Tampilkan postingan dengan label April. Tampilkan semua postingan

RAMADHAN: BULAN TARBIYAH Oleh: ust. Abdul Hakim, Lc Khutbah Pertama   اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ...

RAMADHAN: BULAN TARBIYAH RAMADHAN: BULAN TARBIYAH

Khutbah Jumat

April


RAMADHAN: BULAN TARBIYAH
Oleh: ust. Abdul Hakim, Lc

Khutbah Pertama
 
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى.  أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِنِ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى.
أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Alhamdulillah, saat ini kita telah berada di bulan yang mulia, yaitu bulan suci Ramadhan. Bulan ini memiliki sebutan lain yang cukup populer, diantaranya adalah sayyidusy syuhur, syahrul mubarok, syahrul qur’an, syahrut taubat dan sebagainya.

Sayyidusy syuhur atau penghulunya seluruh bulan; yaitu bulan yang paling baik, yang paling mulia di antara bulan-bulan yang lain di hadapan Allah SWT. Sebab, di bulan inilah Allah mengampuni segala dosa, melipatgandakan pahala setiap amal yang dikerjakan, dan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan.

Pada bulan ini pula Allah SWT menurunkan Alquranul Karim dan menganugerahkan malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yakni lailatul qodar. Karena keistimewaan bulan inilah maka aktivitas ibadah umat Islam menjadi meningkat sangat pesat dibandingkan bulan-bulan lain.

Kondisi ini tampak mulai dari penyambutan datangnya Ramadhan; kemudian aktivitas ibadah sholat fardhu berjamaah, sholat tarawih, thalabul ilmi, tadarus Alquran, berzikir, berdoa, bersedekah, hingga perubahan perilaku sehari-hari yang semuanya meningkat sangat baik. Sungguh semangat ibadah yang sangat luar biasa !

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Bulan Ramadhan yang disambut dengan penuh suka cita ini sebenarnya menjadi bulan pendidikan atau bulan tarbiyah. Diibaratkan, kita sedang digembleng di dalam masa pelatihan sebulan penuh agar menjadi seseorang yang memiliki kecakapan dan ketrampilan khusus. Mengapa demikian? Sebab pada bulan ini semua orang yang beriman diwajibkan berpuasa, yakni menahan lapar dan dahaga serta berbagai macam kesenangan dengan pasangannya mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini merupakan pelajaran yang bersifat fisik dan mental yang cukup berat bagi kebanyakan orang. Di sinilah terjadi kaitan erat antara pendidikan fisik dengan pendidikan karakter. Di samping itu, dalam kaitannya dengan pendidikan karakter juga tampak dalam hadits Rasulullah SAW yang memberi warning bagi ummatnya yang berpuasa yakni, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda :

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagiannya kecuali lapar dan dahaga semata, dan berapa banyak orang yang berdiri shalat tidak mendapatkan bagiannya kecuali bergadang saja.” (HR. Ahmad)

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Hadits ini menjadi peringatan untuk kita, bahwa ternyata banyak orang yang telah menjalani pendidikan fisik dengan berpuasa, tidak mendapatkan manfaat apapun selain lapar dan dahaga. Ini mengandung maksud bahwa pendidikan fisik dalam berpuasa sangat terkait erat dengan pendidikan karakter atau wataknya. Keduanya melekat, bahkan capaian akhir dari pendidikan Ramadhan ini bukan capaian fisiknya, tetapi adalah perubahan karakter, yakni menjadi insan yang bertakwa sebagaimana ayat Alquran yang menjadi dasar diwajibkannya puasa bagi orang-orang beriman, yakni QS. Al Baqarah, 183 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.”

Oleh karena itu kita harus menjaga ibadah puasa kita dari hal-hal yang membatalkan dan menghilangkan pahalanya puasa; sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

خَمْسٌ يُفْـطِرْنَ الصَّائِمَ وَيُنْقِـضْنَ الْوُضُوْءَ: الْكَـذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ
“Lima perkara yang menghapus pahala orang yang berpuasa dan orang berwudhu’ , yaitu dusta, ghibah, adu domba, melihat dengan syahwat, dan bersumpah palsu”. (HR. Al-Dailami, Ahmad dan Ibnu Majah)

Di era digital ini, kita harus berhati-hati dengan medsos. Sebab, dengan menuliskan status atau pernyataan yang mengandung lima hal dan variannya di medsos juga sama dengan melakukan perbuatan serupa.

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Hal penting yang jadi simpulan dari pendidikan ibadah Ramadhan ini adalah kita harus dapat menjadi hamba Allah yang secara fisik lebih sehat dan secara mental spiritual juga terbaik di hadapan Allah SWT melalui bulan tarbiyah ini. Sehingga di penghujung Ramadhan nanti kita dapat menjadi orang yang menang dan kembali ke jatidiri kita yang fitri. Itulah takwa yang sebenarnya. Sedangkan Nabi Saw bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Dari hadits ini cukup jelas, agar kita dapat bertakwa kepada Allah dimana pun atau kapan pun; apakah berada di bulan Ramadhan atau bulan lainnya. Takwa ketika di masjid atau pun di pasar, tempat kerja, dalam pergaulan dan sebagainya.

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah..
Dengan berpuasa, kita merasakan menjadi begitu dekat dengan Allah. Sehingga berbagai amal kebaikan akan menjadi terasa ringan untuk ditunaikan, mudah pula menahan diri dari perilaku maksiat. Mari kita jadikan bersama, Ramadhan ini benar-benar sebagai bulan pendidikan, sehingga iman takwa kita tidak hanya bersifat sementara (temporer), tetapi akan terus tumbuh dan semakin kokoh menuju kematangan dan sempurna. Kita rajin ibadah, semangat beramal shaleh, dan berperilaku yang baik : jangan hanya di bulan Ramadhan.

Mungkin inilah yang harus kita renungkan perintah Allah yang selalu disampaikan pada setiap khutbah jumat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Qs. Ali ‘Imran: 102)

Semoga kita benar-benar dapat menjadikan ibadah puasa Ramadhan tahun ini sebagai pelatihan terbaik untuk meraih takwa. Dan semoga berbagai amal kebaikan yang kita lakukan selama ramadhan dapat kita jaga dan pertahankan secara istiqomah. Bahkan meskipun ramadhan ini nantinya berakhir meninggalkan kita, kita tetap bersemangat menjalani hidup dalam ketakwaan. Amiin.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 Bergembiralah Menyambut Ramadhan الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَ...

BERGEMBIRALAH MENYAMBUT RAMADHAN BERGEMBIRALAH MENYAMBUT RAMADHAN

Khutbah Jumat

April


 Bergembiralah Menyambut Ramadhan

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hari ini kita semua telah berada di hari pertama di bulan Ramadhan yang mulia. Setiap orang beriman pasti merasakan kebahagiaan yang besar ini, karena kita dipanggil secara khusus untuk berpuasa dan merasakan nikmatnya ibadah yang akan semakin menambah dekatnya kedudukan kita sebagai seorang hamba yang taat kepada sang Kholiq. Kita berpuasa hanya untuk-Nya, dan hakikat puasa kita hanya menjadi rahasia diri kita pribadi dengan-Nya.

Kebahagiaan berikutnya adalah bahwa dengan puasa di bulan ini akan menjadi wasilah (sebab) untuk diampuninya dosa-dosa kita yang telah lalu sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan berharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Pada sisi lain, banyak fadhilah yang akan diterima bagi orang beriman dan bersedia untuk menjemputnya. Satu hadits dari sahabat Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi SAW bersabda:

 إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ غُلِّقَتِ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ فِي كُلُّ لَيْلَةٍ حَتَّى يَنْقَضِيَ رَمَضَانُ.
“Apabila awal malam dari bulan Ramadhan (telah tiba) ditutuplah pintu-pintu neraka dan tidak ada satupun pintu yang dibuka, dan dibuka pintu-pintu surga, tidak ada satupun darinya yang ditutup. Penyeru (dari malaikat) pun berseru, ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan! Sambutlah! Wahai orang-orang yang menginginkan keburukan! Tahanlah! Dan Allâh mempunyai orang-orang yang akan dibebaskan dari neraka, dan hal itu ada pada setiap malam sampai bulan Ramadhan berakhir” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan  Ibnu Hibban)

Oleh sebab itu, marilah kita jadikan bulan Ramadhan ini menjadi momentum bagi kita untuk memperoleh karunia yang besar, berupa peningkatan amal kebaikan dan kita berharap mendapatkan ridho dari Allah berupa pelipatgandaan pahala.  Berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim disebutkan:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي.
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Lalu Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata.” [ Shahih Muslim (II/807) Kitaabush Shiyaam, bab Fadhlush Shiyaam ]

Maka kita janganlah menganggap bahwa ibadah di bulan Ramadhan itu hanya sebagai rutinitas belaka, melainkan perlu dikelola dan dirancang dengan baik agar kita tidak merugi. Kapan lagi kita mendapat kesempatan sebaik ini bila bukan di bulan Ramadhan?

Ramadhan disebut sebagai syahrul Qur’an, karena di bulan tersebut diturunkan kita suci Al-Qur’an, sekaligus kita didorong untuk banyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Dinamai pula syahrul ‘ibadah, sebab disini kita diringankan hati dan perasaan kita menunaikan berbagai amalan ibadah dengan suasana penuh sukacita. Disebut pula syahrud-du’a wat taubat, dimana menjadi momentum yang afdhol bagi kita memperbanyak berdoa untuk memohon kasih sayang dan rahmat Allah;  dan bertaubat atas segala kesalahan ataupun dosa-dosa yangbegitu banyak telah kita lakukan kepada Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Apabila tujuan dari perintah puasa ini agar kita bisa menjadi orang yang bertakwa, maka bagaimana cara kita memastikan bahwa diri kita memang benar-benar mampu meraihnya? Cukup dengan dua jurus yang perlu kita lakukan, yaitu:

Pertama: tetapkan target untuk diraih. Bila kita ingin benar-benar meningkat dalam berbagai aspek (mulai unsur iman, ibadah, dan amal shaleh) yang merupakan pertanda ketakwaan, maka amalan apa sajakah yang harus kita lakukan untuk mengantarkan ke arah itu? Mari kita tetapkan targetnya, bagaimana kualitas ibadah puasa, shalat fardhu berjamaah, shalat sunnat, membaca serta mempelajari al-Qur’an, zakat, infak, dan sebagainya..

Kedua, munculkan perasaan seolah-olah ini merupakan Ramadhan terakhir yang bisa kita lakukan. Sebab kita tidak pernah mengetahui rahasia takdir dari Allah, apakah tahun mendatang kita masih diberi kesempatan untuk hidup .. ? kita mungkin ingat, pada tahun lalu ada beberapa saudara dan teman karib kita yang melakukan ibadah bersama kita di bulan Ramadhan, akan tetapi saat ini mereka telah tiada  … mereka telah berpulang ke rahmatullah, mendahului kita. Bagaimana bila yang telah tiada itu adalah diri kita?  Perasaan yang demikian ini akan melahirkan suatu semangat, bagaimana kita kemudian ingin melakukan segala hal yang bisa kita tempuh dengan cara dan kualitas yang terbaik, bukan sekedar asal-asalan. Mumpung kita masih diberi waktu.

Marilah kita bersemangat dan penuh rasa gembira untuk memakmurkan bulan ramadhan ini. Semoga kita semua diberikan kekuatan, pertolongan dan kemudahan oleh Allah SWT agar dijaga kesehatannya, dijauhkan dari berbagai hambatan dan godaan, agar bisa melakukan ibadah secara maksimal dan meraih ridho -Nya, sehingga kebahagiaan itu sudah datang dan kita rasakan sejak sekarang ketika tengah menjalani ibadah, bukan nanti ketika ramadhan telah berakhir dan berlalu. Wallohu a’lam bishawab

KUWAJIBAN ING ARTA BANDHA Dening : ust. Ahmad Alfian Muzakki Khutbah I الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِس...

KUWAJIBAN ING ARTA BANDHA  KUWAJIBAN ING ARTA BANDHA

Khutbah Jumat

April


KUWAJIBAN ING ARTA BANDHA
Dening : ust. Ahmad Alfian Muzakki

Khutbah I

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٥٦﴾

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ing antawisipun karemenan gesang ingkang kathah dipun pengini umumipun tiyang inggih menika menawi saget nggadhahi kacekapan arta bandha, kadosdene firman Allah SWT ing Qs. Ali Imran ayat 14:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ ﴿١٤﴾
“Didadek-ake endah ing umat manungsa nduweni kasenengan marang apa-apa kang dipengini , yaiku : wanita-wanita, anak-anak, arta bandha kang akeng saka wujuding emas, perak, jaran pilihan, kewan-kewan ternak lan sawah pategalan. Iku minangka kasenengan urip kadonyan, lan ing ngersane Allah ono papan bali kang becik (yaiku suwarga)”

Menapa pigunanipun kita nggadhahi arta bandha? Saestunipun arta bandha menika supados kita saget nyekapi kabtehan gesang pokok padintenan ingkang sipat pribadi lan kulawarga ((ing perkawis  sandang, pangan lan papan); salajengipun kangge nambah saenipun pangibadahan kados dene infak sedekah utawi zakat, lain perkawis sanes ingkang mbekta maslahat kagem sesami.

Kita minangka tiyang muslim, temtu kepingin ngleksanani sedaya rukun Islam dumugi ingkag kaping gangsal (saking : syahadat, shalat, puasa, zakat lan haji);  pramila bab menika temtu kemawon mbetahaken kadekapan arta bandha, inggih rukun: zakat lan haji. Kanthi mekaten, saestunipun saestunipun ing salebeting gesang menika wonten piwucal ingkang dipun paringkaen inggih menika supados kita saget mandiri ing babagan ekonomi lan kacekapan ing arta bandha kagem hajat gesang. Allah SWT paring firman:

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ ﴿٤٣﴾
“Lan jejegno shalat, bayarno zakat lan sira padha nindakno ruku` bebarengan wong-wong kang nindak-ake ruku’.” (Qs. Al Baqarah; 43).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Arta bandha ingkang mlempak saking anggen kita tumandang damel, senadyan minangka kasil saking anggen kita meres kringet lan menggalih piyambak, nanging mboten sedayanipun dados hak mutlak kita. Allah SWT paring dhawuh marih kita remen peparing dhumateng  sesame gesang, lan sebagian arta bandha menika sanes minangka hak kita piyambak.  

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ﴿١٩﴾
     “Lan ing sajroning arta bandhane manungsa iku dumunung hak tumrape wong miskin kang njejaluk lan wong miskin kang ora antuk bagian.” (Qs. Adz Dzariyat: 19)

Semangat piwaucaling agami Islam menika antum welas asih lan karaharjaning gesang dhumateng sesami, ingkang menika dipun wujudaken ig dhawuh agami supados remen paring  pitulung lan bebantu saking saperangan kanugrahan rejekinipun Allah tumrap kawulanipun. Kita dioun dhawuhi supados ngedalaken zakat arta bandha, lan menika nggadhahi piguna kagem nyuceni arta bandha lan jiwanipun tiyang mukmin.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١٠٣﴾
“Jupuken zakat saka saperangan arta bandhane wong mukmin, kanthi zakat iku sira ngresiki lan nyuceni ing dheweke, lan aturno donga kanggo wong-wong mau. Satemene dongamu iku ndadekake rasa tentrem ing atine. Lan Allah Maha Midhanget lan Maha Priksa.” (Qs. At Taubah: 103)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Menawi kita kagungan arta bandha, saestunipun ing mriku dumunung wontenipun ‘titipan’ utawi amanah saking Allah amrih dipun paringaken dhumateng tiyang sanes, kadosdene dhawuhipun Allah ing Al-Qur’an:

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا ﴿٥٨﴾
“Sayektine Allah paring dhawuh ing siro amrih nekanake ‘amanat’ marang wong-wong kang nduweni hak kanggo nampa”, ( Qs. An Nisa’: 58).

Kanthi mekaten, menawi wonten tiyang ingkang saestunipun sampun wajib mbayar zakat, nanging dereng nindakaken zakatipun, pramila estunipun piyambakipun sampun mendhet arta bandha ingkang dados hakipun tyang sanes, ingkang dipun sebat kaum dhuafa’ ingkang mlebet ing 8 golongan (ashnaf). Perkawis ingkang mekaten saget njalari arta bandhanipun mboten pikantuk berkah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Arta bandha ingkang dipun wedalaken menawi sipatipun wajib dipun sebat minangka zakat mal (arta bandha) kedah nyekapi syarat lan ketemtuan, inggih menika: nishab, haul, lan milku at taam.

Nishab: tegesipun ukuran jumlah arta bandha ingkang paling sekedhik nggadhahi aji sebanding 85 gram emas, lan dipun wedalaken zakat  kathahipun 2,5%. Haul, tegesipun anggenipun nggadhahi arta bandha menika sampun jangkep wekdal ing sadangunipun setunggal taun. Milku at taam, inggih menika arta bandha menika minangka hak milik pribadi sacara mutlak (sanes kagunganipun tiyang sanes).

Dene arta bandha ingkang dipun wedalaken ingkang sipatipun sunat, menika dipun sebat infak utawi sedekah; ingkang menika mboten wonten aturan batesan bab jumlah kathah-sekedhikipun, mekaten ugi wekdal danunipun dipun gadhahi. Tansaya kathah anggenipun infak, pramila langkung sae. !

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Menawi ing wulan Ramadhan menika kita rumaos sanget caket dhumateng Allah, kita sampun nggembleng kagem kagungan sipat jujur kanthi ibadah puasa. Namung dhiri kita piyambak lan Allah ingkang mangertosi “menopo puasa kita pancen dipun leksana-aken kanthi saestu utawi namung etho-ethok?”. Pramila saat menika ugi kita dipun uji imanipun, menopa kita tetep nggadhahi sipat jujur kangge ngetang katahing arta bandha ingkang kita gadhahi lan kedah dipun wedalaken zakat mal (arta bandha)-nipun.

Wulan ramadhan menika wekdal ingkang sae tumrap kita mbuktek-aken kejujuran dhumateng awak kita piyambak lan tumindak ingkang jejeg ing ngarsanipun Allah ing sedaya perkawis, kalebet ing bab kuwajiban kita ing arta bandha. Allah ta’ala paring dhawuh:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٥٦﴾
“Lan jejegno shalat, bayarno zakat, lan tumindako ta`at marang rasul, amrih siro nampa nugraha rahmat.” (Qs. An Nuur: 56)

Allah paring pambombong ingkang inggil tumrap tetiyang ingkang purun mbelanja-aken arta bandhanipun kanthi dhasar iman; Allah paring sebatan minangka “potangan” lan Panjenenganipun badhe paring lelintu (ijol) lan ngunduraken kanthi tikel matikel:

إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ ﴿١٧﴾
“Menawa sira ngaturake potangan marang Allah kanthi potangan kang becik, yekti Allah bakal nikel-nikelake piwales ganjaran marang siro, lan ngapuro ing dosaniro. Lan Allah Maha Paring Piwales lan Maha Asih.” (Qs. At Taghabun: 17).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bab menika kawula aturaken, mumpung samekika kita taksih ing wekdal sa-protigan  (1/3) awal ing wulan Ramadhan, pramila sanget sae menawi kita dadosaken minangka momentum optimalisasi (wekdal kangge nggenjot) iman takwa lumantar ibadah Maliyah (arta bandha). Menapa malih yen dipun bayaraken ing wulan Ramadhan ingkang in sya’Allah bakal nggadhahi aji boboting ganjaran ingkang saestu tikel matikel; linangkung menawi kaleres sesarengan pikantuk nugraha “lailatul qodar’; pramila  bab menika mesthi bakal nggadhahi bobot ingkang “luar biasa fantastis”.

Sumangga kita wujudaken raos iman takwa, lan sipat jujur kita dhumateng Allah lumantar ibadah Maliyah; kita cawisaken arta bandha kita kanthi sae kagem mbayar zakat utawi infak sedekah kagem mapag tumurunipun lailatul Qodar ing “puncak” ibadah nalika mlebet sa-protigan (1/3) pungkasaning wulan ramadhan mangke.

Mugi-mugi kita tansah pikantuk kaberkahan lan saget nggayuh takwa ingkang sak sae-saenipun. Amiin.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.  
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Nuzulul Qur’an: Momentum Untuk  Akrab Dan Mencintai Al-Qur’an Oleh: Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI. Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْح...

NUZULUL QUR’AN: MOMENTUM UNTUK AKRAB DAN MENCINTAI AL-QUR’AN NUZULUL QUR’AN: MOMENTUM UNTUK  AKRAB DAN MENCINTAI AL-QUR’AN

Khutbah Jumat

April


Nuzulul Qur’an:
Momentum Untuk  Akrab Dan Mencintai Al-Qur’an
Oleh: Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI.

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ الْعَزِيْزُ الْعَلَّامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً خَيْرَ الْأَنَامِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَمْلَأُ الْأَكْوَانَ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَنْزَل َ اللهُ اِلَيْهِ الْقُرْآنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان.
 أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah, melimpahkan rahmah, dan menebarkan barokah, sehingga siang ini kita masih mampu melaksanakan ibadah Jum’ah.

Ibadah Jum’ah identik dengan peningkatan taqwa. Esensi taqwa adalah ketundukan dan keikhlasan kita untuk mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka saya mengajak jama’ah sekalian, mari kita ikhlaskan diri kita untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ramadhan adalah syahrul Qur’an, bulan turunnya Al-Qur’anul karim.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Surat Al-Baqarah : 185)

Jadi Al-Qur’an adalah petunjuk, pedoman dan panduan dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Hidup akan lebih mudah bila kita mengikuti arah, hidup akan lebih nyaman bila kita memiliki pedoman. Al-Qur’an membimbing kita kepada jalan yang lurus, jalan keselamatan, jalan menuju kebahagiaan sejati.

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
 “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Surat Al-Isra’ ayat 9).

Maka tugas utama kita sebagai seorang muslim adalah senantiasa ikhtiar dengan segenap kemampuan untuk mengkaji, mempelajari dan memperhatikan Al-Qur’an. Meluangkan waktu untuk bisa akrab dengan Al-Qur’an.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (Surat An-Nisa ayat 82).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah kebutuhan. Interaksi yang intensif dan maksimal akan melahirkan kedekatan, keakraban. Adapun tahapan kita agar akrab dengan Al-Qur’anul Karim, yang pertama adalah tilawatul Qur’an, qira’atul Qur’an, membaca Al-Qur’an.  Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Surat Fathir ayat 29-30).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw, menjelaskankan besarnya keutamaan membaca Al-Qur’an. Sabda Beliau :

مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ
Barangsiapa yang membaca satu huruf saja dari kitabullah, Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan.
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Dan setiap satu kebaikan, akan dibalas oleh Allah dengan sepuluh kebaikan.
لَا أَقُوْلُ الم حَرْفٌ
Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf.
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Tapi Alif dihitung satu huruf, Lam dihitung satu huruf, dan Mim dihitung satu huruf”. (Hadits Riwayat at-Tirmidzi).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Tahapan kedua, tahfidzul Qur’an, menghafal Al-Quran. Orang yang menghafal Al-Qur’an pasti akan mengulang-ulang hafalannya, muraja’ah, agar hafalan semakin kuat dan kokoh. Aktifitas menghafal merupakan dzikir yang sangat utama untuk ingat Allah. Menghafal Al-Qur’an termasuk upaya untuk menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur’an.

Bahkan di akhirat nanti kita akan diangkat derajatnya oleh Allah ta’ala antara lain dengan jumlah hafalan Al-Quran yang kita miliki. Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (Hadits Riwayat Tirimizi).

Tahapan ketiga, Tafhimul Qur’an, ikhtiar memahami atau mentadabburi kandungan Al-Quran. Allah menyebutkan di dalam Al-Quran :

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
 “Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?”. (Surat Muhammad ayat 24).

Al-Qur’an  diturunkan dalam bahasa Arab dengan sastra yang tinggi dan unggul. Diperlukan usaha agar kita dapat memahami kandungan maknanya. Maka kita perlu membaca kitab-kitab tafsir karya para ulama, agar bisa mengerti maksud dari sebuah ayat. Dengan memahami isinya akan memantapkan hati kita, menambah keyakinan kita akan kebenaran Al-Qur’an.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setelah melakukan pembacaan, menghafal dan memahami, Tahapan keempat adalah tathbiqul Qur’an, mengamalkan, mempraktekkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman:
اِتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
 “Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (daripadanya).” (Surat al-A’raf ayat 3).

Kita jadikan Al-Qur’an sebagai pemandu, guidance aktifitas keseharian kita. Kita selaraskan diri kita dengan ketentuan dan norma-norma Al-Qur’an.
 
Tahapan  kelima adalah ta’limul Qur’an, mengajarkan Al-Qur’an, mendakwahkan Al-Quran kepada umat manusia. Rasulullah bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Keakraban kita dengan Al-Qur’anul karim, tergambar dari sejauhmana kita mentradisikan, membiasakan, tilawah, tahfidz, tadabbur, tathbiq dan ta’limul Qur’an. Jika seseorang tidak akrab, tidak dekat dengan Al-Qur’an, ia bagaikan rumah yang rusak. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

إِنَّ الَّذِيْ لَيْسَ فِيْ جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ “
“Orang yang di dalam tubuhnya tidak ada sama sekali Al-Qur’an, itu bagaikan rumah yang rusak,” (Hadits Riwayat at-Tirmidzi).

Sedangkan seorang muslim yang akrab dengan Al-Qur’an menjadi sosok impian, sosok idola yang harus diiktiarkan.  Rasulullah SAW bersabda :

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آناَءَ الَّليْلِ وَ آنَاءَ النَّهَارِ وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ آناَءَ النَّهَارِ
“Tidak diperbolehkan untuk hasad (iri) kecuali terhadap dua golongan: Orang yang diberikan ilmu Al-Qur’an oleh Allah, kemudian ia membacanya siang malam, dan orang yang diberikan harta oleh Allah, kemudian ia pun menginfakkannya siang malam”. (Hadits Riwayat al- Bukhari dan Muslim.)

            Hadis ini mengisyaratkan kepada kita akan tingginya kedudukan seorang muslim yang menyibukkan dirinya dengan Al-Quran dan juga menunjukkan pentingnya Al-Quran bagi seorang muslim, maka marilah kita tingkatkan kecintaan kita kepada Al-Quran dengan selalu membaca, mengkaji, mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.
أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

  Nuzulul Qur’an: Wancine Nyaket Lan Tresna Ing Al-Qur’an Dening : Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI. Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ ل...

NUZULUL QUR’AN: WANCINE NYAKET LAN TRESNA ING AL-QUR’AN NUZULUL QUR’AN: WANCINE NYAKET LAN TRESNA ING AL-QUR’AN

Khutbah Jumat

April

 



Nuzulul Qur’an:

Wancine Nyaket Lan Tresna Ing Al-Qur’an

Dening : Ust. Muhammad Hanafi, S.Ag., MSI.


Khutbah I


اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ الْعَزِيْزُ الْعَلَّامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً خَيْرَ الْأَنَامِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَمْلَأُ الْأَكْوَانَ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَنْزَل َ اللهُ اِلَيْهِ الْقُرْآنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان.

 أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Alhamdulillah, puji pangalembana kagunganipun Allah ingkang paring pitedah, kathahing rahmat kamirahan sarta barokah sahingga siang menika kita sedaya daget nindaki ibadah shalat Jum’ah. 


Ibadah Jum’ah minangka lampah tumuju ing derajat taqwa, ingkang intisarinipun mujudaken raos tundhuk lan ikhlas kangge ndhereki dhawuh timbalanipun Allah sarta nilar awisanipun. Awit saking menika, keparenga kawula ngajak sedaya jamaah: sumangga kita sesarengan mbudidaya nambah raos iman takwa kanthi nindakaken dhawuhipun lan nilar ingkang dados awisanipun Allah SWT.


Ramadhan minangka syahrul Qur’an, wulan dipun tumurun-aken Al-Qur’anul karim. 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Wulan Ramadhan, yaiku wulan kang ing wektu iku katumurunake Al-Qur’an minangka pituduh tumrap umat manungsa lan sesuluh ing pituduh  iku, lan minangka furqan (kang milah antarane perkara hak lan bathil).” (Surat Al-Baqarah : 185)


Al-Qur’an menika kelenggahanipun minangka pitedah gesang, pandom lan paugeran kagem nglampahi gesang ing alam ndonya menika. Gesang menika badhe karaos langkung gampil, jejeg lan sekeca menawi dhedhasar paugeran ingkang gumathok lan saget idpun piandel. Pramila  Al-Qur’an nenuntun ing kita tumuju margi igkang leres, margining karaharjan lan kabungahan sejati.


إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

  “Satemene Al-Qur’an iki paring pituduh tumuju urip kang luwih jejeg (bener) lan paring kabar gumbira marang wong Mu’min kang padha nindak-ake amal saleh, menawa dheweke bakal nampa piwales ganjaran kang agung” (Surat Al-Isra’ ayat 9).


 Pramila menika, kuwajiban lan hajat kita minangka muslim inggih perlu tansah mudidaya (ikhtiar) kangge nyinau, paring kawigatosan ing Al-Qur’an. Nglonggaraken wekdal kagem nyaket dhumateng Al-Qur’an. Allah paring dhawuh:


أَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

“Mangka apa-to dheweke ora nggatek-ake ing Al Quran? Yen saumpama Al-Quran iku dudu sangka ngersane gusti Allah, yekti dheweke bakal nemu akehe bab kang cengkah ing sajeroning Al-Qur’an iku”. (Surat An-Nisa ayat 82).


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nyaket dhumateng Al-Qur’an minangka kabetahan (hajat) lan kuwajiban. Menika minangka bukti raos iman kita, kados pundi al-Qur’an minangka kitab suci lan dados pandom salebeting gesang. Dene  tumapakaing lampah kanggge nyaket dhuamteng Al-Quran wonten pinten-pinten perangan:


Sepisan: tilawatul Qur’an, qira’atul Qur’an, maos mushaf Al-Qur’an.  Allah ta’ala paring dhawuh:


إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

“Satemene wong kang padha tansah maca kitabe Allah, njejeg-ake shalat lan mblanja-ake sebagian rejeki kang wis Ingsun paring-ake – kanthi sesidheman utawa terang terwoco –dheweke ngarep-arep amalan pakaryan kang  oran nandhang rugi (kapitunan)” (Surat Fathir ayat 29-30).


Ing salebeting hadits, Rasulullah Saw, paring piwucal ing bab agengipun ganjaran salebeting nyinau maos Al-Qur’an.


مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ 

Sopo wong kang maca huruf siji saka kitabullah (Al-Qur’an), mangka dheweke nampa ganjaran siji kabecikan.

وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا 

Lan saben siji kabecikan, bakal diganjar dening Allah kanthi sepuluh kabecikan.

لَا أَقُوْلُ الم حَرْفٌ 

Aku ora nyebut “Alif Lam Mim” iku cacahe minangka siji huruf

وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ 

“Nanging, Alif dietung “siji” huruf, Lam dietung siji huruf, lan Mim dietung  siji huruf”. (Hadits Riwayat at-Tirmidzi). 


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kaping kalih, tahfidzul Qur’an, ngapalaken Al-Quran. 


Tiyang ingkang ngapalaken Al-mesthi badhe ngambali anggenipun maos, muraja’ah, supados apalanipun tansaya kiyat. Lampah ngapalaken menika mujudaken dzikir ingkang sanget utami kagem emut dhumateng Allah. Ngapalaken Al-Qur’an kalebet upaya njagi kemurnian lan keaslian Al-Qur’an. 


Malah ing akhirat mangke kita bakal dipun angkat derajatipun dening Allah ta’ala lantaran kathahing apalan hafalan Al-Quran. Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, nyebataken bilih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam paring sabda


يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا 

“Didhawuhake marang  wong kang moco (ngapalake) al-Qur’an mbesok, ‘Wacanen lan munggaho, lan kanthi tartil koyodene siro ing ndonya moco kanthi tartil ! sebab kelungguhanmu iku ing akhir ayat kang siro waca (apal).” (Hadits Riwayat Tirimizi).


Kaping tiga, Tafhimul Qur’an, ikhtiar mangertosi makna utawi tadabbur ing suraosipun Al-Quran. Allah ngendiko ing Al-Quran :


أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Mangka opo dheweke ora mikirake ing Al-Qur`an utawa atine dheweke wis kekunci?”. (Surat Muhammad ayat 24).


Al-Qur’an  dipun tumurunaken ing basa Arab kanthi sastra ingkang inggil lan luhur.dipun betahaken upaya amrih kita saget mengertos ing suraos maknanipun. Pramila kita kedah maos kitab-kitab tafsir karyanipun para ulama, amrih saget mangertos kados pundi maksud ing satunggaling ayat. Kanthi mekaten kita bakal langkung manteb ing manah, tansaya tambah raos iman kita ing leresipun kitab Al-Qur’an.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sasampunipun maos, ngapalaken lan mangertos ing maknanipun, pramila lampah ingkang Kaping Sekawan inggih menika: tathbiqul Qur’an, ngamalaken, mraktek-aken Al-Quran ing tindak lampah padintenan. Allah paring firman:


اِتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

“Manuto ing apa kang ditumurunake ing siro saka Allah sesembahaniro, lan siro ojo manut marang panggede (pemimpin) saliyane Allah. Banget sethithik saka siro kang njupuk minangka piwulang.” (Surat al-A’raf ayat 3).


Kita ndadosaken Al-Qur’an minangka panuntun utawi pandom kangge lampahing gesang padintenan kita. Kita selaraskan diri kita kanthi paugeran lan syariat ing Al-Qur’an.

 

Kaping gangsal inggih menika ta’limul Qur’an, mucalaken Al-Qur’an, utawi Al-Quran dhumateng masyarakat. Rasulullah paring sabda :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sabecik-becike wong ing antarane siro yaiku wong kang sinau Al Qur’an lan mulangake.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Akrab lan rumaket kita ing Al-Qur’anul karim, saget dipun priksani saking gangsal perkawis menika: tilawah, tahfidz, tadabbur, tathbiq lan ta’limul Qur’an. Menawi wonten tiyang ingkang mboten caket dhumateng al-Qur’an, piyambakipun kadosdene omah ingkang risak.. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam


إِنَّ الَّذِيْ لَيْسَ فِيْ جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ “

“Wong kang ig dhirine ora ono (wacan) Al-Qur’an, iku koyodene omah kang rusak,” (Hadits Riwayat at-Tirmidzi).


Dene tiyang muslim ingkang akrab dhumateng Al-Qur’an minangka piyayi ingkang dipun gegadhang.  Rasulullah SAW paring sabda :


لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آناَءَ الَّليْلِ وَ آنَاءَ النَّهَارِ وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ آناَءَ النَّهَارِ 

“Ojo nduweni rasa hasad (meri) kejobo marang golongan werna loro: Wong kang diparingi ilmu Al-Qur’an dening Allah, banjur dheweke maca ing wektu awan lan wengi, lan wong kang diparingi bandha dening Allah, banjur dheweke nginfak-ake  ing wektu awan lan wengi”. ( HR al-Bukhari lan Muslim.)


            Hadis menika ngisyarataken ing kita ing bab inggil lan luhuripun tiyang muslim ingkang tekun nyinau lan ngamalaken Al-Qur’an. Sumangga kita nambah raos tresna lan iman kita dhumateng al-Qur’an kanthi lampah maos, nyinau makna, mangertosi, ngamalaken lan mucalaken Al-Qur’an.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. 

أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ


Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. 

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

 RAHASIA NIKMATNYA IBADAH Oleh: Ust. Abdul Mughits Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ...

RAHASIA NIKMATNYA IBADAH  RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

Khutbah Jumat

April


 RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

Oleh: Ust. Abdul Mughits


Khutbah Pertama


الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ,قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Setiap orang pasti ingin meraih kesenangan dan kenikmatan hidup. Anggota badan kita memiliki cara untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Nikmatnya lidah ketika makan minum mendapatkan hidangan yang lezat dengan bermacam cita rasa. Nikmatnya mata saat melihat pemandangan yang indah dan segala penampilan yang baik. Sedangkan nikmatnya telinga ketika mendengar suara merdu.


Sementara itu, kita memiliki hati dan akal pikiran, keduanya akan merasakan kenikmatan manakala menemukan hakikat kehidupan saat mengenal tuhan (Allah) dengan cara beriman, serta memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Kita akan semakin merasakan nikmat dan bahagia ketika dapat menempatkan diri secara benar sebagai hamba Allah dengan memenuhi perintah-Nya dalam berbagai bentuk ibadah yang akan mendatangkan ridho-Nya.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kedudukan manusia dalam kehidupan ini adalah menjadi makhluk ciptaan Allah dan memiliki kewajiban untuk beribadah (menyembah) kepada-Nya.


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)


Orang beriman akan merasakan kebahagiaan ketika dapat melaksanakan ibadah, karena dapat mengokohkan status penghambaan dirinya secara total. Dan hal itulah yang dikehendaki Allah sehingga Dia memberikan ridho-Nya. Dan hal itu ditegaskan dalam ayat yang lain, bagaimana dalam kehidupan ini semestinya semua dilakukan hanya untuk memperoleh ridho-Nya:


قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk (mencari ridho) Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al-An’am: 162)


Apapun yang kita lakukan hendaklah semuanya bermuara hanya untuk mencari ridho Allah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Adapun orang yang tidak beriman, maka kehidupannya hanya digunakan untuk memperturuti kemauan hawa nafsu. Hingga dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai perbuatan mempertuhankan hawa nafsu.  


أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٢٣﴾

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Qs. Al Jatsiyah: 23)


Orang yang tidak beriman dalam kehidupannya justru menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpinnya. Perbuatannya mengarah pada berbagai bentuk mengumbar hawa nafsu dengan hanya berorientasi untuk bersenang-senang dalam ursan makan-minum, hiburan, piknik, dan gaya hidup hedonis dan serba bebas. Hal itu menjadi ukuran kesenangan dan kenikmatan hidup. Maka tidak mengherankan bila sebagian orang suka melakukan berbagai bentuk kemaksiatan dengan bangga, tanpa ada rasa malu. Na’udzu billahi min dzalik.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Orang yang beriman memiliki selera yang sama sekali berbeda. Dengan bekal iman, kita meyakini kebenaran firman Allah SWT dalam al-Qur’an sebagai janji-janjinya. Kita meyakini kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya. Maka kita pun akan dengan senang hati dan penuh semangat memenuhi panggilan Allah dan rasul-Nya, sebab hal itu akan menjadikan jiwa kita ‘lebih hidup.”


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ﴿٢٤﴾

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS Al Anfal: 24)


Abdullah bin Wahab berkata:

لِكُلِّ مَلْذُوْذٍ فِي الدُّنْيَا لَذَّةٌ وَاحِدَةٌ ثُمَّ تَزُوْلُ إِلَّا الْعِبَادَةَ فَإِنَّ لَهَا ثَلَاثَ لَذَّاتٍ إِذَا كُنْتَ فِيْهَا وَإَذَا تَذَكَّرْتَ أَنَّكَ أَدَّيْتَهَا وَإَذَا أُعْطِيْتَ ثَوَابَهَا

"Semua kenikmatan di dunia itu hanya satu kenikmatan, kemudian hilang nikmatnya; kecuali ibadah. Ibadah itu memiliki tiga nikmat; nikmat ketika mengerjakan ibadah tersebut, nikmat ketika terkenang pelaksanaan ibadah dan nikmat saat mendapatkan pahalanya"(Syarh Mukaffirat adz-Dzunub hlm 14).


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Diantara umat Islam sendiri ada banyak tingkatan kadar keimanannya terhadap ajaran agama. Misalnya, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa shalat berjamaah itu nilai pahalanya lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat secara munfarid (sendirian).


 صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً .

“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Al Bukhari)


Tetapi kenyataannya, kita menyaksikan bahwa tidak semua orang tertarik untuk shalat berjamaah. 


Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga telah menyatakan keistimewaan bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat lailatul qodar, yang fadhilahnya lebih baik dari seribu bulan.


لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾

“Malam kemuliaan Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al Qadr: 3).


 Namun berapa banyak orang yang mau mengikuti sunnah nabi dengan cara beri’tikaf di masjid untuk menjemputnya? Sementara sudah sangat jelas Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana beremangatnya beliau dan para sahabat menyisihkan waktu sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dengan cara beri’tikaf dan tidak meninggalkan masjid.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Diantara umat Islam ada yang sangat tekun beribadah karena ingin meraih malam kemuliaan itu. Apalagi ada yang secara khusus melakukan i’tikaf di Masjidil Haram dengan sekaligus melaksanakan umrah. Semua itu berawal dari iman, keyakinan !


Banyak diantara kita ingin berziarah ke tanah suci Mekkah al Mukarramah, sebab disitu ada Ka’bah, Baitullah. Maka harapan setiap orang beriman adalah dapat meraih sebanyak-banyak pahala, hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW tentang keutamaan shalat di Masjidil Haram sebanding dengan 100 ribu kali di tempat yang lain:


صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, hadits shahih )


Disinilah rahasianya, mengapa ada banyak orang dengan rela dan senang hati mengeluarkan biaya yang banyak, berkorban dengan waktu, biaya dan tenaga dalam menunaikan panggilan Allah SWT. Sebab disitu digerakkan oleh “iman” yang dengannya akan merasakan manis, nikmat dan puasnya beribadah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Bayangkan satu kali shalat nilainya sebanding dengan 100 ribu kali di tempat lain, hal itu setara dengan shalat yang dijalani selama 54,8 tahun. Sedangkan ibadah umrah biasanya akan berada di Masjidil Haram selama 3 hari, yang bernilai sebanding ibadah 822 tahun ( dari 3 hari x 5 shalat fardhu x 54,8 tahun). Apalagi dikerjakan di bulan Ramadhan secara berjamaah, bila dan berharap mendapat karunia lailatul qodar. Maka berapa banyak jumah akhirnya? 


Hal semacam ini pasti tidak akan pernah terbersit bagi orang yang imannya tipis, apalagi sama sekali tidak beriman. Mungkin banyak orang merasa heran: mengapa umat Islam sangat ingin menunaikan umrah dan haji !


Kita diberi umur hidup yang sangat pendek, kebanyakan tidak lebih dari 100 tahun. Tetapi dengan menunaikan umrah umur itu bisa bernilai sebanding dengan ibadah ratusan tahun. Maka dianggap saja sebagai cara cerdas ‘membeli umur’ sebanyak 800 tahun dengan biaya umrah sebesar 30-40 juta rupiah. Bagi orang beriman, hal inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan saat menunaikan panggilan-panggilan Allah itu. 


Inilah mungkin diantara maksud ayat dalam QS Al ‘Asher:

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mumpung Ramadhan masih membersamai kita, marilah kita manfaatkan diri untuk bisa menikmati ibadah sebaik-baiknya, yaitu bertaqorrub dangan semangat ibadah yang semakin tekun. Inilah akhir ramadhan sebagai puncak ibadah untuk meraih kemenangan yang sesungguhnya. Jadikanlah ini sebagai waktunya ‘pesta ibadah’ yang penuh suka cita !


Semoga kita senantiasa diberikan iman yang istiqomah , sehingga mampu merasakan nikmatnya beribadah. Amiin.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Khutbah Kedua 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. 

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

 KHUTBAH SHALAT GERHANA MATAHARI Oleh: Ust. Slamet AR اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَر...

KHUTBAH SHALAT GERHANA MATAHARI  KHUTBAH SHALAT GERHANA MATAHARI

Khutbah Jumat

April


 KHUTBAH SHALAT GERHANA MATAHARI

Oleh: Ust. Slamet AR


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْبَشَرِ،

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه ، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه،

اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين،

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا اْلإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ،

 قَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيۡلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُۚ لَا تَسۡجُدُواْ لِلشَّمۡسِ وَلَا لِلۡقَمَرِ وَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ ٱلَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ  


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat nikmat-Nya bagi kita semua, sehingga hari ini kita masih diberi kesempatan umur panjang. Nikmat yang terbesar adalah kita diberikan petunjuk dalam Islam, sehingga tidak tersesat dalam mengarungi jalan kehidupan.


Shalawat dan salam kita sanjungkan semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya yang setia menjalani sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman. 


Mengawali khutbah ini, perkenankan khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk bertakwa kepada Allah SWT. Jika kita memohon turunnya rahmat dan barokah, maka permohonan itu haruslah kita iringi dengan takwa. Jika kita berdoa agar dijauhkan dari wabah dan musibah, maka doa itu haruslah kita sertai dengan takwa. Karena barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya dan menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka. Allah ta’ala berfirman: 


وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (سورة الطلاق: ٢-٣) ـ 

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Ia akan menjadikan baginya jalan keluar dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka” (QS Ath-Thalaq: 2-3). 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada hari – hari menjelang berakhirnya ibadah Ramadhan saat ini, kita diberi kesempatan untuk menjumpai salah satu tanda kebesaran Allah SWT, yaitu gerhana matahari. Sebagai umat Islam, kita melaksanakan sunnah ajaran Nabi SAW dengan menunaikan ibadah sunnah berupa shalat gerhana matahari.


Kita mengetahui dan meyakini keberadaan Allah SWT melalui tanda atau ayat; yaitu yang disebut ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Ayat qauliyah berupa ayat Al-Qur’an yang bisa kita baca dan ucapkan, sementara ayat kauniyah berupa realitas ciptaan di luar itu, seperti penciptaan manusia dan aneka jenis hewan dan tumbuhan, pergantian siang dan malam, serta fenomena alam lainnya. Ayat atau tanda tersebut hanya jika kita merenungkan dan menghayatinya secara dengan akal yang jernih:


إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ  الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya, Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (QS Ali Imran [3]:190-191).


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hari ini kita menyaksikan bersama adanya peristiwa gerhana matahari hybrid; sebagian merasakan gerhana total, sebagian wilayah lain gerhana cincin. Sesungguhnya gerhana matahari  ataupun gerhana bulan adalah dua di antara sekian banyak kejadian yang menjadi bukti kekuasaan Allah ta’ala. Allah Maha Kuasa untuk menjadikan cahaya matahari dan bulan padam sebagaimana Ia Maha Kuasa untuk menjadikan matahari terbit dari arah timur dan terbenam di arah barat. 


Di zaman Rasulullah SAW ketika terjadi gerhana matahari bersamaan dengan meninggalnya putra beliau  yang bernama Ibrahim. Sebagian orang menganggap terjadinya gerhana itu karena kematian putra beliau. Maka Baginda Nabi bersegera menuju masjid lalu shalat kusuf bersama para sahabatnya. 


Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari:

اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ ؛ فَا ذْكُرُوْا اللهَ ، وَ كَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا ، وَ تَصَدَّقُوْا. 

“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena terkait kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka berdzikirlah, bertakbirlah, lakukanlah shalat dan bersedekahlah.” (Shahih Bukhari, 1044). 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hikmah utama dari gerhana adalah peringatan bagi para hamba agar manusia mengingat kemahakuasaan Allah atas seluruh isi alam semesta ini. Dia lah dzat yang mengendalikan seluruh perputaran jagat raya. 


Maka ketika terjadi adanya fenomena alam, kita dingatkan untuk mendekat kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintahnya; dan agar menjauhi seluruh kemaksiatan dan bersegera melakukan berbagai kebaikan, seperti shalat, banyak berdoa, banyak berdzikir, bersedekah, dan lain sebagainya. 


Terjadinya gerhana juga merupakan peringatan bagi kita semua agar bersegera melakukan muhasabah dan bertaubat. Diantara ayat atau tanda kekuasaan Allah itu, bisa saja tiba-tiba berubah menjadi bencana yang mengancam manusia. Kita memiliki ingatan yang melekat kuat, bagaimana terjadinya banjir besar Tsunami di Aceh tahun 2004, Gempa bumi di Jogja tahun 2006, dan gunung Merapi meletus tahun 2010, juga merebaknya pandemic Covid-19 tahun 2020-2022; ataupun musibah-musibah yang lain; semuanya adalah peringatan bagi para hamba agar menjauhi maksiat dan bersegera untuk bertaubat dengan bersungguh-sungguh. Allah ta’ala berfirman: 


وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا (سورة الإسراء: ٥٩) ـ 

“Dan tidaklah kami mengirimkan tanda-tanda itu kecuali dalam rangka untuk menakut-nakuti dan memberi peringatan” (QS Al-Isra: 59). 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memenuhi seluruh rukun taubat, yaitu menyesal, meninggalkan dosa dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa yang pernah dilakukan. Dan jika dosa itu berkaitan dengan sesama manusia, maka taubatnya ditambah dengan meminta maaf serta mengembalikan harta yang ia ambil tanpa hak atau meminta kerelaan darinya. Allah ta’ala berfirman:


 وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ  (سورة النور: ٣١)  ـ 

“Dan bertaubatlah wahai seluruh kaum beriman agar kalian beruntung” (QS An-Nur: 31). 


Momentum gerhana di akhir bulan ramadhan ini semestinya menjadikan kita semakin bertakwa kepada Allah. Hal ini sejalan dengan suasana batin kita umat Islam yang telah dengan khusyu’ menjalani ibadah puasa hingga hari ke 29 saat ini. 


Dengan ketakwaan kita mengingat kuasa Allah, Dia bisa membuat berbagai peristiwa besar terjadi; maka hendaknya ketakwaan ini menjadi bekal pula bagi kita dalam rangka mengakhiri ibadah ramadhan menuju perayaan kemenangan hari raya Idul fitri. 


Jangan sampai kita terjerumus pada sikap lalai, gaya hidup hedonis dan serba memperturuti kemauan hawa nafsu. Justru sebaliknya kita memperbanyak doa, istighfar, bertaubat dan memperbanyak amal shaleh.


Hadirin rahimakumullah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama berdoa agar dikabulkan oleh Allah swt ..


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِي

 KHUTBAH SHALAT GRAHANA SRENGENGE Dening: Ust. Slamet AR اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَ...

KHUTBAH SHALAT GRAHANA SRENGENGE  KHUTBAH SHALAT GRAHANA SRENGENGE

Khutbah Jumat

April


 KHUTBAH SHALAT GRAHANA SRENGENGE

Dening: Ust. Slamet AR


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْبَشَرِ،

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه ، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه،

اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين،

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا اْلإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ،

 قَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيۡلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُۚ لَا تَسۡجُدُواْ لِلشَّمۡسِ وَلَا لِلۡقَمَرِ وَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ ٱلَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ  


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Alhamdulillah, puji lan pangalembana kunjuk dhumateng ngarsa dalem Allah SWT ingkang sampun paring kathahing rahmat lan nikmat tumrap kita sedaya, sahingga ing dinten menika kita taksih pinaringan umur panjang, linangkung nikmat ingkang paling agung awujud pitedah ing iman Islam, ingkang nenuntun kita nglampahi gesang ing margi ingkang leres. 


Shalawat lan salam mugi katur dhumateng junjungan kita kanjeng Nabi Muhammad saw; lumeberipun dhumateng kulawarga, para sahabat lan sedaya umat ingkang tansah nindakaken sunnah-sunnahipun dumugi akhiring zaman. 


Ngawiti khutbah menika, keparenga kawula minangka khatib ngajak dhumateng jamaah sedaya, sumangga kita sami mbudidaya tansah njagi lan nambah raos iman takwa dhumateng Allah swt. Yen kita nyuwun tumurunipun rahmat lan barokah, pramila panyuwunan menika kedah dipun lambari raos iman lan takwa. Dene yen kita nyuwun amrih dipun tebihaken saking musibah lan pacobaning gesang, menika inggih kedah sinartan raos iman lan takwa. Keranten, sinten kemawon ingkang takwa dhumateng Allah, samangkenipun bakal pinaringan margi uwal saking pepetinging gesang lan bakal nampi rejeki saking arah ingkang tanpa kanyana-nyana.  Allah ta’ala ngendika: 


وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (سورة الطلاق: ٢-٣) ـ 

“Lan sapa wae wong kang padha takwa ing ngarsane Allah, temen Panjenengane bakal paring ing dheweke dalan uwal sangka pepetenging urip, lan bakal paring rejeki ing dheweke sangka dalan kang ora kanyana” (QS Ath-Thalaq: 2-3). 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Nyaketi akhiring ibadah Ramadhan menika, kita pinaringan kesempatan kagem manggihi satunggaling tanda kuwaos lan agungipun Allah SWT , inggih menika grahana srengenge. Pramila kita ummat Islam, nindakaken amalan sunnah piwucalipun kanjeng Nabi SAW kanthi nindak-aken ibadah sunat awujud shalat grahana srengenge. 


Kita sedaya mangertos lan yakin wonten dzat-ipun Allah SWT kanthi mriksani tandha utawi ayat; awujud ayat qauliyah lan ayat kauniyah. Ayat qauliyah inggih menika ayat Al-Qur’an ingkang saget dipun waos lan dipun ucapaken, dene ayat kauniyah menika awujud kasunyatan ing saklebeting alam ndoya menika, kados dene titahipun ingkang awujud manungsa, kewan lan tetanduran, gumantosipun wekdal siang lan ndalu, sarta sedaya ingkang kumethip ing alam ndonya menika. Ayat utawi tanda menika namung saget tinampi dening tiyang ingkang kersa menggalih lan mawas kanthi akal ingkang wening:


.إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ  الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

“Saktemene ing sakjroning tumitahe langit lan bumi, lan gilir gumantine wektu wengi lan awan, mujudake tandha-kuwasane Allah tumrap  wong kang nduweni akal, (yaiku) wong-wong kang padha eling ing ngarsane Allah ing wektu ngadeg, lungguh, utawa sare’; lan mikirake ing tumitahe langit lan bumi (kanthi ngucap): ‘Dhuh Gusti Allah, temtu Paduka sampun nyipta-aken menika sedaya mboten muspra, Maha suci paduka Allah, mugi nebihaken kawula saking bebayaning siksa neraka.” (QS Ali Imran [3]:190-191).


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Dinten menika kita sesarengan nyekseni wontenipun prastawa grahana srengenge “hybrid”, sebagian ngalami grahana total, sebagian wilayah sanes grahana cincin lan parsial. Saestunipun grahana srengene utawi rembulan menika minangka tandha kuwaosipun Allah; kados pundi Allah kanthi gampil ndamel cahaynipun srengenge lan srembulan saget sirep kanthi gampil, kadosdene panjenenganipun Allah ugi kuwaos ndadosaken srengege jumedhul ing arah wetan lan angslup ing arah kilen. 


Ing zaman Rasulullah SAW, nate manggihi prastawa grahana srengenge ingkang kaleres sesarengan kaliyan sedanipun putrane kanjeng Nabi Muhammad saw, inggih ingkang sesilih asma Ibrahim. Sebagian tiyang nggadhahi penganggep bilih grahana menika jalaran sedanipun putrane kanjeng nabi kasebat. Awit saking menika, kanjeng Nabi age-age tumuju dhateng masjid lajeng nindak-aken shalat sunat grahana sesarengan kaliyan para shahabat. Rasulullah SAW paring dhawuh:


اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ ؛ فَا ذْكُرُوْا اللهَ ، وَ كَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا ، وَ تَصَدَّقُوْا. 

“Saktemene srengenge lan rembulan iku tandha werna loro sangka ayat-ayat (kuwasane) gusti Allah. Dumadine grahana iku ora jalaran patine utawa uripe sawijining pawongan. Awit saka iku, yen sira menangi anane grahana iku sira padha nindakna dzikir, takbir, banjur leksanakna shalat lan padha ngetokna shadakoh” (Shahih Bukhari, 1044). 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hikmah ingkang paling wigatos kanthi wontenipun grahana menika estunipun minangka pemut tumrap kita sedaya umat manungsa, inggih  supados tansah nyaket ing sipat kuwaosanipun Allah ingkang murba-wasesa ing atasing sedaya isi wonten ing alam ndonya menika. 


Yen tiyang sanes namung ndadosaken prastawa grahana menika minangka lelampahan lumrah kados padatan, lajeng dipun sinau sacara ilmiah; malah wonten ugi ingkang namung dipun tonton minangka obyek wisata; pramila kita umat Islam ndadosaken minangka kagem wasilah emut dhumateng kuwaosipun Allah; hakikat gesang, inggih sangkan paraning dumados..


Nalika wonten prastawa grahana kita dipun emutaken supados nyaket (dhedhepe) dhumateng  Allah, inggih kanthi nindakaken dhawuh lan nilar awisanipun; lan enggal nindakaken sawernaning amal shaleh, kadosdene: shalat, kathah ndedonga, dzikir,sedekah, lan sanes-sanesipun  Prastawa grahana menika ugi minangka pemut tumrap umat manungsa, supados enggal sami muhasabah lan mertobat dhumateng Allah kanthi taubatan nashuha. 


Tandha utawi ayat kuwaosipun Allah menika saget kemawon kanthi ‘dadakan’ malih dados bebaya lan musibah. Kita sedaya temtu taksih emut, kados pundi Allah ngirim ayat-ayat kuwaosipun kanthi ingkang langkung ageng ingkang awujud: tsunami ing Aceh tahun 2004, gempa bumi ing Jogja tahun 2006, gunung njeblug ing Merapi tahun 2010 lan, saat menika sumebaripun pandemi Covid-19 tahun 2020-2022, lan sanes-sanesipun.  Allah ta’ala ngendika:  


وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا (سورة الإسراء: ٥٩) ـ 

“Lan Ingsun (Allah) ora ngirim ayat-ayat (minangka tandha kuwasaning-Sun) ora ana liya kejaba supaya padha wedi lan dadi pepeling (piwulang)” (QS Al-Isra: 59). 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Taubatan nashuha inggih menika mertobat dhumateng Allah kanthi saestu ingkang jangkep rukun-rukunipun: inggih menika nggetuni saking tumindak dosanipun, nilaraken tumindak dosa, lan kedah nggadhahi tekad kangge mboten ngambali lampah dosa utawi maksiyat. Dene yen dosa menika sasambetan kaliyan sesami tiyang, pramila tobatipun dipun tambahi kanthi nyuwun pangapunten lan ngunduraken hak adami, utawi dipun suwun ikhlasipun. Allah ta’ala paring dhawuh:


 وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ  (سورة النور: ٣١)  ـ 

“Lan sira padha mertobat-a, he’ sakabehing kawula kang padha iman amrip sira antuk kabegjan” (QS An-Nur: 31). 


Prastwa grahana ing akhir wulan ramadhan menika mesthinipun nambah kita tansaya sakwa dhumateng Allah. Perkawis menika jumbuh kaliyan suasana batin lan penggalih kita umat Islam ingkang sampun nglampahi ibadah puasa kanthi khusyu’ dumugi dinten ing kaping  sangalikur (29) saat menika. 


Kanthi kalenggahan takwa menika kita emut dhumateng kuwaosipun Allah, Panjenenganipun saget ndamel sawernaning prastawa agung dumados. Kanthi mekaten, sipat takwa menika sageta  minangka sangu ingkang dados piandel nalika kita badhe mungkasi ibadah ramadhan tumuju pahargyan dinten riyadi Idul fitri. 


Sampun ngantos kita kejrumus ing patrap leno, pengin gesang ingkang sarwo moncer, lan nuruti hawa nepsu. Nanging samesthenipun kita justru kedah ngathah-ngathahaken donga, istighfar, mertobat lan nambah tansaya kathah anggenipun ngamal shaleh.

 

Hadirin rahimakumullah, mekaten atur khutbah ing saat menika. Mugi-mugi migunani lan minangka pemut tumrap kula panjenengan sami. A-miin.


Minangka panutuping atur khutbah menika, sumangga kita sami ndedonga mugi dipun ijabah dening Allah swt…


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِي