggalkan larangan-Nya dengan penuh rasa takut akan adzab Allah di dunia maupun akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kita umat manusia diciptakan hidup di dunia ini sesunguguhnya memiliki tujuan yang sangat agung; bukan sekedar untuk makan, minum, tidur, dan menuruti kesenangan hati atau hawa nafsu semata. Janganlah mengira kita ini diciptakan hidup dengan tanpa tujuan yang jelas, kemudian boleh untuk berbuat sekehendak hati. Allah SWT mengoreksi anggapan sebagian orang yang demikian :

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. Al-Mu’minun: 115)

Tujuan hidup kita ini memiliki nilai yang besar, sebagaimana Allah SWT memberitahukan pada kita:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ibnu Abdil Bar menafsirkan makna liya’budun (لِيَعۡبُدُونِ)adalah liyuqirru bil-‘ubudiyah dhau’an au karhan (berusaha konsisten pada nilai ibadah dalam keadaan gembira ataupun susah). Terkadang memang ibadah ada yang kita sukai ataupun tidak. Dan itu kita dituntut untuk selalu menjaga keistiqomahan ibadahnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Selanjutnya, dalam ibadah ini bukanlah kita sekedar melakukan dalam arti ibadah sempit berbentuk ritual seperti sholat, puasa atau haji; melainkan peribadatan yang luas dan dalam berbagai keadaan. Allah mengungkapkan bagaimana status kedudukan manusia dalam Qs. Al Baqarah 30:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi.”

Pesan utama ayat ini ialah maklumat atau berita tentang diangkatnya manusia oleh Allah sebagai Khalifah atau Wakil Tuhan di muka bumi ini; yaitu ditetapkannya manusia sebagai pemakmur, pengatur dan pengelola sistem kehidupan di panggung dunia ini. Hal ini dimaksudkan agar tercipta kehidupan yang maju, berperadaban, harmonis, damai, tentram dan sejahtera serta memperoleh kebahagian hidup di dunia hingga akhirat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Sejalan dengan kedudukan, tugas dan fungsi penciptaan manusia di dunia ini, maka Allah menurunkan petunjuk hidup berupa ajaran agama melalui para rasul-Nya agar keberadaannya menjadi rahmat bagi semesta alam. Dalam merealisasikan pengabdian itu kita diperintahkan agar dalam melakukan setiap tindakan kita diawali dengan menyebut nama Allah; yang direpresentasikan dengan ucapan ‘basmalah’ sebagai simbol ketundukan dan pengabdian kepada Allah. Itulah makna kekhalifahan manusia di muka bumi. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda,

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus (berkahnya).” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya). Maksudnya tidak bernilai di hadapan Allah.

    Ringkasnya, dalam kehidupan seorang muslim hendaknya semua yang dilakukan untuk dijadikan sebagai sarana menghamba kepada Allah, sebagaimana diajarkan dalam al-Qur’an:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
 “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (Qs. Al-An’am: 162)

Inilah tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Kita sebagai manusia hidup di dunia ini harus mempunyai tujuan yang jelas, tegas, mantap dan fokus. Pada masa sekarang tujuan semacam itu dikenal dengan sebutan visi dan misi kehidupan.

Visi adalah pandangan (cita-cita) ideal ke depan, sedangkan misi adalah tata cara atau proses untuk mencapai visi. Visi kehidupan manusia adalah TAQWA, yaitu menjaga diri untuk tetap hidup menurut aturan Allah, dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Misi kehidupan manusia adalah IBADAH, yaitu hidup di dalam bimbingan agama Allah, dengan mentaati aturan-Nya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, kita bisa menggunakan Tiga kata kunci yaitu: niat ikhlas, dijalani dengan ketaatan dalam agama, dan lakukan dengan kemampuan terbaik.

Pertama, niat ikhlas karena Allah
Allah memgingatkan bahwa setiap kita harus berupaya menjaga setiap perbuatan kita dalam kerangka mencari ridho Allah:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya (secara ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Qs. Al Bayyinah: 5)

Kedua, selalu mentaati Allah dan rasul-Nya agar mendapatkan jalan kesuksesan
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١﴾
"dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman" (Qs. Al-Anfal: 1)

Tujuan yang baik ditempuh dengan cara yang baik pula, tidak boleh melanggar syariat Allah dan rasul-Nya. Misal, bila ingin kaya, bekerja dengan jujur dan sesuai aturan. Jangan menipu, manipulasi, menyuap, korupsi, merampas hak orang lain dan sebagainya.

Ketiga, melakukan dengan kemampuan terbaik; sebagai ungkapan prestasi yang bisa dibanggakan di hadapan Allah.

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Al Baqarah: 148)

Janganlah sampai kita terpedaya oleh gemerlap kehidupan duniawi yang membuat lalai. Sebagaimana banyak orang kaya harta, tapi tidak dibelanjakan untuk hal-hal  yang mulia; namun sekedar pamer dan mengumbar kesombongan gaya hidup, punya ilmu hanya untuk memupuk keangkuhan diri, memiliki jabatan hanya untuk bermain kekuasaan.

Dalam hidup ini setiap kita didorong agar bisa melakukan dan meraih karya terbaik yang mampu kita capai sesuai bidang keahlian atau profesi dan kemampuan masing-masing; akan tetapi kemudian hal itu dijadikan sebagai persembahan penghambaan kita kepada Allah SWT. Semua hal yang merupakan capaian dan mampu diraih dalam hidup ini: baik berupa harta, ilmu, jabatan (kedudukan) kekuatan dan bentuk fisik, dan sebagainya: semuanya lillahi ta’ala, hanya untuk mendapatkan penilaian, pahala dan ridho Allah ta’ala.

    Demikian khutbah ini semoga Allah membimbing kita untuk selalu dapat menapaki petunjuk-Nya yang lurus, dan kita dijauhkan dari orientasi kehidupan duniawi yang penuh hawa nafsu yang sesat.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 HAKEKAT GEGAYUHANING URIP SEJATI Dening: Ust. Khomsul Latifin, S.Ag., MSI Khutbah I إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَن...

HAKEKAT GEGAYUHANING URIP SEJATI  HAKEKAT GEGAYUHANING URIP SEJATI

Khutbah Jumat

Juni


 HAKEKAT GEGAYUHANING URIP SEJATI
Dening: Ust. Khomsul Latifin, S.Ag., MSI

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
قال الله تعالى: وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji syukur kita konjukaken dhumateng Allah SWT ingkang sampun paring tumrap kita kathah kenikmatan, sae ingkang awujud kesarasan, umur panjang saha ketetapan iman islam. Mugi-mugi kangrahan menika saget ndamel kita ngaturaken syukur panuwun ingkang saleres-leresipun.

Shalawat lan salam mugi-mugi tetep kaparingna dhumateng Kanjeng Nabi MuhammadSAW, kaliyan kulawarga, para sahabat lan sedaya umatipun ngantos akhir ing jaman. Panjenenganipun ingkang sampun ngasto piwucal Islam lan mbimbing kita sedaya medal saking pepeteng gesang tumuju cahya ingkang padang njinggrang.

Minangka khatib, mboten kesupen keparenga kawula ngemutaken dhumateng para sedherek sedaya, linangkung tumrap awak kula piyambak, sumangga kita ntansah nambah raos iman lan takwa dhumateng Allah kanthi saleres-leresipun takwa inggih kanthi nindaki dhawuhing agami saha ngajeng-ajeng ridho utawi ganjaran saking Allah. lajeng nilaraken awisanipun Allah kanthi kebak raos ajrih dhumateng adzab ipun Allah ing donya menika utawi ing akhirat mangke.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kita umat manungsa dipun cipta gesang ing donya menika saestunipun nggadhahi tujuan ingkang agung sanget; mboten namung kangge nedha, ngunjuk, tilem, lan midhereki karemenan manah utawi hawa nafsu kemawon. Sampun ngantos gadhah panginten kita menika dipun cipta gesang tanpa tujuan ingkang gumathok, lajeng angsal kangge tumindak sakajengipun piambak. Allah swt ‘ngoreksi’ anggepan saperangan tiyang ingkang mekaten:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Mula apa sira padha  duwe pangira, yen sejatine Ingsun Allah wis nyipta ing sira kabeh among kanggo dedolanan wae, lan sira padha ngira yen ora bakal dibalek-ake sowan ing ngersaning Sun (Allah) ?” (Qs. Al-Mu’minun: 115)

Tujuan gesang kita menika nggadhahi maksud ingkang ageng, kados Allah swt sampun paring dhawuh ing kita:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  
"Ingsun Allah ora nyipta-ake jin lan manungsa, kejaba mung supaya padha ngibadah (ngumawula) ing ngersaning Sun Allah" (Qs. Adz-Dzariyat: 56).

Ibnu Adil Bar nafsiraken makna liya'budun (لِيَعۡبُدُونِ) inggih menika liyuqirru bil-'ubudiyah dhau'an au karhan (usaha ingkang ajeg – tekun nglampahi ngibadah ing kawontenan bingah utawi sisah). Kadhang-kadhang pancen ngibadah wonten ingkang kita remeni utawi mboten,  lan menika kita dipun ndhawuhaken supados tansah njagi saget istiqomah (ajeg).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Salajengipun, salebeting ngibadah menika kita mboten namung nglampahi ngibadah ingkang awujud ritual (amalan) sholat, siyam utawi tindak haji; ananging lampah ngibadah ingkang wiyar lan lumebet ing pinten-pinten perkawis gesang.

Allah medharaken kados pundi jejer kalenggahan umat  manungsa ing Qs. al baqarah 30"

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“lan mangertia, nalikane Allah pangeranira ngendika ing para malaikat: Satemene Ingsun Allah bakal ndadekake sawijining khalifah ing bumi”

Sarining piwucal saking ayat menika : minangka maklumat utawi pawartos ing perkawis dipun angkatipun manungsa dening Allah dados khalifah utawi wakil ing saklumahing bumi (ndonya); inggih menika manungsa katetepaken dados wakilipun Allah kangge ngrumat, nggulawenthah lan ngatur lelampahaning praja panggesangan ing panggung donya menika. Perkawis menika dipun maksudaken supados saget ndamel panggesangan ingkang majeng, tumata, harmonis, ayem tentrem lan kebak karaharjan, saha saget nggayuh kabegjan gesang ing donya ngantos akhirat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Jumbuh kaliyan jejer kalenggahan, tugas lan kuwajibaning umat manungsa ing ndonya  menika pramila Gusti Allah paring pitedah awujud piwucal agami lumantar para rasul utusaninpun minangka dados rahmat kangge saisining alam ndonya.

Ing saklebeting pangibadahan menika kita dipun dhawuhaken bilih saben nindak-aken amalan tansah dipun awiti kanthi nyebat asmanipun Allah ingkang kawastanan waosan “basmalah”; menika minangka pratandha midherek lan pangibadahipun dhumateng Allah.  Menika saestunipun ingkang dipun wastani manungsa minangka khalifah ing jagad menika. Saking Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW ngendika:

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Saben perkara wigati kang ora diawiti kanthi ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan ikut pedhot (barokahe).” (HR. Al-Khatib ing kitab Al-Jami’). Maksudipun mboten nggadhahi aji utawi piguna ing ngersanipun Allah.

    Ringkesipun, ing saklebeting gesangipun toyang muslim supados sedaya amal tumindak menika katindakaaken saget dados-a srana kangge ngumawula dhumateng Allah; kadosdene ingkang sampun kadhawuhaken ing al-Qur’an:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ucapno: Saestunipun shalat kula, ibadah kuls, gesang kula lan pejah kula namung kagem pados ridhanipun Allah, Gusti ingkang mangerani sedaya alam”, (Qs. Al-An’am: 162)

Inggih menika gegayuhaning gesang manungsa ingkang sejati. Kita minangka manungsa gesang ing ndonya menika kedah nggadhahi gegayuhan ingkang cetha,

Inilah tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Kita sebagai manusia hidup di dunia ini harus mempunyai tujuan yang jelas, tegas, mantep lan konjem. Ing jaman menika tujuan gesang mekaten dipun westani  “visi lan misi” gesang. Visi inggih menika panjangka (gegayuhan) ideal ing masa depan, dene misi inggih menika tata cara utawi proses kangge  nggayuh visi.

Visi gesangipun manungsa inggih menika taqwa, inggih menika njagi dhiri kangge tetep gesang midherek aturaning Allah, kanthi nindak-aken dhawuhipun lan nebihi awisanipun. Dene misi gesangipun manungsa inggih menika ngibadah, inggih gesang ing saklebetipun bimbingan piwucal agaminipun Allah, kanthi midherek aturan-ipun ingkang sampun kaparingaken dening Rasulullah saw.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kangge mujudaken visi lan misi kasebat, kita saget ngagem tigang tembung minangka kunci inggih menika : niat ikhlas, dipun lampahi kanthi taat, lan nindak-aken amalan kanthi kabisan ingkang paling sae
.
Sepisan, niat ikhlas keranten Allah
Allah paring piwucal bilih kita sedaya kedah mbudidaya saben ngamal tumindak kedah ikhlas, namung kangge pados ridhanipun Allah:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾
“kamangka umat manungsa ora didhawuhi kejaba mung supaya padha ngumawula ing Allah kanthi tulus ikhlas , nindak-ake dhawuhing agama kanthi bener; njejegake shalat, mbayar zakat. Kang mengkono iku minangka agama kang lempeng” (Qs. Al Bayyinah: 5)

Kaping kalih, tansa taat dhumateng Allah lan rasul, amrih saget nggayuh kabegjan gesang
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١﴾
"lan padha ta`at-a ing ngersane Allah lan Rasul-e yen sira temen anggone dadi wong kang iman" (Qs. Al-Anfal: 1)

Tujuan ingkang sae kedah dipun lampahi kanthi cara lan sarana ingkang sae; mboten kepareng nglanggar aturaning  syariat Allah lan Rasulullah SAW. Umpami, yen kepengin dados sugi bandha, pramila kedah nyambut damel kanthi jujur lan midherek aturan. Mboten keparengn ngapusi, manipulasi, nyuap (mbeseli) , korupsi, merampas hak tiyang sanes lan sanesipun.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kaping tiga, tumindak kanthi kabisan ingkang paling sae; miangka perlambang prestasi ingkang saget ndamel bombing (marem) ing ngersanipun Allah SWT.

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
“Lan tumrap saben umat duwe kiblat kang dheweke ngadhep (dadi tujuan). Mula sira padha age-age gegancangan ing tumindak kabecikan. Ana ngendi wae sira dumunung, mangka gusti Allah mesthi bakal ngumpulake sira kabeh (ing dina kiamat). Saktemene Allah Maha Kuwasa atase sakabehe perkara.” (Qs. Al Baqarah: 148)

Sampun ngantos kita kapilut ing gebyaring gesang kadonyan ingkang asring ndamel lena.

Kadospundi wonten kathah tiyang sugih bandha, nanging mboten dipun blanja-aken kangge perkawis ingkang luhur minulya; nanging justru namung kangge pamer lan ngumbar kesugihan, umuk kemonceran gesang; gadhah ngilmu namung kangge ngetingalaken sipat kongas lan gumedhenipun, nggadhahi jabatan namung kangge dolanan kewenangan.

Ing saklebeting gesang menika kita sedaya dipun jurung supados saget ngamal lan nggayuh pakaryan ingkang paling sae – menapa kemawon  ingkang kuwawi kita gayuh, selaras kaliyan panggaotan (bidang keahlian) utawi profesi lan kesagahan piyambak-piyambak. Saklajengipun menika sedaya dipun dadosaken minangka lantaran anggen kita ngumawula dhumateng  Allah swt. Sadayaning  perkawis ingkang saget kita gayuh lan kuwawi dipun kumpulaken ing saklebeting gesangmenika: (sae awujud bandha, ngelmu, kalenggahan, kasantosan utawi wujuding badan; sedaya lillahi ta’ala, namung kangge ngupadi ganjaran lan ridhanipun Allah ta’ala.

    Mekaten khutbah menika, mugi-mugi Allah paring pitedah dhumateng kita amrih tansah saget lumampah ing margining agami kanthi leres, lan kita katebihna saking gegayuhan gesang kadonyan ingkang kebak godhaning hawa nepsu lan ndamel sasar. A-miin

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ .رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

  PANGEJAWANTAHING IMAN TAUHID Dening : Ust. Zainal Abidin Khutbah I اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ...

PANGEJAWANTAHING IMAN TAUHID  PANGEJAWANTAHING IMAN TAUHID

Khutbah Jumat

Juni

 


PANGEJAWANTAHING IMAN TAUHID
Dening : Ust. Zainal Abidin

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
 اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
  قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Iman nggadhahi makna pitados, yakin. Lan ing salebeting iman wonten raos tundhuk midherek (taat) dhumateng sedaya perkawis ingkang ginaris ing piwucalipun. Iman mboten cekap namung kanthi ucapan tetembungan. Iman nembe badhe kabukten nalikanipun setunggaling tiyang ngadhepi pacoban, kadosdene firman pangendikanipun Allah SWT:

    أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾
“Opo umat manungsa duwe pangira menawa dheweke bakal disekarep sawise :  "Kawula sampun iman ", kamangka dheweke durung antuk pacoban?” (Qs. Al Ankabut: 2)

    وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾
“Lan yekti ingsun Allah wis paring pacoban marang wong-wong sadurunge dheweke, mangka Allah priksa marang wong-wong kang bener ing imane, lan yekti panjenengane priksa wong-wong kang padha cidra.” (Qs Al Ankabut: 3)

Pacoban ing salebeting iman menika wujudipun mawerni-werni, wonten ingkang wujud dhawuh lan awisanipun Allah, wonten ingkang minangka musibah lan bebaya, wonten ugi ingkang minangka kahanan ingkang dipun sandhang (ingkang sae utawi awon)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,,
Ing salebeting pepaking kahanan gesang kita dipun dhawuhi amrih tansah nglampahi ing tumindak taat midherek dhumateng Allah lan Rasul. Kados dhawuhipun ing al-Qur’an:

    وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٣٢﴾
“Lan sira padha nindakno ta`at ing Allah lan Rasul, supaya sira nampa rahmat.” (Qs. Ali ‘Imran: 132)

Ing ayat sanes dipun tegasaken:
    وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“Apa wae kang diparingake Rasul marang sira, mangka padha tindakno. Lan apa wae kang dilarang tumrap sira, mangka padha tinggalno; lan padha takwa-o sira marang Allah. Satamene pasiksane Allah iku banget abot.” (Qs Al Hasyr: 7)

Ing salebeting gesangipun tiyang muslim, mboten wonten perkawis ingkang langkung mulya tinimbang iman tauhid (nyawijek-aken) Allah ‘Azza wa Jalla. Mboten wonten ngelmu ingkang paling wigatos (penting) kejawi tauhidullah lan ngelmu perkawis hak-hak ipun Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pramila kuwajiban satunggaling kawula salajengipun inggih menika mbudidaya mangeja-wantahaken iman tauhid menika kanthi sae ing gesang padintenan. Jalaran namung kanthi iman tauhid kita badhe lumebet ing suwarga. Saestu Allah bakal njamin suwarga namung tumrap tiyang ingkang seda ing salebetipun ngugem-ugemi iman tauhid.  Rasulullah SAW paring sabda:

    مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
 “Sapa wong kang mati ing sajroning rasa iman ing kalimat ‘Laa Ilaaha illallah’, mangka dheweke mesthu mlebu ing suwarga.” (HR. Muslim)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ing wulan haji lan Qurban saat menika, kasinggihan sanget yen kita sami nuladha mendhet piwucal saking Nabiyullah Ibrahim a.s. Panjenenganipun miangka satunggaling Nabi ingkang saestu pinilih: kados pundi nglampahi lan njagi iman tauhid dhumateng Allah.

Kanjeng Nabi brahim a.s. nampi dhawuh saking Allah SWT supados nyembelih putranipun ingkang sesilih Ismail, lan kekalihipun saestu ngleksana-aken kanthi tulus ikhlas. Dhawuh ingkang mekaten ndamel “gorehing manah” moten ndadosaken “mangro tingal” namung kanthi pawadan katresnan utawi welas asihipun dhumateng putra lan kulawarga.

Kekalihipun mboten ngrerendhe utawi pados pawadan sanes kangge ‘selak’ utawi  mlincur saking dhawuh menika. Dhawuhipun Allah menika gamblang, terang terwaca lan mutlak kagem dipun leksana-aken. Pramila mboten nggumunaken menawi kanjeng Nabi Ibrahimm a.s. lajeng nampi gelar minangka khalilullah (inggih menika kekasih ipun Allah).

Patuladhan ingkang mekaten agung kaluhuranipun dipun serat ing Al-Qur’an:

    إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿١٢٠﴾
“Yekti Ibrahim iku mukudake patuladhan kang tansah mituhu lan taat marang Allah lan kebak ing rasa khusyu’ (tansah bakoh ngugemi tauhidullah) lan dheweke ora nate nyakuto-ake marang Allah.” (QS. An-Nahl:120)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,,
Tauhid minangka perkawis wigatos dakwahipun para rasul. Perkawis menika sampun dipun wedhar ing kisah-kisah salebeting Al Qur’an. Tauhid minangka wasiat (piwucal) sepisanan tumrap sedaya kawula. Allah Ta’ala paring firman,

    وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ ﴿٢٣﴾
 “Lan Allah pangeranira wis paring dhawuh supaya sira ojo nyembah marang sa-liyani panjenengane Allah.” (Qs. Al-Isra’: 23).

Tauhid minangka perkawis ingkang dipun tengenaken (dados prioritas) tumrap tiyang-tiyang shaleh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam miwiti dakwah (piwucaling) syiar kanthi dhawuhipun:

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، تُفْلِحُوا
 “Hei sakabehing umat manungsa, ucapno ‘Laa ilaaha illallah’, sira bakal antuk kabegjan.” (HR. Ahmad lan Ibnu Hibban).

Lan iman tauhid ugi minangka perkawis pungkasan ing salebeting gesangipun tiyang iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam paring sabda,

    لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
 “Tuntunen (talqin) ing wong kang bakal tumeka pati ing antarane sira kanthi kalimat “laa ilaha illallah” (HR. Muslim)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,,
Kanthi iman tauhid, kita tansah dipun emutaken amrih gesang kita samung kangge pados ridhanipun Allah, kados dhawuh firman-ipun:

    قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
“Ucapno: "Saestunipun shalat kawula, ibadah kawula, gesang lan pejah kawula namung kagem pados ridhanipun Allah, ingkang mangerani alam jagad raya,” (Qs. Al An’am: 162)

    لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
“mboten wonten tetandhingan tumrap Allah; lan mekaten menika ingkang dipun dhawuhaken ing kawula, lan kawula minangka tiyang ingkang sepisanan sumarah midherek dhumateng Allah". (Qs al An’am: 163)

Ayat menika suraosipun njurung ing kita amrih saben wonten dhawuh utawi timbalanipun allah, kita supados age-age utawi gegancangan anggenipun nindak-aken.

Para Nabi lan Rasul sampun dipun uji kanthi katahing pacoban ingkang awrat, dene pacoban tumrap kita minangka jalma manungsa lumrah mboten sami kadosdene pacobanipun para nabi lan rasul menika. Cekap kanthi dhawuh ing salebeting ngibadah, kadosdene: shalat, puasa, zakat lan haji, bakal ketingal bobot bijininipun iman kita  ing sangersanipun Allah : kados pundi anggen kita sami nindak-aken dhawuh? ..

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,,
Ing salebeting kalimat takbir (اللهُ اَكْبَرُ) ing suwanten adzan utawi awal ibadah shalat, kita sami ngakeni maha agung lan kuwaosipun Allah. Ing saat kasbat kita dipun emutaken bilih ing gesang menika ingkang paling agung lan wigatos inggih namung Allah, dene sedaya perkawis sanesipun ing ndonya menika namung alit, lan sedaya mboten penting. Ingkang  paling penting  lan kedah dipun tengen-aken (minangka prioritas) inggih namung nyembah – ngumawula dhumateng Allah SWT.

Pramila satunggaling muslim ingkang saestu iman tauhid dhumateng Allah (tauhidullah) bakal age-age nindak-aken tibalaning shalat, kados dhawuh firman Allah:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٩﴾
“Hei wong-wong kang padha iman, menawa sira wis padha tinimbalan kanggo nindakake shalat ing dina Jum`at, mangka enggal-enggalo sira padha eling marang Allah lan padha tinggalno dedaganganiro. Kang mengkono iku luwih becik tumrap sira yen sira padha mangerteni,” (Qs. Al Jumu’ah: 9)

Nalika kita nundha utawi ngrerendhe nindak-aken  sholat, ateges kita sampun mangro tingal dhumateng Allah, jalaran kita langkung nuruti lan midherek perkawis sanes kagem dipun lampahi, tinimbang nindakaken dhawuhipun Allah.

Mekaten ugi, kanthi kalimat talbiyah ing ibadah haji lan umrah, kita sampun dipun paringi piwucal kados pundi latihan kagem nengen-aken dhawuh timbalanipun Allah, pados ridanipun Allah lan saget nengenaken hak Allah tinimbang perkawis sanes-sanesipun.

  لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ   
Kawula sowan ngestok-aken dhawuh timbalan paduka, dhuh Gusti Allah. Kawula sowan dhumateng Paduka. Mboten wonten tetandhingan tumrap Paduka, kawula ngestok-aken timbalan Paduka. Saestu sedaya puji lan nikmat, lan sedaya panguwaos menika namung kagungan Paduka Allah, mboten wonten tetandhingan tumrap Paduka

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,,
Saestunipun istiqomah ing salebeting iman tauhid minangka jalaran bakal nampi katentreman lan hidayah ing ndonya lan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala paring firman,

    الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾
 “Wong-wong kang padha iman lan ora nyampur ing imane kanthi laku zhalim (syirik) dheweke iku bakal nampa katentreman lan rasa aman, dheweke iku wong kang padha antuk pituduh.” [Quran Al-An’am: 82].

Sinten tiyangipun ingkang saestu nglampahi lan njagi iman tauhid kanthi sae bakal nampi katntreman gesang lan pitedah (hidayah) ingkang sampurna ing ndonya lan akhirat. Kanthi midherek, taat ing Allah, pramila kita sedaya bakal pikantuk kabegjan, kabingahan lan kamulyan gesang ingkang hakiki.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ﴿٢٤﴾
&“Hei wong-wong kang padha iman, tindakno timbalane Allah lan Rasul nalikane Rasul wis nimbali ing sira tumuju sawijining perkara kang bakal dadi panguripan ing awakira, lan padha sumurupa menawa yekti Allah mbatesi antarane manungsa lan atine, lan yekti ing panjenengane Allah sira bakal dikumpulake bali”_ (Qs. Al Anfal: 24)

Mekaten atur khutbah ing siang menika, mugi-mugi saget dados pemut tumrap kita amrih tansah njagi lan mangejawantahaken raos iman tauhid menika ing sadhengah wekdal, papan lan kawontenan. Mugi mugi Allah SWT tansah paring pitedah, pangayoman lan kekiyatan ing kita saget tansah  istiqomah ing margi ingkang jejeg. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 AMALAN BULAN DZULHIJJAH Oleh: Ust. Malik Saifudin Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ...

AMALAN BULAN DZULHIJJAH AMALAN BULAN DZULHIJJAH

Khutbah Jumat

Juni


 AMALAN BULAN DZULHIJJAH
Oleh: Ust. Malik Saifudin

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.  يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدَا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو بَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Saat ini kita telah berada di bulan Dzulhijjah, salah satu dari bulan yang diharamkan (disucikan, dimuliakan). Diharamkankannya berperang pada bulan ini memiliki hikmah agar umat Islam dapat secara khusus menunaikan ibadah haji dengan sempurna, serta meraih keutamaan dan kemuliaan ibadah-ibadah lainnya.

Selain melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam yang kelima, ada banyak amalan-amalan ibadah yang bisa kita lakukan di bulan Dzulhijjah dan memiliki banyak keistimewaan. Terlebih melaksanakan ibadah di awal-awal bulan Dzulhijjah sampai dengan hari Tasyrik yang masuk dalam rangkaian ibadah di Hari Raya Idul Adha. Rasulullah bersabda:

   مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Tirmidzi).   

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dari hadits ini kita mengetahui bahwa disunnahkan bagi kita untuk berpuasa di sepuluh hari pertama dengan berbagai keutamaan di dalamnya. Syekh Zakaria al-Anshari dalam Asnâ al-Mathâlib menjelaskan bahwa pada tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah disunnahkan berpuasa bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak. Sementara tanggal 8 (hari Tarwiyyah) dan 9 (hari ‘Arafah) hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.  Dalam satu Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan:

   صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.”

Selain ibadah puasa, memasuki sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah lain seperti memperbanyak dzikir, sedekah, membaca Al-Qur’an, dan berbagai macam amalan sunnah lainnya.   

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Adapun amalan utama yang khusus ditunaikan di bulan Dzulhijjah ada tiga, yaitu: shalat Idul Adha, Qurban, dan Haji. Shalat Idul Adha merupakan hari raya bagi seluruh umat Islam, baik yang menunaikan ibadah haji ataupun tidak berhaji. Setelah melaksanakan shalat berjamaah di masjid dan tempat-tempat lainnya, umat Islam melakukan ibadah penyembelihan hewan Qurban dan berbagi kebahagiaan dengan saling berbagi rezeki berupa daging Qurban.

Ibadah Qurban ini sebagai bentuk kesyukuran atas banyaknya nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita, sebagaimana perintah firman-Nya dalam al-Qur’an:,

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ  ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ  ٢ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ  ٣
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (Qs. Al Kautsar: 1-3)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Begitu banyaknya nikmat itu, sehingga kita tidak mampu untuk menghitungnya.

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni`mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18)

Maka berkurban itu sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat-nikmat Allah, sebagaimana kita diingatkan:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim: 7)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Bagi kita yang belum mendapatkan kesempatan untuk berkurban, maka sangat baik kiranya untuk mempersiapkan diri jauh-jauh hari dengan cara menabung atau pun dengan jalan lain dalam rangka memenuhi panggilan Allah ini.

Imam Abu Hanifah  menyebutkan dalam hadits Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda:

 مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا
“Barang siapa mampu berkurban dan ia tidak melaksanakannya, maka janganlah ia menghadiri tempat shalat kami”. (HR. al-Baihaqi).

    Penyembelihan Qurban bisa dilaksanakan hingga  akhir hari tasyrik; sebab barangkali pada saat shalat Idul Adha belum memiliki rejeki, ternyata  rejekinya baru datang tanpa disangka pada hari ketiga tasyrik. Maka saat itu kita bisa berkurban.
    
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Adapun ibadah haji, merupakan penyempurna rukun Islam. Semestinya kita semua memiliki keinginan untuk menunaikannya.  Kita doakan, semoga para jamaah haji diberikan kekuatan dan perlindungan dari Allah sehingga bisa melaksanakan rangkaian rukun dan wajib haji dan mendapatkan predikat haji yang mabrur.   

Rasulullah SAW bersabda:
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
 “dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga“. (Muttafaq ‘alaih)

Dan bagi kita yang belum berkesempatan memenuhi panggilan ini, segera dimampukan untuk datang ke tanah suci Mekkah al Mukarramah. Diawali dengan memasang niat, kemudian mempersiapkan diri berbagai persyaratannya. In sya’Alloh, kemudahan akan kita dapatkan dalam mencari ridho Allah SWT ini. A-miin.

Demikianlah beberapa amalan yang dapat kita jaga di bulan Dzulhijjah ini sebgai bentuk syiar dan tanda ketakwaan kepada Allah SWT.

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Qs. Al Hajj: 32)

Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga bermanfaat dan dapat memotivasi kita untuk memaksimalkan keutamaan ibadah di bulan Dzulhijjah. A-miin.
 
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ   

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ .رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 AMALAN WULAN DZULHIJJAH Dening : Ust. Malik Saifudin Khutbah I الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا...

AMALAN WULAN DZULHIJJAH  AMALAN WULAN DZULHIJJAH

Khutbah Jumat

Juni


 AMALAN WULAN DZULHIJJAH
Dening : Ust. Malik Saifudin

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.  يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدَا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو بَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Wekdal menika kita sampun mlebet ing wulan Dzulhijjah, ingkang minangka salah satunggaling “wulan haram” utawi ingkang dipun mulya-aken (suci). hikmah-ipun haram  peperangan ing wulan kasebat amrih umat Islam saget nindak-aken ibadah haji  kanthi sampurna, sarta nggayuh kautaman lan kamulyaning ibadah-ibadah sanesipun.

Sasanesipun ibadah haji minangka rukun Islam ingkang kaping gangsal, taksih kathah amalan ibadah ingkang saget kita tindak-aken ing wulan Dzulhijjah, lan nggadhahi kathah keistimewaan. Linangkung menawi nindak-aken ngibadah saking awal-awal wulan Dzulhijjah ngantos dumugi dinten Tasyrik ingkang kalebet rerangkenipun ibadah Hari Raya Idul Adha. Rasulullah SAW paring sabda:

   مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Ora ono dina-dina kang luwih ditresnani dening Allah kanggo nindakake ngibdah kejaba sepuluh dina sepisanan ing wulan Dzulhijjah, sedina puasa ing wulan iku sebanding kelawan nindakake puasa setaun. Sewengi nindakake shalat lail sebanding kelawan shalat ing wengine Lailatul Qadar” (HR At-Tirmidzi).   

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Saking hadits menika kita saget mengertos bilih dipun sunnah-aken tumrap kita nindakaken puasa ing sedasa dinten sepisanan kanthi mapinten-pinten kautamanipun. Syekh Zakaria al-Anshari ing kitab Asnâ al-Mathâlib njlentreh-aken bilih ing tanggal 1 dumugi 7 Dzulhijjah dipun sunnah-aken puasa kagem uat Islam ingkang nindakaken ibadah haji utawi mboten. Dene tanggal 8 (dinten Tarwiyyah) lan 9 (dinten ‘Arafah) namung dipun sunnah-aken kagem umat Islam ingkang mboten nglampahi ibadah haji. Ing satunggaling Hadits ingkang dipun riwayataken dening Imam Muslim dipun sebataken:

   صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) bisa nebus dosa setaun kang wis kepungkur lan setaun kang bakal teka.”   

Sasanesipun ibadah puasa, mlebet ing sedasa dinten Dzulhijjah, kita ugi dipun dhawuh-aken amrih ngathah-ngathah-aken ibadah sanes kadosdene : dzikir, sedekah, maos Al-Qur’an, lan mawerni amalan sunnah sanesipun.   

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dene amalan utami ingkang khusus dipun tindak-aken ing wulan Dzulhijjah menika wonten tiga, inggih menika : shalat Idul Adha, Qurban, lan Haji. Shalat Idul Adha minangka “hari raya” tumrap sedaya seluruh umat Islam, sae menika ingkang nindak-aken ibadah haji utawi  mboten tindak haji. Sasampunipun shalat jamaah shalat Idul Adha, umat Islam nindak-aken ibadah penyembelihan hewan Qurban lan andum kabingahan kanthi mbagi-mbagi daging Qurban.

Ibadah Qurban menika minangka wujud syukur awit kathahipun nikmat ingkang kaparingaken saking Allah dhumateng kita, kados dhawuh firmanipun Allah ing al-Qur’an:,

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ  ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ  ٢ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ  ٣
“Satemene Ingsun Allah wis paring nugraha nikmat marang sira kanthi nikmat kang akeh banget. Awit saka iku, prayoga sira ngadegna shalat krana Allah pangeranira lan nindak-na korban. Satemene wong kang padha nyengiti ing sira iku klaebu golongane wong kang bakal sirna.” (Qs. Al Kautsar: 1-3)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Mekaten kathah nikmat menika, sahingga kita mboten bakal kuwawi ngetang wilanganipun.

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Lan yen sira kepengin ngetung ni`mat peparinge Allah, yekti sira ora bakal bisa ngetung sepira akehe wilangane. Satemene Allah Maha Paring pangaupra lan Maha Welas asih.” (Qs. An Nahl: 18)

Pramila kurban minangka tandha kesyukuran awit nikmat-nikmat peparingipun Allah, kados pemutipun Allah:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Lan (elinga), nalia allah pangeranira wis ngendika : "Satemene yen sira padha bisa syukur, yekti Ingsun allah bakal paring tambah (ni`mat) tumrap sira, dene yen sira padha kufur (se’lak) marang ni`mat-Ingsun, mangka satemene azab pasiksaning-Sun Allah iku banget abote". (Qs. Ibrahim: 7)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Tumrap kita ingkang dereng pinaringan kesempatan kagem nindakaken kurban, pramila sanget sae menawi wiwir samenika cecawis wiwit wekdal ingkang dangu, inggih kanthi cara nabung (nyelengi) utawi cara sanes kangge minangkani dhawuh timbalanipun Allah menika.

Imam Abu Hanifah  nyebataken ing saweneh hadits Abu Hurairah, bilih kanjeng Nabi SAW paring sabda:

 مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا
“Sopo wong kang wis mampu kurban, nanging dheweke ora nindak-ake, mangka dheweke ojo nyedhak (nekani) ing papan shalat ingsun iki”. (HR. al-Baihaqi).

    Penyembelihan Qurban saget dipun leksana-aken dumugi akhiripun dinten tasyrik; sebab mbok-bilih ing saat shalat Idul Adha dereng kagungan rejeki, kanyatan rejekinipun nembe mlempak tanpa dipun nyono ing dinten pungkasan dinten tasyrik.  Pramila ing wekdal kasebat kita saget nindak-aken kurban.
    
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Wondene ibadah haji, minangka panyampurna rukun Islam. Samesthinipun kita sedaya nggadhahi pepenginan sageta nindak-aken. Kita ndedonga, mugi-mugi  para jamaah haji pinaringan kekiyatan lan pangayoman saking Allah SWT sahingga saget nindak-aken rerangkenipun rukun lan wajib haji; sarta saget nggayuh predikat utawi derajat haji ingkang mabrur.   Rasulullah SAW paring sabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“lan haji mabrur ora ono liya piwalese kejaba suwarga“. (Muttafaq ‘alaih)

Lan tumrap kita ingkang dereng piiraringan kesempatan nindak-aken timbalan agung menika, samangke enggal kuwawi sowan tindak ziyaroh ing tanah suci Mekkah al Mukarramah. Dipun awiti kanthi masang niat, lajeng cecawis ing sawernaning syaratipun. In sya’Alloh, margi ingkang gampil bakal kita panggihi kangge ngupadi ridhanipun Allah SWT menika . A-miin.

Mekaten mapinten amalan ingkang saget kita lampahi ing wulan Dzulhijjah menika minangka wujud syiar lan tanda takwa dhumateng Allah SWT.

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Mengkono (dhawuheAllah). Lan sopo wong kang padha ngagungake syi`ar-syi`ar Allah, mangka yekti iku tuwuh saka ati kang takwa.” (Qs. Al Hajj: 32)

Mekaten atur khutbah Jumat siang menika, mugi-mugi manfaat, saget njurung lan ndamel grengseng ing kita kagem ngamalaken kathahing fadhilah ibadah ing wulan Dzulhijjah. A-miin..
 
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ   

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ .رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

MEMETIK HIKMAH QURBAN Oleh: Ust. Slamet Abdurrahman اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ال...

MEMETIK HIKMAH QURBAN MEMETIK HIKMAH QURBAN

Khutbah Jumat

Juni


MEMETIK HIKMAH QURBAN
Oleh: Ust. Slamet Abdurrahman

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Alhamdulillah, pada pagi hari yang mulia ini seluruh kaum muslimin menunaikan ibadah shalat Idul Adha 10 Dzulhijah 1444 Hijriyah. Dengan diiringi kumandang takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala..

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai uswah hasanah dan penyebar risalah rahmatan lil-‘alamin, dan semoga terlimpah kepada segenap keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir jaman.

Selanjutnya, perkenankan kami selaku khatib mengajak kepada hadirin semuanya, marilah kita bersama-sama selalu berikhtiar meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkan, serta berusaha sekuat tenaga meninggalkan larangan-Nya. Sebab takwa adalah sebaik-baik bekal kita dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan.

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa; dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (Qs Al Baqarah: 197)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pada bulan Dzulhijjah ini ada tiga ibadah untuk ditunaikan umat Islam, yaitu ibadah hajji di tanah suci Makkah al Mukarramah, shalat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban.

Ibadah haji adalah puncak dari rukun Islam yang lima. Belum sempurna keislaman seseorang bilamana tidak memiliki keterpanggilan untuk menunaikan ibadah haji. Maka semestinya setiap orang Islam akan selalu merindukan, dan  pastilah bercita-cita akan berjuang dengan segenap tenaga guna memenuhi panggilan-Nya ini.

وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Qs Ali Imran: 97).

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Di tanah suci umat Islam dipertemukan, mereka saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Di sanalah tampak dengan jelas makna persaudaraan dan kesetaraan di antara kaum muslimin. Para jamaah haji seluruhnya melepas pakaian harian masing-masing dan menggantinya dengan pakaian ihram yang lebih mirip dengan kain kafan untuk mayat. Seruan mereka satu, berupa kalimat talbiyah:

لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-mu. Sesungguhnya segala puji nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Semoga seluruh jamaah hajji yang saat ini telah menyempurnakan seluruh rangkaian ibadahnya dapat meraih derajat haji yang mabrur. Rasulullah SAW bersabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
 “dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga“. (Muttafaq ‘alaih)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ibadah Qurban merupakan bentuk kesyukuran atas banyaknya nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah seluruh umatnya.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak (Qs.Al Kautsar:1 )

    Sungguh, nikmat karuni Allah it sangat banyak tidak terhingga. Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
 “Dan jika kamu menghitung-hitung ni`mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18)

     Bahkan di dalam Al-Qur’an secara retoris sampai 31 kali, Allah menanyakan kepada kita:
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Qs.Ar Rahman: 13)

Untuk itulah, maka sebagai bentuk kesyukruan itu, kita diperintahkan untuk berkurban:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (Qs. Al Kautsar: 2)

Dan kita harus benar-benar bersyukur, sebab kita telah melewati masa pandemi, dan kita masih diberi kesempatan untuk dapat menunaikan panggilan-Nya melaksanakan shalat idul Adha dan penyembelihan hewan Qurban saat ini.

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa hal untuk tetap kita petik hikmah pelajaran hidup dari ibadah Qurban ini, antara lain:

Pertama, iman dan ketakwaan kepada Allah jangan sampai dikalahkan dengan kecintaan terhadap kehidupan dunia

Ketika Nabi Ibrahim a.s. mendapatkan perintah untuk menyembelih anaknya, yaitu Ismail; maka hal itu ditunaikan dengan penuh keimanan dan kesungguhan; tanpa keraguan sedikitpun. Inilah sebuah potret keluarga shalih yang dapat menempatkan hak-hak Allah atas yang lainnya. Orangtua dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allah. Dialog indah antara keduanya terekam dalam Al-Qur’an sebagaimana diceritakan oleh Allah:

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat (mendapat perintah) dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” (QS ash-Shaffat: 102). Kemudian dijawab oleh sang putera (Ismail a.s.):

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Jawabnya  :Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sya’ Allah niscaya engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS ash-Shaffat: 102)

Hal ini hanya bisa terjadi atas anak yang benar-benar sholeh dan mendapat pendidikan kasih sayang penuh dari orangtua. Itulah keluarga bertakwa.

Ujian besar yang diberikan ditunaikan dengan tulus ikhlas, hal itu menjadi wasilah bagi Allah  untuk memberikan pertolongan dan anugerah yang sangat menakjubkan:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus Isma’il dengan seekor sembelihan yang agung” (QS ash-Shaffat: 106-107)

    Saat sekarang ini, kita hanyalah diperintah untuk menyembelih hewan kurban, maka semestinya hal ini jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan perintah yang diterima oleh Nabi Ibrahim a.s.

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Penyembelihan Qurban adalah sebagai ungkapan syukur dan takwa. Sungguh Allah tidak menghendaki atas daging dan darah hewan kurban kita, tetapi yang akan diterima hanyalah ketakwaan kita.

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs Al Haj: 37)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kedua,  cita-cita masa depan setiap keluarga muslim adalah terciptanya keluarga sakinah, lahirnya generasi penerus yang shalih, dan calon pemimpin yang bertakwa. Hal ini diwujudkan dalam doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an:


 رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً ﴿٧٤﴾
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs al Furqan: 74)

Nabi Ibrahim a.s. sebagai teladan agung dalam membina keluarga, telah mengajarkan suatu doa yang indah:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
“ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku. (Qs. Ibrahim: 40)

Mendoakan untuk diri dan anak cucu untuk memiliki iman yang benar, dijauhkan dari menyembah berhala dalam berbagai bentuknya. Khususnya para orangtua, hendaklah menyadari tugas besarnya untuk tidak egois memikirkan kepentingan diri sendiri saja, melainkan memikirkan kepentingan  atau nasib anak-cucu.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang akan termasuk orang-orang yang saleh.” (Qs. As Shafat: 100)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Seorang muslim yang baik juga harus bisa menjadi teladan dalam kehidupan bermsyarakat dengan cara mendoakan untuk kebaikan negeri serta anak cucunya agar dijauhkan dari mempertuhankan berhala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman tentram, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Qs . Ibrahim: 35)

Negeri kita tercinta ini membutuhkan sosok pribadi agung yang rela berkorban untuk kemajuan bangsa dengan cita-cita yang besar. Bukan sebaliknya, seolah-olah menjadi figur pahlawan, namun justru tega hati mengorbankan kepentingan bangsa dan negara hanya untuk kepentingan pribadi atau golongannya semata. Semoga kita bangsa Indonesia, dan umat Islam khususnya terhindar dari hal-hal yang demikian.

Akhirnya, marilah kita berdoa, semoga amal ibadah kita semuanya diterima oleh Allah SWT, dan kita senantiasa dijaga dan diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk bisa memenuhi panggilan-panggilan-Nya . A-miin ya rabbal’alamiin.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ .الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَ نَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 HIKMAH ING QURBAN Dening : Ust. Slamet Abdurrahman اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ال...

HIKMAH ING QURBAN  HIKMAH ING QURBAN

Khutbah Jumat

Juni


 HIKMAH ING QURBAN
Dening : Ust. Slamet Abdurrahman

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Alhamdulillah, ing wekdal enjang ingkang mulya menika sedaya kaum muslimin nindak-aken ibadah shalat Idul Adha 10 Dzulhijah 1444 Hijriyah. Kanthi kairingan kumandanging waosan  takbir, tahlil, tahmid, lan tasbih minangka wujud anggen kita ngumawula ing ngersa dalem Allah Subhanahu wata’ala..

Shalawat lan salam mugi konjuk dhumateng Rasulullah Muhammad SAW, ingkang minangka tepa patuladhan (uswah hasanah) lan ingkang paring piwucal agami Islam ingkang miangka “rahmatan lil-‘alamin,’ lan mugi lumeber dhumateng sedaya kulawarga, para sahabat lan sedaya umat hingga akhiring jaman.

Salajengipun, mugi keparenga kawula minangka khatib ngajak dhumateng sedaya hadirin kaum muslimin wal muslimat , sumangga kita sesarengan tansah mbudidaya nambah raos iman lan takwa dhumateng Allah SWT kanthi nindak-aken menapa ingkang dipun dhawuhaken, sarta nilar ingakng minangka awisanipun. Jalaran takwa mujudaken saksae-saenipun sangu tumrap kita kagem ngadhepi sawernaning perkawis gesang.

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
“Padha sesangu-o sira, lan satemene sabecik-becike sangu yaiku takwa; lan padha takwa-o sira marang Ingsun Allah, he wong kang padha nduweni nalar (akal).” (Qs Al Baqarah: 197)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ing wulan Dzulhijjah menika wonten ibadah werni tiga (3) ingkang dipun leksana-aken dening umat Islam, inggih menika ibadah hajji ing tanah suci Makkah al Mukarramah, shalat Idul Adha lan mragat (nyembelih) hewan kurban.

Ibadah haji  minangka perlambang kasampurnaning rukun Islam ingkang kaping gangsal. Dereng sampurna kaislaman kita menawi mboten nggadhahi raos tinimbalan kagem nindak-aken ibadah haji. Pramila samesthinipun saben tiyang Islam bakal tansah nggadhahi raos kangen lan bakal tuwuh pepinginan kangge mbudidaya sakatog-ipun kagem minangkani timbalan Allah SWT menika.

وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Nindakake haji minangka kuwajiban umat manungsa marang Allah, yaiku (tumrap) wong kang mampu nempuh lakune tumuju Baitullah; Sapa wong kang selak (nyingkur) (saka kuwajiban haji), mangka satemene Allah Maha Sugih (ora mbutuhake) sangka saisine alam ndonya.” (Qs Ali Imran: 97)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ing tanah suci sedaya jamaah haji sami tulung tinulung ing salebeting kesaenan lan takwa. Ing papan kasebat bakal ketingal kanthi gamblang kados pundi makna lan ajinipun pasedherekan sarta drajat martabat ingkang sami ing antawisipun sesami  kaum muslimin.

Para jamaah haji sedaya nglepas pakaian padintenanipun piyambak lan dipun gantos kanthi pakaian ihram ingkang langkung mirip kaliyan kain kafan kagem mayit. Sedaya sami maos laimat talbiyah:

   لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ   
“Kawula sowan ngestok-aken dhawuh timbalan paduka, dhuh Gusti Allah. Kawula sowan dhumateng Paduka. Mboten wonten tetandhingan tumrap Paduka, kawula ngestok-aken timbalan Paduka. Saestu sedaya puji lan nikmat, lan sedaya panguwaos menika namung kagungan Paduka Allah, mboten wonten tetandhingan tumrap Paduka.

Mugi-mugi sedaya jamaah hajji ingkang wekdal menika sampun nindakaken sedaya rerangkenipun pangibadahan saget nggayuh derajat haji ingkang mabrur. Rasulullah SAW paring sabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
     “lan haji mabrur ora ono liya piwales ganjarane kejaba suwarga“. (Muttafaq ‘alaih)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ibadah Qurban minangka wujud raos syukur awit kathahing nikmat ingkang sampun kaparingaken saking Allah tumrap sedaya kawulanipun.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Satemene Ingsun Allah wis paring marang sira ni`mat kang akeh banget (Qs.Al Kautsar:1 )

    Saestu, nikmat peparingipun Allah menika kathah sanget mboten wonten batesipun. Allah paring pemut kanthi firmanipun:

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
 “Lan yen sira ngetung-etung ni`mat peparinge Allah, yekti sira ora bisa ngetung cacahe. Satemene Allah yekti Maha Paring pangapura lan Welas asih.” (Qs. An Nahl: 18)

Malah ing Al-Qur’an kanthi wola-wali ngantos kaping tigang ndasa setunggal (31) , Allah ndangu ing kita sedaya :

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Mangka endi ni`mat Pangeranira kang padha sira paido (selak-i) ?” (Qs.Ar Rahman: 13)

Awit saking menika, minangka wujud raos syukur, kita sedaya dipun dhawuhi supados nindak-aken kurban:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Mangka padha jejegna shalat kanggo ngumawula marang Pangeranmu lan nindakno kurban .” (Qs. Al Kautsar: 2)

Lan kita kedah saestu anggenipun syukur, jalaran kita sampun saget uwal saking masa pandemi, lan kita taksih dipun paringi wekdal kangge nindakaken timbalanipun Allah kanthi shalat Idul Adha lan nyembelih hewan Qurban ing wekdal menika .

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Wonten katah piwucal ingkang saget kita pendhet saking ibadah Qurban menika, antawisipun:

Sepisan, iman lan raos takwa dhumateng Allah sampun ngantos kawon kaliyan raos tresna dhumateng gesang kadonyan

Nalika kanjeng Nabi Ibrahim a.s. nami dhawuh supados nyembelih putranipun, inggih Ismail; pramila dipun leksana-aken kanthi kebak ing raos iman lan anteb ing manah, mboten tidha-tidha.  Ingkang kados mekaten minangka gegambaranipun kulawarga shalih ingkang saget ndunungaken hak-hak Allah tumrap sanesipun. Tiyang sepuh lan putra sami saget tulung-tinulung kagem nindak-aken dhawuh timbalanipun Allah. Pangendikan ingkang endah kekalihipun dipun serat ing Al-Qur’an :

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Ibrahim ngendika : “Hei anakku, satemene aku nampa dhawuh lumantar  ing impen supaya nyembelih ing awakmu, mangka kepriye mungguh panemumu?” (QS ash-Shaffat: 102).

Nampi dhawuh mektaen, ingkang putra (Ismail a.s.) lajeng matur:

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Jawabipun: Dhuh bapa, sumangga katindakno dhawuh, in sya’ Allah panjenengan badhe manggihi ing kula kalebet golonganipun tiyang ingkang sabar (tatag nglampahi)” (QS ash-Shaffat: 102)

Perkawis ingkang mekaten namung bakal kelmapah tumrap putra ingkang saestu sholeh lan nampi panggulawenthahing tiyang sepih ingkang kebak welas asih. Inggih mekaten kulawarga ingkang takwa.

Pacoban agung ingkang kaparingaken dipun tindak-aken kanthi tulus ikhlas, sahingga kanthi mekaten dados wasilah tumrap  Allah  kagem paring pitulung lan kanugrahan ingkang sanget agung:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Satemene perkara iki minangka sabenerbenere pacoban kang nyata,  lan Ingsun tebus Isma’il kanthi sawijining kewan sembelihan kang gedhe” (QS ash-Shaffat: 106-107)
    
اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Saat menika kita namunng nampi dhawuh supados nyembelih hewan kurban, pramila samesthinipun bakal karaos langkung entheng yen dipun bandhing kaliyan dahwuh ingkang katampi dening kanjeng Nabi Ibrahim a.s.

Penyembelihan Qurban minangka satungaling wujud raos syukur lan takwa. Saestunipun Allah mboten ngersa-aken ing daging lan getih-ipun hewan kurban kita, nanging ingkang bakal dipun tampi namung iman-takwa kita.

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta lan darahnya iku babar pisan ora bakal tinampa ing ngersane  Allah, nanging laku takwanira iku kang bakal tinampa ing Allah.  Mengkono iku Allah wis kepareng nggawe tundhuk marang sira supaya sira ngagungake Allah miturut pituduhe ing sira. Lan padha wenehana kabar gumbira tumrap wong kang padha tumindak  kabecikan.” (Qs Al Haj: 37)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kaping kalih,  cita-cita (gegayuhan) masa depan saben kulawarga muslim inggih menika mawujudipun kulawarga sakinah, lahiripun generasi penerus ingkang shalih, lan calon pemimpin ingkang takwa. Bab menika dipun wujudaken ing salebeting donga ingkang dipun serat ing Al-Qur’an:

 رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً ﴿٧٤﴾
 "Dhuh Gusti Allah pangeran kawula, mugi Paduka paring dhumateng awula garwa lan putra wayah kawula tansah ngremenaken ing paningal kawula, lan kadadosno kawula minangka pemimpinipun toyang-tiyang ingkang takwa” (Qs al Furqan: 74)

Nabi Ibrahim a.s. minangka patuladhan agung ing salebeting nggulawenthah kulawarga, sampun paring piwucal donga ingkang endah:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
“ Dhuh Gusti Allah, mugi ndadosna ing kawula lan putra wayah kawula minangka tiyang ingkang tansah njejegaken sholat, dhuh Gusti Allah, mugi ngabulna ing panyuwun kawula. (Qs. Ibrahim: 40)

Donga kagem dhiri pribadhi lan putra wayah supados nggadhahi iman ingkang leres, dipun tebihaken saking lampah nyembah brahala ing sawernaning wujudipun. Khususipun tumra  para tiyang sepuh, samesthinipun tansah emut ing kuwajiban, tanggel jawabipun ingkang ageng tumrap nasib utawi betahipun putra wayah, sampun ngantos malah namung menggalih karemenan lan betahipun piyambak. Samesthinipun tansah nyenyuwun dhumateng Allah:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dhuh Gusti Allah, mugi paduka paring dhumateng kawula putra ingkang shaleh.” (Qs. As Shafat: 100)

اَللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Satunggaling muslim ingkang sae, samesthinipun saget dados patuladhan ing salebeting gesang masyarakat, kanthi cara ndonga-aken kagem kesaenanipun negari lan ugi putra wayah amrih dipun tebihaken saking nyenyembah brahala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Lan (elinga), nalika Ibrahim matur (ndonga): “dhuh Gusti Allah, mugi ndadosna negari menika aman ayem-tentrem, lan katebihna kawula saha putra wayah kula saking lampah nyembah brahala-brahala.” (Qs . Ibrahim: 35)

Negari kita menika mbetahaken satunggaling priyagung ingkang nggadhahi jiwa kaprawiran lan lila legawa ngurbanaken dhiri, sarta gadhah gegayuhan ingkang agung.  Mboten malah suwalikipun, katonipun dados figur pahlawan ingkang kinurmat, nanging jebul malah wentala ngorbanaken kepentingan bangsa lan negara namung kangge mburu kepentingan pribadi utawi golonganipun piyambak. Mugi-mugi kita bangsa Indonesia, lan khususipun umat Islam saget uwal (kalis) saking perkawis-perkawis ingkang awon kados mekaten. Amiin.

Pungkasanipun, sumangga kita ndedonga mugi-mugi amal ibadah kita sdaya dipun tampi dening Allah Subhanahu wata’ala, lan kita tansah dipun jagi lan pinaringan kekiyatan saget nindakaken timbalanipun Allah SWT. A-miin ya rabbal’alamiin.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ .الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَ نَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ