RAHASIA NIKMATNYA IBADAH Oleh: Ust. Abdul Mughits Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ...

RAHASIA NIKMATNYA IBADAH  RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

RAHASIA NIKMATNYA IBADAH


 RAHASIA NIKMATNYA IBADAH

Oleh: Ust. Abdul Mughits


Khutbah Pertama


الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ,قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Setiap orang pasti ingin meraih kesenangan dan kenikmatan hidup. Anggota badan kita memiliki cara untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Nikmatnya lidah ketika makan minum mendapatkan hidangan yang lezat dengan bermacam cita rasa. Nikmatnya mata saat melihat pemandangan yang indah dan segala penampilan yang baik. Sedangkan nikmatnya telinga ketika mendengar suara merdu.


Sementara itu, kita memiliki hati dan akal pikiran, keduanya akan merasakan kenikmatan manakala menemukan hakikat kehidupan saat mengenal tuhan (Allah) dengan cara beriman, serta memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Kita akan semakin merasakan nikmat dan bahagia ketika dapat menempatkan diri secara benar sebagai hamba Allah dengan memenuhi perintah-Nya dalam berbagai bentuk ibadah yang akan mendatangkan ridho-Nya.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kedudukan manusia dalam kehidupan ini adalah menjadi makhluk ciptaan Allah dan memiliki kewajiban untuk beribadah (menyembah) kepada-Nya.


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)


Orang beriman akan merasakan kebahagiaan ketika dapat melaksanakan ibadah, karena dapat mengokohkan status penghambaan dirinya secara total. Dan hal itulah yang dikehendaki Allah sehingga Dia memberikan ridho-Nya. Dan hal itu ditegaskan dalam ayat yang lain, bagaimana dalam kehidupan ini semestinya semua dilakukan hanya untuk memperoleh ridho-Nya:


قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk (mencari ridho) Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al-An’am: 162)


Apapun yang kita lakukan hendaklah semuanya bermuara hanya untuk mencari ridho Allah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Adapun orang yang tidak beriman, maka kehidupannya hanya digunakan untuk memperturuti kemauan hawa nafsu. Hingga dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai perbuatan mempertuhankan hawa nafsu.  


أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٢٣﴾

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Qs. Al Jatsiyah: 23)


Orang yang tidak beriman dalam kehidupannya justru menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpinnya. Perbuatannya mengarah pada berbagai bentuk mengumbar hawa nafsu dengan hanya berorientasi untuk bersenang-senang dalam ursan makan-minum, hiburan, piknik, dan gaya hidup hedonis dan serba bebas. Hal itu menjadi ukuran kesenangan dan kenikmatan hidup. Maka tidak mengherankan bila sebagian orang suka melakukan berbagai bentuk kemaksiatan dengan bangga, tanpa ada rasa malu. Na’udzu billahi min dzalik.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Orang yang beriman memiliki selera yang sama sekali berbeda. Dengan bekal iman, kita meyakini kebenaran firman Allah SWT dalam al-Qur’an sebagai janji-janjinya. Kita meyakini kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya. Maka kita pun akan dengan senang hati dan penuh semangat memenuhi panggilan Allah dan rasul-Nya, sebab hal itu akan menjadikan jiwa kita ‘lebih hidup.”


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ﴿٢٤﴾

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS Al Anfal: 24)


Abdullah bin Wahab berkata:

لِكُلِّ مَلْذُوْذٍ فِي الدُّنْيَا لَذَّةٌ وَاحِدَةٌ ثُمَّ تَزُوْلُ إِلَّا الْعِبَادَةَ فَإِنَّ لَهَا ثَلَاثَ لَذَّاتٍ إِذَا كُنْتَ فِيْهَا وَإَذَا تَذَكَّرْتَ أَنَّكَ أَدَّيْتَهَا وَإَذَا أُعْطِيْتَ ثَوَابَهَا

"Semua kenikmatan di dunia itu hanya satu kenikmatan, kemudian hilang nikmatnya; kecuali ibadah. Ibadah itu memiliki tiga nikmat; nikmat ketika mengerjakan ibadah tersebut, nikmat ketika terkenang pelaksanaan ibadah dan nikmat saat mendapatkan pahalanya"(Syarh Mukaffirat adz-Dzunub hlm 14).


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Diantara umat Islam sendiri ada banyak tingkatan kadar keimanannya terhadap ajaran agama. Misalnya, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa shalat berjamaah itu nilai pahalanya lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat secara munfarid (sendirian).


 صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً .

“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Al Bukhari)


Tetapi kenyataannya, kita menyaksikan bahwa tidak semua orang tertarik untuk shalat berjamaah. 


Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga telah menyatakan keistimewaan bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat lailatul qodar, yang fadhilahnya lebih baik dari seribu bulan.


لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾

“Malam kemuliaan Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al Qadr: 3).


 Namun berapa banyak orang yang mau mengikuti sunnah nabi dengan cara beri’tikaf di masjid untuk menjemputnya? Sementara sudah sangat jelas Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana beremangatnya beliau dan para sahabat menyisihkan waktu sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dengan cara beri’tikaf dan tidak meninggalkan masjid.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Diantara umat Islam ada yang sangat tekun beribadah karena ingin meraih malam kemuliaan itu. Apalagi ada yang secara khusus melakukan i’tikaf di Masjidil Haram dengan sekaligus melaksanakan umrah. Semua itu berawal dari iman, keyakinan !


Banyak diantara kita ingin berziarah ke tanah suci Mekkah al Mukarramah, sebab disitu ada Ka’bah, Baitullah. Maka harapan setiap orang beriman adalah dapat meraih sebanyak-banyak pahala, hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW tentang keutamaan shalat di Masjidil Haram sebanding dengan 100 ribu kali di tempat yang lain:


صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, hadits shahih )


Disinilah rahasianya, mengapa ada banyak orang dengan rela dan senang hati mengeluarkan biaya yang banyak, berkorban dengan waktu, biaya dan tenaga dalam menunaikan panggilan Allah SWT. Sebab disitu digerakkan oleh “iman” yang dengannya akan merasakan manis, nikmat dan puasnya beribadah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Bayangkan satu kali shalat nilainya sebanding dengan 100 ribu kali di tempat lain, hal itu setara dengan shalat yang dijalani selama 54,8 tahun. Sedangkan ibadah umrah biasanya akan berada di Masjidil Haram selama 3 hari, yang bernilai sebanding ibadah 822 tahun ( dari 3 hari x 5 shalat fardhu x 54,8 tahun). Apalagi dikerjakan di bulan Ramadhan secara berjamaah, bila dan berharap mendapat karunia lailatul qodar. Maka berapa banyak jumah akhirnya? 


Hal semacam ini pasti tidak akan pernah terbersit bagi orang yang imannya tipis, apalagi sama sekali tidak beriman. Mungkin banyak orang merasa heran: mengapa umat Islam sangat ingin menunaikan umrah dan haji !


Kita diberi umur hidup yang sangat pendek, kebanyakan tidak lebih dari 100 tahun. Tetapi dengan menunaikan umrah umur itu bisa bernilai sebanding dengan ibadah ratusan tahun. Maka dianggap saja sebagai cara cerdas ‘membeli umur’ sebanyak 800 tahun dengan biaya umrah sebesar 30-40 juta rupiah. Bagi orang beriman, hal inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan saat menunaikan panggilan-panggilan Allah itu. 


Inilah mungkin diantara maksud ayat dalam QS Al ‘Asher:

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mumpung Ramadhan masih membersamai kita, marilah kita manfaatkan diri untuk bisa menikmati ibadah sebaik-baiknya, yaitu bertaqorrub dangan semangat ibadah yang semakin tekun. Inilah akhir ramadhan sebagai puncak ibadah untuk meraih kemenangan yang sesungguhnya. Jadikanlah ini sebagai waktunya ‘pesta ibadah’ yang penuh suka cita !


Semoga kita senantiasa diberikan iman yang istiqomah , sehingga mampu merasakan nikmatnya beribadah. Amiin.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Khutbah Kedua 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. 

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

0 Comments: