IDUL FITRI: TITIK TOLAK PERBAIKAN KEHIDUPAN
Oleh: Ust. Syamsul Munawar
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّابَعْدُ؛
فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Alhamdulillah, lantunan puji syukur mari senantiasa tiada rasa bosan kita panjatkan ke hadirat ilahi robbi, yang telah melimpahkan banyak nikmatnya bagi kita semua, sehingga pada pagi yang mulia ini umat Islam di berbagai penjuru dunia dapat merayakan hari kemenangan dengan menunaikan “Shalat Idul Fitri” setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta segenap keluarga, para sahabat dan terlimpah bagi seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan yang mulia ini, perkenankan saya mengajak kepada seluruh hadirin “marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah, karena dengan ketakwaan inilah setiap muslim akan mendapatkan kemuliaan yang sebenarnya:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling takwa.” (QS. Al Hujurat: 13)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Semoga dengan puasa Ramadhan kita semua bisa meraih predikat menjadi pribadi yang bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT:
يا ايُّهَا الّذِيْنَ امَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al Baqarah 2: 183)
Gambaran pribadi bertakwa adalah sebagaimana yang kita jalani dan rasakan bersama selama bulan Ramadhan, yaitu: rajin, bersemangat dan tekun dalam beribadah, serta dijalani dengan penuh rasa bahagia. Setiap bentuk tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berupa perkataan dan perbuatan, saat bekerja, pergaulan ataupun santai bersama keluarga senantiasa dilakukan dalam kebaikan dan bingkai keimanan.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
_Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Ada banyak hikmah dari ibadah puasa di bulan Ramadhan yg bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah bagaimana kebiasaan orang mukmin dalam menahan diri (al-imsak) dalam berbagai tingkahlaku sehari-hari.
Pertama, menanamkan sikap kejujuran (shidiq)
Puasa melatih kejujuran dan pengawasan melekat dalam diri setiap muslim. Tidak ada orang lain yang mengetahui, apakah seseorang benar-benar berpuasa atau hanya berpura-pura ikut puasa; hanya diri orang itu sendiri dan Allah SWT yang mengetahui.
Demikian pula terkait persoalan jumlah harta, berapa banyak harta yang dimiliki dan harus dikeluarkan berapa banyak zakat mal-nya; seseorang bisa saja tidak jujur untuk mengeluarkannya di bulan Ramadhan kemarin. Hanya dirinya dan Allah SWT saja yang mengetahui. Orang lain bisa saja terkecoh dan tertipu. Seseorang bisa saja berpenampilan sederhana dan miskin, padahal memiliki harta berlimpah.
Sikap jujur ini sangat penting. Dalam hal ini Allah berpesan kepada orang yang beriman agar senantiasa berada dalam kelompok orang yang jujur (shidiq).
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar (jujur)." (QS. At-Taubah: 119)
Sifat jujur merupakan prasyarat utama kebaikan dalam kehidupan. Rasullullah SAW bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Jika puasa adalah hanya untuk Allah, dan Dia sendiri yang mengawasi semuanya, maka sikap mental terpenting yang harus lahir dari ibadah puasa adalah perasaan bahwa kita sedang dilihat atau selalu diawasi oleh Allah.
Sebagaimana jawaban Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika ditanya oleh malaikat Jibril: “Beritahulah aku tentang apa itu Ihsan? Nabi menjawab:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau” (HR. Muslim)
Dengan demikian, ibadah puasa ini merupakan suatu wasilah atau sarana bagi umat Islam untuk membentuk sikap jujur. Alangkah indahnya hidup ini bila orang selalu berperilaku jujur. Keluarga akan damai tentram, jauh dari perilaku selingkuh dan main petak umpet antara suami istri. Dunia bisnis akan terbebas dari berbagai manipulasi. Negara akan aman dari berbagai kasus korupsi dan kolusi. Lembaga politik dan organisasi akan terhindar dari permainan “pat-gulipat” politik kambing hitam. Dunia hukum akan bersih dari sumpah atau kesaksian palsu dan sebagainya.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Kedua, membiasakan kedisiplinan dan taat pada aturan syariat
Puasa harus dilaksanakan secara disiplin dengan mengikuti ketentuan waktu yang telah ditetapkan. Dimulai dengan menahan diri untuk tidak makan minum saat fajar subuh, dan diakhiri pada saat magrib ketika matahari terbenam. Selain itu menahan diri dari berbagai perilaku lagho, ucapan dan perbuatan buruk yang berpotensi mengurangi nilai dan makna puasa yang bertujuan menahan atau mengendalikan hawa nafsu.
Kita tidak boleh mencuri (mendahului) waktu berbuka, demikian pula saat makan sahur tidak boleh memperlambat dan melampaui waktu fajar shubuh meskipun hanya 1 menit.
Al-Qur'an Surah An-Nisaa’ Ayat 59
• يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً ﴿٥٩﴾
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
• وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿٦٩﴾
“Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS an Nisa: 69)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Ketiga, penghayatan dan internalisasi nilai kebaikan dalam setiap aspek kehidupan
Setiap perbuatan selalu dilandasi semangat untuk beribadah dan mencari ridho Allah SWT, sebagaimana doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an:
• قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al An’am: 162)
Orang yang telah mencapai tingkat penghayatan nilai agama dalam kehidupannya ini akan tampak dalam perilaku hidup sehari-hari; dan setiap geraknya akan selalu dihiasi semangat berlomba melakukan kebaikan agar mendapatkan ridho dari Allah ta’ala.
• وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 148)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Disinilah semangat hidup orang beriman untuk berpacu dalam kebaikan, bukan bersaing dalam keburukan dan kejahatan. Mengisi dan menghiasi diri dengan akhlak mulia, misalnya ramah, pemaaf, kasih sayang kepada sesama, dan rendah hati dalam pergaulan.
Pada sisi yang lain harus menghapus berbagai sifat tercela, semisal: angkuh, kikir, pendendam, iri dengki dan rakus.
Hal ini semua karena kita harus bersegera dalam melakukan kebaikan, bersegera bertaubat meraih ampunan dari Allah ta’ala, sebab mungkin kita harus berpacu menghadapi kecepatan malaikat maut yang mungkin saja telah mengincar nyawa kita.
• وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali Imran: 133)
Inilah ilustrasi kepribadian seorang yang bertakwa yang digambarkan dalam Al-qur’an:
• الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs. Ali Imran: 134)
Itulah ketakwaan yang diharapkan akan menjadi penghias dan mewarnai dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat ‘Id rahimakumullah…
Ramadhan tahun ini memiliki nilai strategis, sebab dengan hasil ibadah ramadhan tersebut maka diharapkan akan terlahir pribadi-pribadi yang bertakwa. Sedangkan negeri kita dalam waktu dekat akan menghelat ajaran akbar berupa pemilihan umum untuk memilih pemimpin bangsa, mulai dari presiden dan wakil presiden, serta anggota DPR dari pusat sampai daerah. Semoga hajatan ini lancer dan mendapatkan perlindungan dan ridho dari Allah subhanahu wata’ala.
Tentu kita sangat berharap besar, ibadah puasa ramadhan tahun ini benar-benar menghasilkan sosok para pemimpin negara yang bertakwa dan adil bagi masyarakat.
Pemimpin yang iman, takwa dan adil merepresentasikan kondisi rakyatnya yang beriman takwa pula. Inilah kemenangan yang besar, tidak hanya secara pribadi, melainkan juga kemenangan bagi seluruh bangsa Indonesia. Semoga Allah berkenan mengabulkan permohonan kita. Amiin.
Sebagai penutup khutbah pada pagi yang mulia ini, marilah kita bersama-sama berdoa seraya menengadahkan tangan, menundukkan hati dan perasaan kita; bersama-sama memohon rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّوْعَنَا وَزَكَاتَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن
“Taqobbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin wa antum bi khair.”
Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
0 Comments: